Thursday, October 27, 2011

Jika Aku Tetap Disini

Judul Asli : If I Stay
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa : Poppy D. Chusfani
Editor : Dini Pandia
Publish : 8 Februari 2011



“I realize now that dying is easy. Living is hard.” 
-Mia Hall- 

Buku ini bercerita tentang Mia, seorang pemain Cello berbakat berumur 17 tahun. Kehidupan Mia normal saja dengan keluarga yang harmonis dan pacar yang menyayanginya.
Masalah terbesar Mia dalam hidup adalah memutuskan apakah dia akan ke New York demi mengejar mimpi masuk Juilliard atau tetap tinggal di kota kecilnya bersama keluarga dan pacar tercinta. Should she stay or should she leave?

Di suatu hari bersalju, kehidupan Mia berubah. Kecelakaan naas menimpa mobil yang ditumpangi keluarga Mia. Mia tak tahu pasti apa yang terjadi. Yang dia tahu, sewaktu sadar, dia melihat kedua orang tuanya dalam kondisi mengenaskan dan adiknya entah dimana. Berikutnya, Mia (ato lebih tepat: rohnya Mia) melihat tubuhnya dibawa ke RS hingga masuk ICU. Dia koma dan tak ada yang tahu, apakah dia akan sadar lagi atau tidak.
Dan pertanyaan yang dihadapi Mia tetap sama : Should she stay or should she leave?
"Well, what was that? What's that sound that I hear? It's just my lifetime. It's just whistling past my ear. And when I look back everything seems smaller than life. The way it's been for so long since last night..."
-Waiting for Vengeance-
Novel ini diambil dari sudut pandang Mia hingga rasanya benar-benar seperti Mia sendiri yang bercerita kepada kita. Sambil turut mengawasi fisik Mia yang sedang dirawat dan melihat para penjenguknya, dalam sehari itu Mia juga akan bercerita pada kita tentang keluarganya, Adam (kekasihnya) dan kecintaannya pada musik klasik. Juga pada dilema yang dihadapi Mia untuk tetap tinggal atau pergi. Sebagai pembaca, tentu saja sejak awal saya berharap dia tinggal, namun melalui penuturan Mia, saya paham jika dia ingin pergi.
Tenang...walau pun cerita di novel ini tragis, tapi gak mellow kok. Anda akan merasa terharu pada Mia, tapi gak akan sampai meratapi nasibnya ;).

Menurut saya, tema terbesar di buku ini bukanlah tentang hidup dan mati. Tapi tentang pilihan-pilihan yang kita hadapi sepanjang hidup. Dan bukan hanya Mia.
Di buku ini, ada beberapa karakter yang hidupnya berjalan tidak sesuai dengan yang diniatkan pada awalnya. But that's okay. Cause that's life. Not everything could goes the way you've planned it. Ucapan Ayah Mia cukup mewakili tema buku ini : "Sometimes you make choices in life and sometimes choices make you."
“And that's just it, isn't it? That's how we manage to survive the loss. Because love, it never dies, it never goes away, it never fades, so long as you hang on to it."
-Mia Hall-
Salah satu hal yang paling saya suka dari buku ini, adalah karakternya yang realistis. Disini gak ada cowok 'vampir-romantis-rela-berkorban', gak ada juga cowok 'miliuner-namun-enggan-berkomitmen' ato pria bangsawan nan angkuh. Yang ada hanya Adam, anak band biasa saja yang mencintai Mia dengan tulus.
Gak ada cewek menye-menye yang egois, gak ada lady yang cantik namun miskin, atau gadis cerdas tapi sok tahu. Yang ada cuma Mia, siswa dengan prestasi akademis biasa saja dan 'rada' serius yang pas untuk anak pendiam sepertinya.

Dan semua karakter yang realistis ini membuat kita merasa kenal pada Mia dan bersimpati karena merasa bahwa apa yang menimpanya dapat juga menimpa kita.
 “I'm not sure this is a world I belong in anymore. I'm not sure that I want to wake up.”
-Mia Hall-
Minus di buku ini?
Kurang tebal, kurang banyak :D.
Awalnya saya juga protes tentang ending-nya. Soalnya kok ya gitu aja. Setelah kita tahu apa keputusan Mia, langsung tamat ceritanya. Jadi kurang puas. Protes saya berakhir ketika tahu bahwa buku ini masih ada lanjutannya. Syukurlah :)
“It's okay if you want to go. Everyone wants you to stay. I want you to stay more than I've ever wanted anything in my life. But that's what I want and I could see why it might not be what you want. So I just wanted to tell you that I understand if you go. It's okay if you have to leave us. It's okay if you want to stop fighting."
-Gramps-
Dari segi cover, saya suka banget dengan cover buku ini. Sebuah bangku merah dengan latar belakang musim dingin yang kelabu. Suasana hening dan muram dalam buku ini sangat terwakilkan oleh covernya. Saya sudah melihat macam-macam versi cover If I Stay dari berbagai negara, dan tetap saja paling suka dengan versi cover Gramedia.

Untuk terjemahan, waktu saya membaca buku ini dalam bahasa aslinya, menurut saya suasana yang cocok untuk mendapatkan 'feel' buku ini adalah : cuaca dingin, berlindung di balik selimut, ditemani Pathetique Sonata-nya Beethoven atau Ballad no 1-nya Chopin.

Lalu kalau gak punya itu semua gimana?
Gak masalah kok :).
Saya membaca buku versi terjemahan GPU saat liburan ke Belitung, di pinggir pantai yang panasnya 'naujubile' dan berisik banget. Yang terjadi adalah saya lupa dengan panas di sekitar dan sonata-nya Beethoven serta Chopin terus bermain di kepala saya.

Kok bisa?

Jelas bisa-lah. Saya juga gak terlalu paham. Tapi ada sesuatu dalam bahasa terjemahan GPU yang mampu membuat suasana dingin dan hening di buku menjadi terasa nyata. Versi terjemahan GPU juga bisa menyampaikan kesedihan dan keharuan yang dituliskan Gayle Forman.

Salut buat penerjemah, editor, ilustrator cover, proofreader (ada gak sih?) dan semua pihak di GPU yang bisa menghidupkan buku ini sebagus yang dituliskan Forman. You guys really did a very good job :).

Akhir kata, saya merekomendasikan buku ini sebagai bacaan wajib. Saya gak bisa janji bahwa anda akan merasa tersentuh atau terharu seperti saya. Tapi saya bisa jamin, anda gak akan menyesal meluangkan waktu dan dana untuk membacanya karena buku ini benar - benar layak dibaca :).

Empat bintang untuk If I Stay versi US dan 4,5 bintang untuk versi terjemahan GPU (setengah bintang khusus untuk cover-nya yang cantik).

PS : Menurut berita sih, buku ini akan difilmkan dengan Dakota Fanning sebagai Mia. Yeaayy...gak sabar nunggunya. Fanning salah satu aktris favorit saya (^_^)

Quote of the book:
“If you stay, I'll do whatever you want. I'll quit the band, go with you to New York. But if you need me to go away, I'll do that, too. I was talking to Liz and she said maybe coming back to your old life would be too painful, that maybe it'd be easier for you to erase us. And that would suck, but I'd do it. I can lose you like that if I don't lose you today. I'll let you go. If you stay.”
-Adam Wilde- 

No comments :

Post a Comment