Friday, November 30, 2012

Macbeth

MacbethMacbeth by William Shakespeare

My rating: 5 of 5 stars


WARNING : Review ini mengandung slight spoiler. Tapi menurut saya, classic seperti ini, apalagi punya Shakespeare, sudah bukan rahasia lagi endingnya gimana

Di antara petir dan kilat yang bersambaran, 3 penyihir membuat janji untuk bertemu lagi dan kali ini mereka akan bertemu dengan Macbeth.

Di tempat lain, seorang prajurit yang terluka melaporkan kepada Raja Duncan dari Scotlandia bahwa sang Jenderal Macbeth - Thane of Glamis- dan Banquo baru saja mengalahkan pasukan Norwegia & Irlandia yang dipimpin oleh pengkhianat Macdonwald.

Pada scene berikutnya, Macbeth dan Banquo (rekannya) sedang berjalan sambil mendiskusikan kemenangan mereka di medan perang. Dan muncullah 3 penyihir yang berniat meramal mereka. Untuk Macbeth, ramalannya adalah dia akan menjadi Thane of Cawdor dan kemudian jadi Raja. Sementara Banquo diramalkan bahwa keturunannya akan menjadi raja meskipun dia sendiri tidak.

Di saat Macbeth dan Banquo merenungkan ramalan ini, ketiga penyihir itu menghilang dan datanglah Thane lain (Ross) yang mengabarkan bahwa Macbeth diberi gelar Thane of Cawdor, menggantikan Thane sebelumnya yang dihukum karena berkhianat. Dan dengan itu 1 ramalan telah terpenuhi.

Macbeth lalu menceritakan ramalan tiga peyihir pada istrinya. Lady Macbeth yang ambisius itu "memaksa" suaminya untuk membunuh Raja Duncan.
Dan bujukannya berhasil!
Macbeth & Lady Macbeth membuat mabuk penjaga Raja, kemudian menusuk Raja hingga mati.

Macbeth yang terpukul sehabis membunuh Raja merasa tidak sanggup meneruskan rencana. Lady Macbeth pun mengambil alih dan meletakkan belati berdarah tersebut ke tangan si penjaga yang tertidur karena mabuk.

Esok paginya, Lennox (seorang bangsawan) dan Macduff, Thane of Fife, tiba di istana. Macbeth mengantar mereka untuk menemui raja dan menemukan tubuhnya terbujur kaku. Berpura-pura marah, Macbeth lalu membunuh penjaga dan menuduhnya sebagai pembunuh raja.

Kedua putra raja, Malcolm dan Donalbain, melarikan diri ke Inggris dan Irlandia. Mereka takut pembunuh Raja akan mengincar nyawa mereka juga. Kosongnya tampuk kekuasaan membuat Macbeth meng-claim posisi Raja (gelar Thane of Cawdor milik Macbeth memang gelar bangsawan tertinggi). Dan dengan itu, ramalan kedua pun tergenapi.

Banquo yang melihat ini sadar kebenaran ramalan tersebut. Dia pun ingat bahwa keturunannya lah yang akan mewarisi tahta. Macbeth juga tak lupa akan ramalan tentang Banquo tersebut. Maka Macbeth pun menyusun rencana untuk membunuh Banquo dan putranya, Fleance, yang berencana melarikan diri ke negara lain.

Banquo memang terbunuh, namun Fleance selamat. Hal ini membuat Macbeth makin cemas. Maka dia pun mengunjungi ketiga penyihir untuk diramal lagi. Ketiga penyihir memanggil "penampakan" yang kemudian memberikan ramalannya :

- Penampakan 1 : Macbeth! Macbeth! Macbeth! beware Macduff; Beware the thane of Fife
- Penampakan 2 : Be bloody, bold, and resolute; laugh to scorn The power of man, for none of woman born Shall harm Macbeth.
- Penampakan 3 : Macbeth shall never vanquish'd be until Great Birnam wood to high Dunsinane hill Shall come against him.

Macbeth juga bertanya tentang keturunan Banquo dan para penyihir itu menunjukkan serangkaian image wajah para raja yang mirip Banquo. Macbeth pun sadar bahwa keturunan Banquo memang akan menjadi raja, namun bukan di Scotlandia.

Macbeth pun menjadi tenang. Soalnya pria mana sih yang tidak dilahirkan oleh wanita? ? Dan bagaimana mungkin Hutan Great Birnam bisa bergerak? Ini kan bukan dunia Lord Of The Rings.
Satu-satunya yang perlu dia lakukan hanyalah memusnahkan Macduff dan keturunannya (which he did). Yah kecuali untuk Macduff yang saat itu sedang berada di Inggris.

Dan Macbeth pun melanjutkan tiraninya di Scotlandia sementara Lady Macbeth justru terkena depresi hebat dan merasa bersalah atas dosa-dosanya.

Lalu...bagaimana nasib Macbeth? Akankah ramalan para penyihir menjadi kenyataan walau pun ramalan itu terdengar mustahil bisa terwujud?
You have to find out by yourself :)

Saya senang memilih Macbeth sebagai plays pertama yang saya baca dalam rangkaian event "Let's Read Plays"-nya Mbak Fanda.
Kenapa?
Karena saya langsung mendapat kisah yang begitu seru dan bikin penasaran.

Sepanjang membaca, saya penasaran dengan ramalan ketiga penyihir tersebut. Saya penasaran mengetahui bagaimana Shakespeare bisa menciptakan "pria-yang-tidak-dilahirkan-dari-wanita" dan memindahkan sebuah hutan ke Dunsinane Hill?
Ato kalo Shakespeare tidak melakukan itu, bagaimana penyelesaian yang dilakukannya? Asli...saya penasaran banget.
Dan untunglah, Shakespeare memberi penyelesaian yang memuaskan bagi saya. Memuaskan dan gak ketebak :).

Menyorot karakter, ada 2 karakter yang menarik perhatian saya.

Yang pertama tentu saja Lady Macbeth. Wanita pada jaman itu adalah sosok yang penurut pada suami. Tapi Lady Macbeth justru sebaliknya. Ambisi besar dan "tantangannya" pada Macbeth lah (dengan menantang harga diri suaminya sebagai pria) yang membuat Macbeth terdorong untuk membunuh Raja.

Lady Macbeth bahkan cukup tegar untuk melanjutkan pembunuhan di saat Macbeth tak sanggup. Namun anehnya, Lady Macbeth juga lah yang pertama merasa depresi dan bersalah atas semua kejahatan yang dilakukannya. Rasa bersalahnya begitu besar hingga menyeretnya dalam kegilaan dan mengakhiri hidupnya.
Karakter Lady Macbeth yang kontradiktif ini salah satu yang membuat saya tertarik membaca terus.

Karakter kedua adalah tiga penyihir. Yang bikin saya tertarik sama karakter ini sih karena gak pernah ada penjelasan latar belakang dan tujuan mereka. Rasanya saya melihat lirik lagu Letto yang "Kau datang dan pergi oh begitu saja" diinterpretasikan dengan baik oleh mereka.

Dan ramalan tiga penyihir ini bikin saya jadi bertanya :
- Apakah mereka menceritakan masa depan? Ato mereka lah penentu masa depan?
- Apakah sudah takdir Macbeth akan membunuh Duncan atau Macbeth membunuh Duncan justru karena mendengar ramalan tersebut?
- Dan apakah tiga penyihir memang hanya karakter tambahan ato justru merekalah mastermind kisah Macbeth?

Such interesting questions for me,but there's no way to find the exact answer.



Sunday, November 11, 2012

Winner Of Birthday Giveaway


Terima kasih buat semua yang udah meramaikan Birthday Giveaway kemarin ya. It was fun :)

Ada beberapa entry yang saya hapus dari rafflecopter karena ketahuan memasukkan entry palsu (contohnya : gak follow akun @BBI_2011 ato gak ngetweet tentang giveaway ini). Saya ngerti kok beberapa orang masih bingung pake rafflecopter. Kayak misalnya tentang tweet giveaway, banyak yg gak kasi link, malah kasi username. Tapi gak papa. Saya tinggal cek di akun twitter kalian apa bener ada tweetnya. Kalo ada, ya saya anggap valid. So yang saya hapus emang udah saya cek sebelumnya.
Seperti yang sudah saya bilang, ketahuan masukkin entry palsu langsung didiskualifikasi. Jadi maaf yaa buat yang dihapus namanya.

Sekarang untuk pengumuman pemenang.
Yang disayang banget sama Rafflecopter ampe dipilih adalah :
a Rafflecopter giveaway


Yuupp....yup...selamat buat HELVRY SINAGA, pemilik entry nomor 438.

Lalu untuk komen, yang terplih adalah pemilik komen ini :
kaka, met ultah ya.........
boleh ikutan kan, hehehe?
kalau buku, OS yang pernah: palasarionline.com, mitraahmad.net, bukabuku.com, bukukita.com, halamanmoeka.com (via fb juga), parcelbuku.com (via fb sih), sama beli individu via fb. Eh titip lewat temen online, masuk juga nggak ya?
Sebenernya kalo paling favorit sih susah nyebutnya. Ada yg pendekatannya enak kalau lewat individu yg udah kenal tapi njalanin usaha os ini, seperti mbak Retno di HM. Ada juga yang basis web, enak dikaish data setiap ada update kalo beli misal bukabuku, ada yang diskonnya lumayan gede, kayak mitraahmad. So, susah nentuin deh, i'm sorry, tapi sebagai pembeli bisa memfavoritkan di mana-mana kan, sesuai kedaaan dan situasi, :D
 Dan dia adalah : TEZAR.
Alasannya: Uhm...soalnya saya kagum aja, dalam message sependek itu kok bisa kasih info sepadat itu? Mas Tezar punya bakat jadi telegram kayaknya #eh

Selamat ya, HELVRY dan TEZAR. Nanti saya kirimkan email mengenai detail pemesanan bukunya.

Lalu untuk tebak umur, beberapa menebak dengan benar sih. Walo beberapa lagi eng...kok jauh amat yaaa? *bingung*
Sesuai hint :
"My age isn't far from Juve vs Inter's score at the last match, tapi dibalik ya angkanya"
Berhubung skor Juve-Inter kalo dibalik jadi 31, ya mestinya tebakannya antara 30 ato 32 dong ya. Kok ada yang nebak 15 tahun? O_o Saya gak tahu mesti bangga ato terharu dianggap berumur 15 tahun. Hehehe...

So umur saya sebenarnya adalah :
Aduh...fotonya rada burem ya. Tapi angkanya jelas kan?
Betul sekalii....Umur saya tahun ini tepat 30 tahun. Uhuyyyy......I'm thirty something now. Yihaaaaaaa.  *dalam hati menjerit* T^T

Yang bener menjawab 30 ada 14 orang : Marcelle Yulianne, Umar Abdul Jabbar, ana, Indah, Dani, Melody Violine, Yuki Hikari, Pauline Destinugrainy, bzee, afmi fisdha, Tanti, Biondy Alfian, Atasnamabuku, Selvia Sari (berdasarkan urutan entry yang masuk).

Dan setelah dikonsultasikan sama random.org, si Mbah Random.org memilih nomor 8 sebagai pemenang.
 Yaitu : PAULINE DESTINUGRAINY. Selamat yaaa

Sekali lagi selamat buat yang menang. Nantikan email dari saya yaa.
Maaf saya gak bisa menangin semuanya (kapan yaaa saya punya rejeki buat menangin semuanya? Doakan saja).
Nantikan giveaway-giveaway berikutnya yang (seperti biasa) entah kapan muncul X)

Yah coba doakan Intermilan menang seri A ato Europe League gitu lhoo. Kalo waktu itu ada rejeki kan saya bisa punya alasan buat bikin giveaway #halah.


Friday, November 09, 2012

Memoritmo

Data Buku :
Penulis : Ade Paloh, Anto Arief, Cholil Mahmud, Eross Chandra, Galih Sakti, Hasief Ardiasyah, Kartika Jahja, Maradilla Syachridar, Meng, Mikael Johani, Rain Chudori, Sammaria Simanjuntak, Sarah Deshita, Vabyo
Penerbit : Bukune
Bahasa : Indonesia
ISBN  : 6022200725
Rating : 3 out of 5 stars

Apa yang bikin saya tertarik beli buku ini? Karena salah satu penulisnya adalah penulis favorit saya yang entah kenapa kok ya belum juga bikin buku yang bikin saya pengen kasi 5 bintang.
Dan berhubung saya tuh tipe kepo, jadilah saya terus-terusan beli bukunya. Pokoknya belum mo berhenti ampe saya bisa nemu buku dia yang dapat bintang 5.
Jadinya, walau pun tahu buku ini kumcer (yang sebenarnya bikin saya alergi), saya tetap beli.

Ternyata saya salah. Ini bukan sekadar kumcer.
Ini lebih tepat dibilang kumpulan memori yang berhubungan dengan musik (apa itu kali ya artinya Memoritmo? Entahlah).
Adalah Maradilla Syachridar yang pertama menelurkan ide ini. Karena terkenang kembali akan suatu memori yang dihidupkan oleh sebuah lagu, dia jadi terpikir pastilah banyak orang lain yang juga memiliki soundtrack dalam hidupnya. Karena itu, dia membuat proyek Memoritmo, tantangannya adalah memilih satu dari sekian banyak lagu yang berkaitan dengan kehidupan kita. Lalu dia mengajak beberapa rekan yang hidupnya dekat dengan musik.

Jujur, saya paling payah kalo disuruh mereview kumcer kayak gini. Saya bingung kasih ratingnya gimana. Mendingan saya bahas satu persatu saja dan kasi rating per cerita. Berhubung bagian ini bakal kepanjangan kalo dijembreng di blog, saya kasih spoiler tag aja ya.
    

   

    SINOPSIS SINGKAT   

   

   

  

  1. Memori milik Eross Chandra yang paling saya suka dan akan saya bahas sendri nanti. 4 bintang.

  2. Lagu Djuwita Malam, tulisan Anto Arief bercerita tentang kisah cinta dengan seorang gadis. Tapi saya gagal paham hubungannya dengan lagu Djuwita Malam. 1 bintang.

  3. Mikael Johani dengan lagu Madu & Racun bercerita tentang musik yang bagaikan mesin waktu dan bisa membawa kenangan ke satu periode tertentu. Saya suka gaya tulisan dia. 3 bintang.

  4. Little Motel oleh Rain Chudori. Entah ini fiksi ato nyata. Chudori bercerita tentang aku & adikku yang menghabiskan satu periode di motel kecil. 2 bintang.

  5. Maradilla Syachridar membahas sulitnya memutus benang kasih yang terentang bahkan ketika cinta sudah lewat Strings That Tie To You. 3 bintang.

  6. Lewat Yeh Jo Halka Saroor Hae, Galih Ismoyo bercerita tentang pengalaman pertama Dimas (entah siapa dia) belajar ngaji. 2 bintang.

  7. Topik cinta memang gak ada matinya. Sarah Deshita menyarankan untuk jangan menyerah menunggu datangnya cinta sejati lewat True Love Waits. 3 bintang.

  8. Cholil Mahmud menceritakan efek musik Slank bagi perkembangan karirnya lewat Terbunuh Sepi. 2 bintang.

  9. Seorang gadis menganggap gelap adalah kuning. Warna itu melekat kuat dalam ingatan masa kecilnya lewat suatu memori berwarna kuning dan Bad Wisdom adalah soundtrack hidupnya. Entahlah apakah cerita Kartika Jahja ini fiksi atau nyata. Tapi gaya bertuturnya enak dibaca. 3 bintang.

  10. Meng Simamora mengenang sang ayah lewat lagu Moon River. Saya kasi 3,5 bintang lebih karena saya suka lagu dan tentang ayah-nya.

  11. Hasief Hardiansyah mengenang masa remajanya yang sudah lama berlalu lewat My Teen Years. 3 bintang.

  12. Lewat Do You Want To Know A Secret, Ade Paloh bercerita bagaimana Beatles mempengaruhi hidup dan membuka cakrawalanya. Hmm...otak saya memang segitu kapasitasnya. Saya gagal nangkap keindahan kata-kata dia. 1 bintang.

  13. Valiant Budi berbagi kisah tentang sahabat gadungan semasa SMA dulu lewat Sahabat Gelap. Kisah yang dialami (hampir) semua anak sekolah pria era 90an (eh sekarang masih gak ya?). Gaya bertutur Vabyo tetap kenes kayak biasa. 3,5 bintang.

  14. Sammaria Simandjuntak bercakap dengan seorang sahabat untuk terus mengejar kesempatan jadi penyanyi dan jangan hanya pasif menanti lewat Get Up & Go. Suka sama gaya bahasanya. 3,5 bintang.

   

   

   

 Kalo dirata-ratakan jadi 2,67. Bulatkan ke 3 bintang aja deh karena covernya keren (Ribet amat sih loe urusan bintang doang, wi :p)

Btw walau pun secara umum para memori di buku ini menarik dibaca, tapi ada satu yang saya sukaaa banget. Memori itu milik Eross Chandra yang bercerita tentang kecintaannya pada The Beatles lewat Across The Universe.

Terima kasih pada Ayah yang telah mengenalkan saya dengan musik lawas, sampai sekarang saya penggemar setia band jadul. Tersimpan dalam tubuh Lexie (ipod saya), di antara tembang milik Maroon 5, Jason Mraz, Bruno Mars, pasti bisa ditemukan lagu milik Everly Brothers, Engelbert Humperdinck, Frank Sinatra, bahkan sampai ke Broery Pesolima.

Dan di antara semua band jadul itu, Ayah paling suka dengan The Beatles. Buat Ayah saya, me-time favorit adalah bermain piano sambil bernyanyi (dan Ayah memang pianis dan penyanyi yang sangat baik). Biasanya, malam hari selesai praktek, Ayah akan sibuk berkencan dengan pianonya hingga larut malam.
Saya sudah jadi makhluk nocturnal sedari SD. Setelah tugas sekolah esok hari selesai dibuat, saya akan membaca novel hingga larut. Dan tempat baca favorit saya jelas sofa di ruang musik.
Kenapa di situ? Soalnya ruangan itu kedap suara. Saya bisa membaca tanpa terganggu suara berisik adik-adik saya.
Kebiasaan itu membuat saya secara tak langsung menemani Ayah tiap kali dia bermain piano walau pun kami jarang mengobrol. Kami adalah 2 manusia yang tenggelam dalam dunia masing-masing namun menikmati kehadiran satu sama lain.

Karena seringnya mendengar nyanyian Ayah, naturally saya menyukai lagu-lagu yang dinyanyikannya. Ayah mendukung minat saya itu. Kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam, ngobrol tentang penyanyi favorit dan lagu kesukaan beliau. Ayah akan menjelaskan kisah hidup serta latar belakang lagu-lagu indah yang ditulis mereka. Dan favorit saya ketika Ayah memberi terjemahan tiap lagu yang saya minta lengkap dengan makna terselubungnya (jika ada). Come to think of it, itulah perkenalan awal saya dengan bahasa Inggris.

Yang paling sering Ayah bahas adalah The Beatles.
Selain karena beliau memang fans berat band tersebut (Ayah koleksi semua kaset, piringan hitam dan CD The Beatles), juga karena (menurut beliau) lirik lagu The Beatles begitu kaya dan punya makna yang luas. Contohnya Yesterday, yang memang pada dasarnya bercerita tentang break up, tapi toh bisa diaplikasikan dalam hal lain.

Dan berkat pengaruh Ayah, dengan segera saya pun jadi fans Beatles. Sementara teman-teman sekolah saya hafal lagu-lagu NKOTB atau Abang Tukang Bakso-nya Melissa (perbandingannya jauh ya), saya hafal lagu-lagunya Beatles. Di saat teman-teman berburu poster Jordan Knight, saya malah nyimpen gambar Paul McCartney di dompet saya. (Hey...Paul yang paling ganteng dulu).

Lagu Beatles kesukaan Ayah adalah Blackbird. Ayah pernah cerita kalo Blackbird diciptakan Paul untuk mengenang isu rasialisme di USA. Dalam lagunya, Paul berharap agar ras kulit hitam (blackbird) bisa bebas suatu saat nanti. Lagu ini di-release sekitar tahun 68-69. Waktu itu, kasus G30S-PKI sudah lewat, namun pembersihan komunis yang dilakukan rezim Suharto masih terus berlangsung, terutama untuk daerah luar jawa seperti di tempat Ayah.
 Blackbird singing in the dead of night 
Take these broken wings and learn to fly 
All your life  
You were only waiting for this moment to arise
Cerita Ayah, kalo saat itu ada orang yang dicurigai anggota PKI, maka habislah harapan hidup layak untuk dia dan keluarganya. Dan saat itulah, remaja seumuran Ayah mulai sering menyanyikan lagu Blackbird sebagai dukungan terselubung mereka pada tetangga/rekan yang dituduh antek komunis. Yah mereka memang hanya bisa mendukung diam-diam karena ketahuan berinteraksi dengan orang yang dicurigai komunis bisa fatal akibatnya. Dan memori pada lagu Blackbird terus dibawa Ayah sampai dia dewasa.

Memori itu diteruskan kepada saya dan membuat saya ikut menggemari Blackbird. Saking sukanya, saat beliau bermain piano, saya bisa request Blackbird dinyanyikan berulang-ulang. Bahkan saat saya mulai ngantuk, saya akan meminta Ayah memainkan Blackbird dan membuatnya jadi lullaby saya (Iya...saya emang punya hobi ketiduran di sofa ruang musik itu).

Namun seperti layaknya badai yang pasti berlalu, fanatisme saya pada Beatles juga berlalu.
Saya masih suka banget sama Beatles. Tapi saya sudah move on dan menemukan lagu serta band lain yang  juga bisa saya sukai. Tuntutan pergaulan (aih syedap) juga membuat saya makin jarang mantengin Ayah main piano. Namun sesekali, saya masih suka request pada Ayah untuk memainkan Blackbird di pianonya.

Seperti blackbird yang telah terbang, Ayah juga telah pergi kini. Beliau dan pianonya menjadi memori yang membeku sejak 8 tahun lalu ketika beliau dipanggil oleh-NYA. Dan saya biarkan memori tentang Beatles turut membeku walau masih setia menyimpan semua mp3nya dalam ipod.

Adalah tulisan Eross yang membangkitkan kembali memori itu. Eross memang bukan satu-satunya yang membahas Beatles di buku ini. Namun gaya bertutur Eross, kecintaannya yang sangat terasa pada Beatles, interpretasinya yang dalam namun luas pada lirik Across The Universe milik Beatles membuat saya teringat akan Ayah.
Dan memori yang telah membeku selama 8 tahun itu kini berpendar kembali...

Maka saya menyetel playlist "Drop of Heaven" dari Lexie yang memang dikhususkan untuk semua tembang The Beatles, menyuruh Lexie melantunkan Blackbird 2x sebagai opening lalu membiarkannya bebas menyanyikan tembang Beatles yang mana pun sambil mengenang masa lalu bersama Ayah.
Bahkan saat menuliskan review ini, Lexie masih setia menyanyikan lagu Beatles. Yap...sejak kemarin!
Ternyata, saya gak pernah bisa move on sepenuhnya dari The Beatles.

Just wanna say :
Thank you Beatles for the music
Thank you Erros Chandra for bringing back the memory
and
Thank you, Papi for all the lessons you've taught me. Our times together are still one of the happiest moment in my life. Love you :).
Blackbird fly, blackbird fly  
Into the light of the dark black night

PS : Gimana dengan si penulis-yang-karenanya-saya-beli-buku-ini?
Ah ternyata ceritanya kali ini pun belum bisa dirating 5 bintang. Saya hanya memberikan 3,5 bintang.
Tapi gapapa. Terus berkarya dan saya akan terus mengejar bukumu.

Friday's Recommendation #5 : The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window

Hari Jum'at lagiiiii....
Artinya waktu untuk Friday's Recommendation. Yaiiiyyyy \(^_^)/


Buku yang saya rekomendasikan untuk diterjemahkan kali ini adalaaahhhh.....


 

The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window
Kirsty Moseley
Genre: Teenlit, Romance
Sinospsis:

 Amber Walker and her older brother, Jake, have an abusive father. One night her brother's best friend, Liam, sees her crying and climbs through her bedroom window to comfort her. That one action sparks a love/hate relationship that spans over the next eight years.

Liam is now a confident, flirty player who has never had a girlfriend before. Amber is still emotionally scarred from the abuse she suffered at the hands of her father. Together they make an unlikely pair.

Their relationship has always been a rocky one, but what happens when Amber starts to view her brother's best friend a little differently? And how will her brother, who has always been a little overprotective, react when he finds out that the pair are growing closer? Find out in The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window.

Saya sudah pernah mereview buku ini di sini
Saya memang cuma kasih 1,5 bintang di review itu. Tapi menurut saya, buku ini punya potensi bagus untuk diterjemahkan. Kalo sasarannya anak remaja (sekitar SMU gitu) pasti suka sama buku ini dan menganggap Liam James tipe cowok impian banget. Dan seandainya saya baca buku ini waktu remaja, kemungkinan saya juga kasi 5 bintang kok. (Iyaaa.....tante-tante emang gak semestinya baca bukunya ABG kok ;p) *tapi saya bukan tante lho*

Lagipula buku ini salah satu nominator Goodreads Award 2012 lhoo. Artinya ratingnya bagus kaann

Gimana dengan kamu?
Punya buku menarik untuk direkomendasikan? Kalo ada, yuk gabung di Friday's Recommendation-nya Ren. Yuk main ke blognya Ren dan baca rekomendasi teman-teman yang lain.


Oya kalo berminat ikutan, sila baca rules-nya Friday's Recommendation

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.
2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.
3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.
4. Posting button meme (dengan gambar kucing lucu X) ) di bawah ini :


5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.
6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.
7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

Thursday, November 08, 2012

Menaklukkan Maut

Data Buku:

Judul asli : Beat The Reaper
Penulis : Josh Bazell
Penerbit : Esensi
Bahasa : Indonesia
Halaman : 348

ISBN 13 : 9789790991460
Rating : 4 out of 5 stars
“It's a weird curse, when you think about it. We're built for thought, and civilization, more than any other creature we've found. And all we really want to be is killers. ” 
-Peter Brown-
Kisah dibuka dengan narasi dr. Peter Brown, seorang residen maha sibuk di Manhattan Hospital, New York. Meski kesehariannya penuh dengan jam kerja yang padat, namun Peter tak keberatan. Baginya pekerjaan ini adalah pelarian sekaligus penebusan dosa masa lalunya. Sebuah masa yang tak mau dia tengok lagi.

Namun masa lalu memang bisa seperti hantu yang selalu membayang dan mengejar.
Di suatu hari, Peter bertemu kembali dengan Squilante yang adalah pasien penderita kanker lambung yang ganas. Squilante yang akan dioperasi meminta kepada Peter untuk menyelamatkan nyawanya sambil mengancam bila dia meninggal, dia akan membocorkan keberadaan Peter pada organisasi lamanya.

Dengan alur maju mundur, Peter lalu bercerita tentang masa lalunya sedari kecil. Demi membayar satu dendam di masa lalu, Peter bergabung dengan kelompok mafia untuk menjadi hitman. Di sana dia menemukan keluarga kedua sekaligus penuntasan dendam.

Semua berubah saat Peter bertemu Magdalena. Gadis itu membuat Peter ingin berubah menjadi orang yang lebih baik dan meninggalkan kelompok mafia. Tentu ini bukan hal yang mudah. Ada harga sangat mahal yang harus dibayar Peter agar bisa keluar. Dan kini, Squilante malah mengancam ketenangan dan kestabilan hidupnya.

Maka dimulailah satu hari sangat sibuk dalam hidup Peter. Satu hari yang berisi usahanya menyelamatkan Squilante sambil tetap bertugas seperti biasa merawat pasien-pasien lain dan harus mengindari kelompok Mafia yang sudah mengendus keberadaannya.
“Ah, youth. It's like heroin you've smoked instead of snorted. Gone so fast you can't believe you still have to pay for it.”
-Peter Brown-
 Satu hari?
Yup...setting waktu kisah ini (tentu saja tidak termasuk bagian flashback) memang hanya berlangsung satu hari. Satu point ini sudah membuat saya memberikan 1 bintang untuk novel ini.

Bintang kedua untuk karakter Peter Brown yang sinis, arogan, nyeleneh tapi baik hati dan perhatian pada pasien-pasiennya. Meskipun jadi hitman mafia, dia selalu melihat latar belakang korban. Hanya mereka yang pantas dibunuhlah yang akan dihabisinya. Tentu, Anda bisa berargumen bahwa itu hanyalah usaha meringankan beban nurani Peter. Emang benar. Peter sendiri mengakuinya kok.

Yang saya suka juga, penulis tidak setengah-setengah dalam menggambarkan karakter Peter.
 Untuk menciptakan kesan seolah cerita ini benar-benar ditulis oleh Peter, penulis menambahkan banyak footnote yang berisi komentar sinis Peter tentang berbagai hal, mulai dari sistem pelayanan kesehatan US yang payah samapai ke sejarah kamp konsentrasi Nazi.
Saya tahu beberapa pembaca menganggap footnote ini menyebalkan. Tapi saya malah suka membacanya. Bagi saya, footnote ini menghidupkan karakter sinis Peter sekaligus kecerdasannya. Menarik membaca komentar Peter yang sering out-of-the-box itu.

Di akhir buku juga ada glossary yang berisi berbagai penjelasan medis ato kondisi-kondisi umum di US. Lagi, beberapa pembaca menganggapnya mengganggu. Untuk saya yang paham sebagian besar istilah medis di buku ini, saya tak merasa terganggu dengan glossary itu. Justru menambah pengetahuan saya, terutama pada obat-obat yang tak umum dipakai di sini.

Bintang ketiga disematkan pada plot, twist dan pace cepat cerita ini.
Awalnya memang lambat, terutama ketika Peter berlama-lama di kisaha masa kecilnya. Namun pace cerita akan meningkat jauh setelah peter bertemu Magdalena. And since that, I can't put this book down.

Twist yang muncul merupakan kejutan yang menyenangkan. Mulai dari twist tentang musuh sebenarnya Peter (yang dia kira sudah meninggal) hingga twist tentang kenyataan masa lalu keluarga Peter. Masa lalu yang membuatnya menyemai dendam dan memulai seluruh kisah ini. Membaca bagian ini, saya jadi teringat quote terkenal Mahatma Gandhi : "An eye for an eye will make the whole world blind".
Indeed, Mr Gandhi. Indeed. Just look at Peter's life for example.

Tapi dari semua itu, gak ada yang mengalahkan KLIMAKSnya yang seru. Saat itu Peter terpojok menghadapi musuhnya tanpa sebuah senjata pun. Dan untuk pertahanan diri, dia pun menggunakan t...WHOOPSY...saya gak bisa cerita dong.
Apa serunya kalo saya ceritain? Musti dibaca sendiri ini mah.
Saya cuma mau bilang kalo senjata yang dipake sama Peter itu nekat, sinting, sadis tapi sekaligus brilian dan mengejutkan.

Bintang keempat dianugerahkan pada terjemahannya yang enak dibaca dan covernya yang cantik. Cover minimalis bernuansa hitam putih itu pastilah menarik minat saya jika melihatnya di toko buku. Soalnya pria berjas putih di cover itu (tampak) ganteng sih. Hehehe... :p

Sayang saya gak bisa naikkin bintang lagi. Abis saya berasa endingnya kurang panjang sih.
Iya, saya ngerti kalo penulis memang akan menulis lanjutan buku ini. Jadi...saya akan tunggu kelanjutan buku ini dan lihat apakah buku keduanya akan lebih bagus daripada yang pertama. Meanwhile, thanks buat Esensi yang sudah menerjemahkan dengan sangat baik.

PS:
Seorang teman membicarakn tentang sistem health care US yang disorot habis-habisan di buku ini. Terkesan parah banget memang. Disitu digambarkan betapa acuhnya tenaga kesehatan di rumah sakit tempat Peter bekerja. Juga bagaimana para dokter spesialis senior ogah melayani pasien kelas 3 dan lebih fokus mengejar materi.

Saya gak tahu apakah memang seperti itu kondisi pelayanan kesehatan di US. Tapi saya bersyukur bahwa di Indonesia tidaklah separah itu. Masih banyak dokter spesialis senior dan profesor yang tahu sangat perhatian pada pasien-pasien mereka dari kelas mana pun. Sayang figur seperti mereka justru jarang disorot.

Kembali ke sistem health care-nya US, saya punya teman yang berkarir di Boston. Dan menurut dia, kondisi di tempat kerjanya tidak sama dengan yang digambarkan di buku ini. Apa itu artinya kondisi pelayanan kesehatan di Boston dan New York berbeda? Entahlah.

Tapi penulisnya sendiri sudah menegaskan bahwa karya ini hanyalah fiksi, dan semua informasi di buku ini terutama yang menyangkut dunia medis, tidak semestinya dipercaya.
Karenanya, saya memilih untuk menganggap bahwa US health care system yang ditunjukkan di buku ini hanyalah fiksi semata.

*hey...khusnudzon boleh dong*

“When God is truly angry, He will not send vengeful angels.
He will send Magdalena.
Then take her away.”

Tuesday, November 06, 2012

Birthday Giveaway


source

Seperti beberapa orang lain, bulan November adalah bulan spesial buat saya. Selain karena saya dilahirkan bulan ini, juga karena saya sukaaaa sama bulan November, abis banyak hujan sih (alasan macam hapah inih!).

Jadi untuk merayakan tibanya kita di bulan ini, saya akan mengadakan giveaway. Yeaaayyyyy   *malah heboh sendiri*

Giveaway hanya akan berlangsung 5 hari, dari tanggal 6-10 November 2012.
Kenapa cuma 5 hari?
Karena saya malas bikin giveaway lama-lama dan ngecek satu persatu entry yang masuk. Hehehehe...

source

  1. Peserta berdomisili di Indonesia. 
  2. Sebutkan identitasmu yang bisa saya hubungi (akun twitter, fb, nomor hp ato email)
  3. Jawab pertanyaannya : "Apakah kamu pernah berbelanja di Online Shop? Kalo iya, pake online shop apa? Kalo ada, sebutkan nama online shop favoritmu".
  4. Follow @BBI_2011 di twitter. Gak wajib kok. Tapi kamu dapat point extra kalo melakukannya
  5.  Ada satu lagi pertanyaan bonus yang berkesan narsis ;p. Jadi gegara ada seorang rekan yang penasaran sama umur saya, jadi saya bikin tebakan aja. Yuk monggo yang mau..sila tebak umur saya. Ada hadiah tersendiri untuk 1 orang yang menebak dengan benar.(PS: ada hintnya kokuntuk tebakan umur)
  6. Pemenang diberi waktu 2x24 jam untuk membalas email/sms/mention saya. Bila tidak menjawab, maka dianggap gugur dan saya akan memilih pemenang lain.
  7. Saya akan cek semua entry yang masuk. Yang ketahuan kasi entry palsu akan langsung didiskualifikasi

The Prizes
source

Lalu apa hadiahnya?

Well...karena ini blog buku dan penyelenggaranya juga kutu buku, jelas lah hadiahnyaaaaa....David Gandy.
#IshItuSihGwJugaMau


Hadiahnya buku dooonngg. Paket buku senilai IDR 200.000
  • Bukunya bisa cuma 1 ato 10 sekalipun asalkan total harga gak melebihi IDR 200K
  • Buku yang dipilih boleh buku import ato lokal selama bisa dibeli dari online shop lokal. Sebagai contoh, boleh request buku import dari Yes24, tapi gak boleh dari Amazon ato BookDepo
  • Hadiah akan saya kirimkan langsung via pesan di online shop. Pemenang boleh memilih sendiri online shopnya, tapi keputusan final tetap ada di saya
  • Online shop yang boleh digunakan hanyalah online shop lokal. Boleh online shop yang ada di facebook ato forum lainnya, juga online shop yang punya web sendiri
  • Semua nominal yang tertera tidak termasuk ongkos kirim.
Penentuan pemenang :
  • Satu orang akan dipilih oleh rafflecopter
  • Satu orang lagi akan saya pilih berdasarkan komentar di postingan ini
  • Untuk tebakan umur, bila yang menjawab benar lebih dari satu orang, maka saya akan memilih 1 orang via random.org
  • Pemenang yang dipilih lewat rafflecopter ato pun komentar boleh dipilih sebagai pemenang tebakan umur. So if you're really lucky, you could get IDR 300K as the prize.
And now...let's the giveaway begins...

a Rafflecopter giveaway



Friday, November 02, 2012

Friday's Recommendation #4

Yihaaaa.....hari Jumat lagi. Waktunya untuk Friday's Recommendation. Saya sempat alpa ikutan meme ini gegara gak tahu klo meme-nya masih jalan.
But yah...dengan memegang prinsip better late than never, so here it is my 4th Friday's Recommendation.

Seperti biasa, posting rules-nya dulu ya :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya
1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri
sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Posting button meme  di bawah ini :



5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.

6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.

7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

Dan untuk kali ini buku yang akan saya rekomendasikan untuk diterjemahkan adalah :

Jenosaido 


Jenosaido (Genocide) by Kazuaki Takano
Genre : Misteri - Thriller

Berhubung sinopsis resminya dalam bahasa Jepang dan saya gak pinter menerjemahkan bahasa Jepang secara formal dan bagus, maka langsung saya kasih review singkat versi saya aja ya :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca buku ini gegara penasaran sama pemenang Yamada Fuutarou Prize dan karena udah hopeless bakal diterbitkan terjemahannya di sini.

Dan ternyataaa....BAGUS! BAGUS!! BAGUS!!! SERU! SERU!!! SERU!!!

Cerita singkatnya gini :

Suatu hari, Presiden USA dapat laporan kalo telah ditemukan species baru. Dan "species" ini punya potensi besar untuk memusnahkan kehidupan manusia. Di laporan itu juga disuruh cek ke "Heisman Report". Apa itu "Heisman Report?" Masih misteri untuk saat itu.

Di Jepang, seorang peneliti virus, Koga Seiji, meninggal karena serangan jantung. Putranya, Koga Kento, dapat pesan dari ayahnya dan menemukan laboratorium rahasia. Di lab itu, ada formula obat baru yang ditemukan sang ayah untuk mengobati penyakit paru. Tapi anehnya, ada beberapa pihak yang ingin merebut formula obat itu.

Sementara itu, 4 tentara bayaran dikirim dalam sebuah misi rahasia yang sangat "dirty" tapi harus dilakukan untuk menyelamatkan dunia.
Mereka diberi tahu bahwa di Afrika sana, ada sekelompok suku asli yang menemukan virus baru dan sebelum virus ini menyebar (macam HIV ato Ebola), maka suku itu harus dimusnahkan. Terus, kalo mereka menemukan spesies yang mereka nggak kenal, maka spesies itu harus langsung dibunuh.


Sekarang, apa hubungan antara misi tentara bayaran itu dengan si scientist Jepang itu?
Dan apa benar misi yang dititahkan ke para tentara bayaran itu hanya sesederhana itu?
Lalu apa pula hubungannya dengan Heisman Report?

Baca ndiri aja ya (^o^)

Yang saya suka dari buku ini sih gaya penulisan Takano. Settingnya pindah-pindah dari USA, Jepang, Afrika tapi tetap kerasa smooth dan mengalir. Udah gitu, penulis mampu mendeskripsikan masing-masing setting dengan teliti bikin pembacanya bisa membayangkan lokasi yang dimaksud. Tapi setting-nya gak terlalu kelewatan detil juga yang bikin pembaca jadi pegel sendiri bayanginnya (got what i mean? :D)

Mengenai diksi, saya gak tau deh ini tergolong diksi indah ato gimana. Pemahaman bahasa jepang saya terbatas banget. Tapi yang pasti, tiap kalimatnya itu bikin "terpaku" ke buku dan rasanya pengen lanjut terus. A page turner deh. Sayangnya saya kudu rajin-rajin cek kamus bacanya. Jadi lambat deh progress nya. Shoot!

Dengar-dengar sih nih buku mo dibikin film (ato udah?) dan saya bisa bayangin betapa kerennya kalo difilmkan ntar.

Ada sih beberapa bagian yang ehm...terlalu absurd kali ya kayak yah...kok bisa ada serdadu anak-anak menyerang orang dewasa? (Kejadiannya di Afrika itu sih). Dan orang dewasa yang diserang itu para tentara bayaran pula.


Tapi buku ini bikin saya jadi bertanya-tanya:
- Apakah spesies lain yang lebih cerdas dari manusia merupakan ancaman?
- Kalo ancaman, lalu apakah boleh dibunuh?
- Kalo boleh, berarti manusia semestinya lebih mengancam bukan? Dan apakah kita (manusia) hanyalah sosok egois yang begitu takut dengan keberadaan sesuatu yang berbeda dari kita?

And any books that got me thinking like that means it worth a high rating :) (dan itu rating gak termasuk cover lho)

Mudah-mudahan ini buku diterjemahkan suatu hari nanti. Supaya saya bisa baca dan lebih paham lagi. *alasan egois*

Thursday, November 01, 2012

The Late Mattia Pascal

Data Buku
Judul Asli : Il Fu Mattia Pascal
Penulis : Luigi Pirandello
Publisher : New York Review Books
Tahun Terbit : 2004 (First Published 1904)
Bahasa : Inggris
Rating : 4 stars out of 5
"Because we can’t understand life, if we don’t explain death in some way. The motive, the direction of our actions, the thread to lead us out of the maze, dear Signor Meis, the light must come from beyond, from death." (Page 122)

Seandainya kamu diberi kesempatan kedua untuk menjalani hidup dari awal, akankah kamu bersedia?
Tidak?
Well...gimana kalo gini : Seandainya kamu terikat dalam pernikahan tanpa cinta, punya mertua yang rese, dan berada dalam kondisi nyaris bangkrut. Lalu saat pulang dari bermain judi di Monte Carlo, kamu liat pengumuman di koran telah ditemukan sebuah jenazah yang dikira adalah dirimu. Di kantongmu penuh uang hasil kemenangan judi.
Tidakkah kamu berpikir untuk kabur aja dengan uang di tangan? Pergi ke tempat yang jauh dan membangun hidup yang baru?
Saya sih mungkin kepikiran gitu. Nggak tahu juga sih, secara saya belum pernah mengalami kondisi di atas, tapi running away memang tampak pilihan yang lebih mudah sih.

Yang pasti, itulah yang dilakukan Mattia Pascal. Sewaktu mengetahui kalo dia sudah dianggap meninggal, Mattia malah kegirangan dan merasa (akhirnya) dia mendapat kebebasan. Setelah membuat identitas palsu, dengan serunya dia berkeliling Eropa, lalu memutuskan menetap di Roma. Di sana dia berkenalan dengan banyak orang baru dan bahkan jatuh cinta lagi. Mattia begitu cinta pada gadis barunya sampai dia berpikir untuk membeli rumah di Roma dan mulai menetap.

Masalahnya, dia adalah pria dengan identitas palsu. Dia gak punya surat resmi yang dibutuhkan untuk membeli rumah. Dia bahkan gak bisa membuka tabungan di bank, apalagi membuka bisnis yang bisa dibanggakan kepada keluarga kekasihnya. Dan segera Mattia menyadari kalo kebebasan yang selama ini didapatnya hanyalah kebebasan semu.

Lalu apa yang sebaiknya Mattia lakukan? Bertahankah? Atau memalsukan kematian (lagi) dan mulai hidup baru (lagi)? Atau malah kembali ke kehidupan lama?
Kalo dia memalsukan kematian lagi, kapan masalahnya selesai?
Kalo dia mau kembali ke kehidupan lama, emangnya segampang itu buat balik? Keluarganya sudah move on dengan kepergian dia. He can't just pick where he left off. So...what to do now?

Saya sudah membaca beberapa karya Pirandello dan sepertinya topik tentang eksistensi diri adalah topik favorit beliau.
Di novelnya ini, Pirandello gak menegaskan pilihan mana yang sebaiknya diambil. Dia hanya menunjukkan konsekuensi setiap pilihan tersebut dan membiarkan pembaca yang menilai apakah pilihan tersebut tepat.

Mengenai novel ini, walopun tokoh Mattia Pascal itu sebenarnya ngeselin dan terkesan tidak bertanggung jawab, tapi saya bisa bersimpati sama dia. As I said, can't blame him for the decision. Sometimes in the past (reeeeeeeaaaallllllyyyyy really sometimes), I wish to move to another galaxy and start everything from the scratch.
Jelas saya gak bisa melakukan itu. Yang bisa saya lakukan hanyalah menyelesaikan ato berkompromi dengan apapun kondisi saat ini. Tapi toh saya gak bisa menghilangkan pertanyaan macam "apa-jadinya-kalo-gw-bisa-pindah-planet-lain-ya".
Melalui Mattia, Pirandello menjawab pertanyaan saya. Pirandello melihat konsekuensi dari berganti identitas yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan sejak membaca buku ini, saya  menghapus keinginan konyol itu. I prefer to stay in this kind of life. Untuk satu alasan ini aja, saya sudah merasa suka sama Mattia Pascal. Belum lagi ditambah dengan dark humour dan sinisme Mattia Pascal yang diselipkan Pirandello di berbagai bagian buku ini.
The country air would certainly do my wife good. Perhaps some of the trees would lose their leaves at the sight of her, and the birds will fall silent; I only hope that the spring doesn’t go dry. (page 70)
Pirandello juga mengungkit soal absolute freedom di buku ini. 
Seperti yang kita tahu, sudah lama ada perdebatan apakah absolute freedom itu benaran ada ato nggak. Bahkan definisi absolute freedom pun masih diperdebatkan. 
Beberapa beranggapan bahwa absolute freedom itu sama dengan fundamental freedom yang ada di pidato Presiden Roosevelt, yaitu "freedom from fear, freedom from want, freedom of speech, dan freedom to worship". 

Beberapa berpegang pada pendapat yang sangat populer tentang absolute freedom yang ini: "the ability or freedom to make a choice and act on it completely detached from the input, control or otherwise influence of external forces such as society, people etc".
 Tentu saja kalo anda beranggapan absolute freedom adalah seperti definisi di atas, then it is unattainable.

 Mereka yang romantis dan optimis mengamini pendapat Stephen Covey yang ini mengenai absolute freedom : “Our ultimate freedom is the right and power to decide how anybody or anything outside ourselves will affect us.” 

Saya tidak akan memulai diskusi mengenai absolute freedom di sini, pun memaparkan pendapat saya tentang itu. But for sure, The Late of Mattia Pascal is Luigi Pirandello's opinion to absolute freedom.
What's his opinion?
Ah...that's something you have to find out by yourself :)

"But at a certain point we realize that all life is stupidity; so tell me yourself what it means never to have done anything foolish. At the very least it means you have never lived."
(page 105) 
Biografi Singkat Penulis:



 

Luigi Pirandello (1867-1936) lahir di Girgenti, Sicilia. Dari tahun 1897 sampai 1922, dia bekerja sebagai professor aesthetics & stylistics di Real Istituto di Magistere Femminile, Roma. Dibandingkan novel-novelnya, Pirandello lebih terkenal karena skrip theater (plays) yang ditulisnya.

The Late Mattia Pascal bukanlah novel pertamanya. Tapi novel itulah yang membuka gerbang kesuksesannya. Novel ini ditulis dalam masa tersulit hidup Pirandello, ketika ayahnya bangkrut dan menghabiskan seluruh dana simpanan Pirandello (termasuk mas kawin milik istrinya). Kondisi ini menyebabkan sang istri terkena depresi berat dan mengharuskan Pirandello kerja double job demi menutupi hutang.
Sambil menjaga sang istri di malam hari, Pirandello mulai menulis novel The Late Mattia Pascal yang mengandung beberapa unsur kisah hidupnya. Banyak yang berpendapat bahwa novel ini mengandung elemen autobiografi yang telah dimodifikasi secara fantastis. Di novel ini jugalah pertama kalinya Pirandello membahas tentang identitas dan eksistensi seseorang.

Tema seperti ini juga muncul dalam Vestire gli ignudi (1923) [To Clothe the Naked] yang bercerita tentang seorang wanita yang berusaha mendapat tempat di masyarakat dengan menciptakan berbagai identitas palsu dengan status sosial yang tinggi serta apa yang terjadi ketika kebohongannya terbongkar.
Lalu di Enrico IV (1922) [Henry IV] tentang seorang pria yang kehilangan ingatan dan berpikir dia adalah si Raja Henry IV yang terkenal itu, dan pada akhirnya membuat sang tokoh bingung apakah dia karakter fiksi atau nyata.
 Dan jangan lupakan salah satu karya fenomenal Pirandello : Sei personaggi in cerca d'autore (1921) [Six Characters in Search of An Author] yang dipuji sekaligus dikritik tajam ketika pertama kali dipentaskan. Berkisah tentang 6 karakter dari sebuah cerita yang hidup dan datang mengganggu  sebuah pementasan. Keenam karakter ini ngotot mencari penulis kisah mereka karena mereka berpikir bahwa kisah mereka seharusnya belum tamat. Penonton berpikir kisah ini terlalu absurd dan membingungkan ketika pertama dipentaskan hingga terjadi kerusuhan dari penonton yang tak puas kala itu (putri Pirandello sampai harus melarikan diri lewat pintu darurat supaya gak diserang). Tapi toh, kisah ini juga menuai sukses di tahun-tahun berikutnya dan diakui sebagai bukti kejeniusan Pirandello.

 Tahun 1934, Pirandello mendapatkan Nobel Prize di bidang Literature dengan alasan : "bold and brilliant renovation of the drama and the stage".