Saturday, December 29, 2012

Big Thanks To My Secret Santa

source 
Setiap akhir tahun, BBI (Blogger Buku Indonesia) mengadakan event Secret Santa. Tahun ini memang baru kedua kalinya event ini diadakan, tapi melihat animo pesertanya yang besar, saya berharap semoga acara ini bisa jadi acara rutin BBI.

Bagaimana sistem mainnya?
Simple. Setiap orang akan menjadi Secret Santa orang lain dan juga akan menjadi X ato Target yang dikirimin hadiah oleh Secret Santa lainnya. Sesuai namanya yang pake kata "secret", maka sang target/X gak boleh tahu siapa yang jadi santa-nya sampai waktu yang ditentukan.
Hanya ada 2 orang yang tahu siapa yang jadi Secret Santa siapa, dan mereka adalah panitia event ini : Oky dan Ndari.

Nah untuk tahun ini, eventnya jadi lebih seru.
Kalo tahun lalu para Santa hanya diminta merahasiakan diri sampai paketnya sudah diterima, maka tahun ini Santa dilarang membuka identitasnya sampai waktu yang ditentukan nanti. Sebagai gantinya, para X akan menerima riddle yang berisi petunjuk untuk memecahkan identitas Santa. Akan ada hadiah untuk riddle terbaik dan untuk mereka yang bisa memecahkan riddle tersebut.

Saya antusias banget sama event ini. Tahun lalu saya antusias ikut karena event Secret Santa yang awalnya membuat saya kenal lebih dekat dengan member BBI terutama X saya mas Tezar dan Santa saya : Desty.
Dan tahun ini saya lebih antusias karena selain pengen nambah kenalan, juga karena saya demeeennn main riddle, demen main tebak-tebakan (walopun saya kacrut dalam hal membuat riddle).

Jadi sejak para member BBI memposting riddle yang mereka dapat, dengan semangatnya saya ikutan menebak. Yah sembari menunggu paket saya yang belum datang lah.
Walo dalam hati deg-degan juga siihh. Apa jadinya kalo saya sukses nebak riddle orang lain, tapi gagal nebak riddle sendiri?Hikss...maap ya, Santa.

Dan kemarin (tanggal 27 desember), paket dari Santa pun sampai ke tangan saya.


Pertama lihat, langsung saya buka bungkusnya dengan semangat membahana cetar bergelora #naonsih.
Ternyata Santa kasi 2 buku yang udah lama ada di wishlist saya. Yaayyy...

Makasiiiii, Santa. Hatur nuhun. Tararengkyuuu.
Entah apakah kamu pernah membaca komen saya di blog milik teman saya yang mereview kedua buku ini, tapi di review itu saya emang bilang saya penasaran baca kedua buku ini.
Alasan kenapa saya gak masukkin buku ini dalam rak "dear santa" di Goodreads karena saya nyadar kalo buku ini sulit dicari (at least sih saya gagal nemu Caldas ampe sekarang). Jadi excited banget pas dapat bukunya. Langsung aja buku kacrut yang lagi saya tekuni, saya lempar dan sibuk mengundi mo baca yang mana dulu X)

Oya gimana dengan riddle?
Uhm...kekhawatiran saya terbukti >.<
Saya dibuat keder sama riddle-nya Santa. Simple sih riddle-nya. Cuma gini doang :

Maaf yaaa kertas riddle-nya sobek tanpa sengaja
"Aku berfoto dengan salah satu buku dlm paket ini.
Happy reading and blogging
Your Santa,
*smiley face*"
Simpel yah?
Emang iya.
Dari sejak nerima bukunya, tebakan saya langsung mengerucut kok. Soalnya di blog salah seorang member BBI yang mereview salah satu buku di atas (kok ribet ya bahasanya?), saya bilang kalo saya kepengen banget baca buku itu. Dan kebetulan dia pun berfoto sama buku tersebut.
Tapi....saya gak mau terburu-buru memutuskan.
Karena seingat saya, ada member lain yang juga membaca salah satu buku ini. Jangan-jangan dia juga berfoto sama bukunya?

Setelah dicek, ternyata bener o_O
Singkatnya, ada 1 peserta "Secret Santa BBI" yang berfoto sama buku Caldas dan ada peserta lain yang berfoto dengan buku The New Life.
 Daaaannnnn....saya baru nemu member lain yang berfoto dengan bukunya Mbah Pamuk juga #makinmabok.

So...what to do?
Do I have another clue? Rasanya sih enggak ya. Resinya gak jelas. Tulisan tangan gak bisa diandalkan (bisa aja kan dia nyuruh temennya yang nulis?).
Jalan terakhir ya saya kudu bisa nebak riddle milik peserta lain, dan yang tersisa adalah Santa saya.
Ato pilihan yang lebih gampang : "undi saja" X) *sepertinya saya akan mengundi saja deh*
Ato ada yang bisa kasi clue tambahan ke saya? Silakan lhooo...

Kumaha engke wae lah. Untuk sekarang, saya memutuskan menikmati buku dari Santa dulu.
Hai Caldas, ayoooo kita kencan lagi.
Oya...anda tertarik memecahkan riddle milik peserta lain?
Silakan liat-liat di sini : click here

EDITED :

Saat sedang memperhatikan riddle yang dibuat Santa, saya nyadar ada hal kecil yang luput dari perhatian saya. Dan hal kecil ini sepertinya bisa membantu menentukan santa tersebut.
Yang saya gak tahu, apakah hal kecil ini disengaja sebagai jebakan ato murni kebetulan yaaa. Hehehe....mari kita liat-liat lagi.

Friday, December 28, 2012

Book Kaleidoscope 2012 : Top Five Best Book Covers

 



"Don't judge a book by its cover" kata pepatah lama sih.
Tapi menurut saya mah : "Hari gini masih gak menilai cover buku? Basiii amaaatttt."

Saya memang setuju bahwa penampilan fisik (maksudnya cover buku) bukanlah segalanya. Tapi kadang, segalanya bermula dari penampilan fisik (sekali lagi, maksud saya cover buku). Sudah banyak buku yang saya beli karena covernya sungguhlah menggoda iman. Namun banyak juga buku yang saya tunda baca karena covernya bikin males.

Tentu saja, seperti layaknya pemuja fisik (iyaaa...maksudnya cover buku) yang lain, saya sering tertipu. Buku bercover bagus bisa saja ceritanya kacrut dan buku dengan cover kacrut bisa saja berisi harta karun.
Tapi tetap saja, saya gak kapok menilai suatu buku (berawal) dari covernya.

Dan sebagai pemuja cover buku, tentu saja saya merasa wajib berpartisipasi dalam event hari ke-2 dari Book Kaleidoscope-nya Fanda Classiclit dengan kategori Top Five Best Book Covers.
Ini penjelasan mengenai kategori tersebut :
Rank five covers of books you have read in 2012. Pick the edition that you really read, but if you read ebook, at least pick the one that you used for your post. Tell us why you think them gorgeous.
So...without further ado, these are my Top Five Best Book Covers of 2012 in alphabetical order

1.  Memoritmo oleh Ade Paloh, Anto Arief, Cholil Mahmud, dkk


Buku ini berisi kisah 14 penulis cerita/lirik lagu dan kenangan mereka akan musik. Hence the title "memoritmo".
Kenapa saya suka cover ini?
Karena desain cover yang dibuat miriiippp banget sama kaset mampu menyerey memori saya ketika masih akrab dengan teknologi kaset. Cocok dengan judulnya yang "memoritmo" itu

2. Sadgenic oleh Rahne Putri


Saya bukanlah penyuka segala hal berbau pink. Tapi buku kumpulan puisi milik Rahne Putri ini sungguh cantik dan gak bisa dicuekkin begitu saja.
Cover ini menggambarkan judulnya dengan sangat cocok.
Sadgenic yang berarti kesedihan yang indah atau keindahan yang sedih (terjemahan seenak jidat saya :p). Sisi indah diwakili oleh warna pink nya yang lembut, pola (semacam) bordir di keempat sudut cover, dan profil samping seorang wanita.
Lalu sisi sedihnya?
Ah...ternyata wanita di cover tersebut sedang mengeluarkan air mata darah.
Indah sekaligus sedih.

3. The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window oleh Kirsty Moseley


Ini satu-satunya cover di kategori ini yang makna cover gak sesuai dengan ceritanya (at least menurut saya sih gak cocok).
Tapi apa mau dikata, saya sudah terlanjur suka banget sama cover ini.
Simbol love di jendela yang basah bekas hujan ditambah warna background yang sephia itu mampu menghadirkan suasana sendu nan romantis tiap kali melihatnya, yang mana sebenarnya sih beda banget dengan aura ceritanya (_ _"). But still, it's one of my best cover this year.

4. The Solitudes of Prime Numbers oleh Paolo Giordano

"A prime number is a lonely thing. It can be divided only by itself or by one: it never truly fits with another."
Dua adalah bilangan prima favorit saya karena dua itu satu-satunya bilangan prima yang juga bilangan genap. Dua itu unik. Dua itu spesial.
Begitu juga dengan Alice dan Mattia, dua tokoh utama di buku ini. Mereka adalah bilangan prima yang kesepian dan selalu merasa "misfit". Tapi dalam kesepian dan kesendirian, mereka menemukan kenyamanan dalam kehadiran satu sama lain.
Cover buku ini memberi kesan seperti itu. Dua biji kacang polong yang unik (jarang kan ada kacang polong yang bijinya hanya dua?) namun nyaman berlindung dalam dunia mereka yang terisolir.

5. Unforgettable olehWinna Efendi


"Ini adalah satu kisah dari sang waktu tentang mereka yang menunggu."
Apa kesan yang ditangkap saat melihat cover tersebut?
Kesan saya adalah sebuah jendela dari sebuah rumah tua yang nyaman. Bingkai jendela itu ditambah sebotol wine yang bertengger di sana sungguh mengundang untuk duduk di sebelahnya, menyesap satu dua gelas wine sambil mengamati dunia yang berjalan di luar jendela.
Premis buku ini adalah tentang cinta yang menunggu dan cover bukunya memberikan suasana pas sebagai tempat menunggu, hingga sewaktu membaca buku ini dengan mudah saya bisa mem-visualisasikan setting tempatnya.
Dan menurut saya, cover yang mempermudah imajinasi pembaca seperti Unforgettable ini sungguh layak masuk kategori Top Five Best Book Covers.

Itulah kelima cover buku favorit saya. Gimana dengan anda? Punya pilihan lain?
Kalo ada dan ingin turut menyuarakannya, bisa gabung di event Book Kaleidoscope ini. Ato kalo cuma ingin membaca cover favorit versi blogger lain, anda juga bisa berkunjung ke blog Fanda Classiclit.

Thursday, December 27, 2012

Book Kaleidoscope 2012 - Top Five Book Boy Friends







Tahun 2012 akan segera berakhir. Dan seperti tahun lalu, kali ini saya juga bakal posting Top Five Book Boy Friends.

Untuk saya pribadi, ada perbedaan antara event tahun ini dan tahun lalu. Kalo tahun lalu saya membuat Top Five Book Boy Friends of All Time, maka tahun ini saya mengkhususkan hanya pada buku-buku yang saya baca di tahun 2012 ini.

Lalu untuk tahun ini, event Book BoyFriends ini tergabung dalam proyek Book Kaleidoscope 2012 milik Mbak Fanda. Dalam Book Kaleidoscope ini tidak hanya ada kategori Best Book BoyFriends, tapi juga Best Book Covers dan Most Favorite Books.

Setelah mendaftarkan diri ikutan event ini, baru saya melihat buku yang sudah saya baca sepanjang 2012 di Goodreads dan baru nyadar kalo kebanyakan buku yang saya baca tahun ini tuh non fiksi. Dan sekalinya fiksi pun, lead male-nya kurang berkesan (_ _"). Untungnya, saya masih bisa milih 5 di antaranya. And without further ado, here they are (in alphabetical order) :


1. Alex Sheathes dari Delirium Series

Alex, remaja bebas pemberani yang mampu meyakinkan Lena untuk menerjang tembok pembatas dan mengenalkannya pada dunia baru. Alex yang mampu membuat Lena percaya diri. Alex yang tak pernah berhenti mendukung dan selalu mendengarkan curahan hati da kegelisan Lena. Dan Alex yang selalu melindungi Lena bahkan dengan nyawanya sekali pun. What's not to like from this character?
“You can build walls all the way to the sky and I will find a way to fly above them. You can try to pin me down with a hundred thousand arms, but I will find a way to resist. And there are many of us out there, more than you think. People who refuse to stop believing. People who refuse to come to earth. People who love in a world without walls, people who love into hate, into refusal, against hope, and without fear.
I love you. Remember. They cannot take it.”
Untuk versi real life-nya, saya harus ngaku kalo saya buruk dalam hal pemilihan aktor. Saya gak tahu banyak aktor soalnya.
Tapi sesuai dengan deskripsi Alex Sheathes yang "His hair is golden brown, like leaves in autumn just as they're turning, and he has bright amber eyes"  maka saya memilih dia :

Yep...dia adalah Shiloh Fernandez. What do you think?

2. Augustus Waters dari The Fault In Our Stars

Ah...masihkah Augustus Waters perlu diperkenalkan pada khalayak kutu buku? Saya yakin, namanya akan cukup banyak muncul dalam list Top Book Boyfriend tahun ini.
“Oh, I wouldn't mind, Hazel Grace. It would be a privilege to have my heart broken by you.” - Augustus Waters-
Kalo harus menunjuk tokoh paling optimis di buku yang saya kenal sepanjang 2012 ini, maka Augustus lah jawabannya. Dia mantan penderita kanker memang, tapi semua orang juga tahu bahwa yang namanya kanker selalu ada kemungkinan kambuh lagi.
Apa pengetahuan ini membuat Augustus jadi pesimis dan "pahit"? Sama sekali tidak.
Dia tetap menjalani hidupnya dengan riang dan berani. Semangat hidup August, kemampuannya untuk berpikir out-of-box, optimismenya pada kehidupan dan supportnya pada Hazel membuat saya memasukkannya dalam daftar Top Five Book Boyfriends versi saya tahun ini, dia bahkan bisa masuk ke kategori all time. That shows how much I love him.
(PS: Eh baru nyadar kalo belum ngereview bukunya :D)
“You don't get to choose if you get hurt in this world...but you do have some say in who hurts you. I like my choices.”- Augustus Waters-
 Siapa aktor yang cocok berperan sebagai Augustus?
Jujur...saya susah banget ngebayangin siapa yang cocok. Tapi gimana kalo ini :



Yep...dia adalah Andrew Garfield. Okeh...dia mungkin ketuaan untuk jadi remaja 17 tahun, tapi...tapi...dia begitu ganteng (eaaa....fangirlingnya kumat), dan jahil dan slengean.


3. Beno Wicaksono dari Twivortiare

Sebenarnya tipe cowok lempeng dan datar kayak Beno bukanlah tipe favorit saya.
Jadi apa yang membuatnya masuk dalam Top Five? Lebih karena karakternya yang family man dan bertanggung jawab banget.
Di sela-sela kesibukannya sebagai dokter bedah thoraks, Beno selalu mencari waktu untuk menunjukkan pada Alexandra (istrinya) bahwa dia mencintainya. Beno emang pembuktian nyata dari kalimat : "Just because someone doesn't love you the way you love him to, doesn't mean he doesn't love you with everything he has." Kalimat lama yang sudah pasaran banget tapi toh terbukti kebenarannya. Thanks for reminding me about that words, Ben.

Mengenai versi orangnya, hmm....penulisnya sendiri sih bilang Ari Sihasale yang paling cocok untuk peran ini (kalo gak salah ingat yaaa). What do you think? Does he fit?
Mungkin penulis melihat dari brewoknya kali yaa.
Kalo buat saya sih, lebih pengen menominasikan Reza Rahadian (semua karakter di film Indo emang suka saya bayangkan sebagai Reza kok). Etapi Reza Rahadian cocok gak sih jadi karakter pendiam nan lempeng?
 "Lex, dulu kamu pernah minta aku janji bahwa aku nggak akan melepaskan kamu apa pun yang kamu bilang atau minta ke aku. So this me not letting you bail, Sayang. This is me not letting you go. Okay?" -Beno Wicaksono-

4. Gerry Kennedy dari P.S.I Love You


Apa yang kamu harapkan dari seorang pasangan hidup?
Seorang yang tidak hanya bisa menjadi kekasihmu tapi juga bisa menjadi sahabat terbaik? Someone that could make you feel like you're home whenever you're with him/her? Someone that always makes you feel loved? Someone that you could always turn to when the going get tough?
Itulah tepatnya arti seorang Gerry bagi Holly.
Apa yang membuat Gerry lebih istimewa lagi?
Surat yang dikirimkan Gerry kepada Holly bahkan sampai 10 bulan setelah Gerry meninggal. Many guys could tell their woman that they love her, many guys could prove it too. But not many guys who could prove it to their woman after they passed away. Dan satu hal lagi yang menarik, karena surat-surat itu menjadi kekuatan Holly dalam menghadapi hidup setelah ditinggal Gerry.
Wow...he really is someone she could turn to anytime.

Buku ini telah difilmkan dengan Gerard Butler sebagai Gerry Kennedy.
What can I say? I looovveee Gerard Butler.
Berhubung filmnya saya tonton setelah baca bukunya (iyaaa...saya emang baru nonton filmnya tahun ini juga), maka jujur saya sih gak bisa ngebayangin sosok Gerard saat baca bukunya.
Tapi waktu nonton, it feels that he fits the role.
 "What do you want? I know what I want, cause I'm holding it in my hands."
-Gerry Kennedy,
while holding Holly by the shoulders-


5. Hunter Zaccadelli dari My Favorite Mistakes
 “I don't like you. I don't like how your hair smells, and how I can't stop thinking about waking up and seeing your face. I hate how my bed felt empty when you left. I don't like how good you were with my family, especially Harper, and how I wanted ot see you with them again, but not just as a guest. As a member. You're right. I don't like you at all.” -Hunter Zaccadelli-
Secara penampakan fisik, Hunter emang tipe bad boy. Punya tattoo, pake anting, you name it lah. Tapiii di luar itu, Hunter juga pinter masak (wow), jago main gitar daann jago nyanyi.
Tapi yang bikin Hunter masuk dalam top 5 bukan cuma karakteristik di atas.
Yang bikin Hunter stands out buat saya adalah kesabaran dia menghadapi Taylor (ceweknya). Dia tahu kalo Taylor punya trauma tertentu yang bikin cewek itu susah percaya sama orang asing apalagi cowok. Jadi satu-satunya cara bagi Hunter untuk bisa mendapatkan Taylor adalah dengan mendapatkan kepercayaannya. And that's what he did.
Yang saya suka juga, Hunter itu gak gombal. Gak ada janji setia sehidup semati yang dia bilang. Gak ada juga segala kalimat till-death-do-us-part. Tapi dengan caranya sendiri, Hunter bisa meyakinkan Taylor bahwa dia serius.
“I can't promise not to make you mad. I can't promise that I won't hurt you. All I can promise is that I want you in my life, and I'll do anything to keep you there.” 
-Hunter Zaccadelli
Yeaa..,yeaaa...I know it's cheesy, but that is the kind of cheesiness that I like.

Dan soal romantis? Kurang romantis apa sih kalo ada cowok yang ngomong kayak gini ke ibu kamu:
“You're not just doing that to impress her, are you?"
"Everything I do is to impress her. It's my mission in life," he said with a completely serious face, while he squeezed my knee under the table.
Hmmm....sapa ya yang cocok jadi Hunter? *garuk pala*
Jujur aja, menurut saya sih cowok di cover itu udah pas. Saya juga ngebayangin yang mirip di cover kok selama membaca bukunya.
Tapi kalo harus milih, what about this one :

Dia adalah Wentworth Miller. Yaaa...emang lagi-lagi ketuaan sih buat jadi Hunter *garuk kepala lagi* *tapi gak ketombean lho* #pentingabis
Tapi imagenya Aa Wentworth ini cocok buat jadi Hunter.

Dan itulah top 5 book boyfriend saya untuk tahun ini. Jujur aja, ada di antara mereka yang sepertiya gak akan masuk top 5 versi saya seandainya saya punya pilihan lain. Tapi dari pilihan yang ada tahun ini, this is the best for me.
Gimana dengan kamu? Siapa top 5 book boyfriend/girlfriend-mu? Sharing yuk.

Oiya kalo mo liat top 5 book boyfriend versi blogger lain, silakan cek masterpost event ini di blognya Mbak Fanda.  

Saturday, December 22, 2012

Camar Biru

Judul : Camar Biru : Cinta Tak Selalu Tepat Waktu
Penulis : Nilam Suri
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : November 2012
Bahasa : Indonesia
ISBN : 9797806030
Rating : 4 out of 5 Stars

Ini cerita tentang sebuah bujursangkar, yang dulu pernah begitu solid namun kini terpecah karena sebuah tragedi.

Ini cerita tentang Nina, salah satu sisi bujur sangkar yang tersisa. Sang putri gulali dengan warna pastel yang berubah jadi manusia kelabu berhati biru. Nina yang hidup dalam kurungan kenangan masa lalu. Nina yang sekadar "bertahan" untuk hidup namun juga ingin menghilang.

Ini juga cerita tentang Adith, sisi lain yang tersisa dari bujur sangkar. Adith memang bukan pangeran tampan berkuda putih-nya Nina, tapi Adith adalah pangeran yang selalu setia di samping Nina. Adith yang tidak membiarkan Nina menghilang.

Berawal dari pemenuhan sebuah janji yang terucap sepuluh tahun lalu, kini Adith dan Nina belajar untuk memaafkan masa lalu, berani menapak masa depan dan menerima satu sama lain dalam hati masing-masing.


Pertama kelar baca buku ini, saya bengong sesaat. GIMANA CARANYA BIKIN REVIEW BUKU INI SECARA FAIR TANPA CURCOL???

Well...anyhoo this is my attempt. Mudah-mudahan sih fair dan gak jadi curcol. Dan mudah-mudahan juga gak ada spoiler. Tapi kalo pun iya, you've been told before :p.

Satu, saya suka sama penggalan lagu-lagu yang ada di tiap bab, fits my taste. Terutama buat lagu "Paint It Black"nya The Rolling Stones yang pernah jadi soundtrack hidup saya dan "Blackbird"nya Beatles yang masih menjadi soundtrack saya.

Dua, saya kurang nyaman dengan gaya bahasa loe-gue yang dipake di buku ini. Saya ngerti kalo percakapan antar tokoh pake gue-loe, ato ketika yang bernarasi adalah tokoh pria, tapi saat semua tokoh menggunakan gue-loe, maka yep...saya terganggu.

Tapi saya salut. Walopun pake bahasa gue-loe, percakapan antar tokoh di buku ini berbobot. Bahasa ringan yang digunakannya membuat pesan yang ingin disampaikan jadi "kena". Saya juga suka analogi-analogi yang digunakan oleh Nilam. contohnya percakapan mengenai Dufan berikut ini :

"Lo tahu nggak kenapa gue bilang tempat ini sebagai tempat kebahagiaan semu?" "Karena menurut gue, orang - orang yang sedang menaiki wahana ini sebenarnya sedang setengah mati ketakutan. Mereka sebenarnya sedang setengah mati ketakutan dan berusaha menutupinya dengan tawa."
Tiga, masih soal gaya bahasa. Sama kayak mas Tomo, saya nggak ngerti kenapa Sinar membahasakan diri dengan "saya" ke Nina. Mereka sangat akrab bukan? Kenapa nggak pake "gue-lo" aja? Ato paling nggak "aku-kamu" lah. "Saya" itu kesannya resmi banget untuk seorang istimewa yang dikenal selama 20 tahun lebih.

Empat, saya nggak nyaman dengan multi POV yang dipake buku ini.
Don't get me wrong. Saya suka kok baca cerita yang pake POV 1 ato POV berapa pun itu. Saya juga suka kalo cerita pake multiple POV 1 yang membuat setiap tokoh utama ber-narasi seperti yang terjadi di Perfect Chemistry-nya Simone Elkeles ato Antologi Rasa-nya Ika Natassa. Fine with that.

Tapi ketika sebuah buku mengambil multiple POV 1 lalu beralih ke POV 3 dan balik lagi ke POV 1, then I have a problem with that. Penulisnya berasa Tuhan yang bebas mengatur nasib para tokohnya.

Lima, sama seperti sebagian besar reviewer, saya juga gak suka dengan bagian epilog itu. Cerita ini akan lebih nendang kalo ditutup di bab sebelum epilog. I prefer a story that tied with a red ribbon but not too tight please.

Enam, saya suka dengan analogi asap rokok di buku ini.
"Gue selalu percaya permintaan itu akan dikabulkan kalau dia bisa terbang semakin tinggi, nggak tahu kenapa. Mungkin kalau dia semakin tinggi, dia akan semakin mudah didengar. Karena nggak mungkin gue harus terus-terusan naik pesawat setiap kali punya permintaan, jadi jalan lainnya adalah dengan asap."
Seseorang juga pernah mengajarkan hal serupa pada saya. Namun bukannya menggunakan rokok, beliau menggantinya dengan balon gas. Saya sempat lupa dengan ajaran tersebut dan membaca bagian asap rokok membuka kenangan saya akan beliau. Thank you, Nilam, for bringing back that sweet memory.

Tujuh, uhm...jujur...saya kurang suka dengan covernya. Cantik sih, tapi gak secantik cover Gagas lain. Emang cover designer-nya bukan favorit saya ternyata.
Tapi itu gak penting.
Yang penting adalah : kok gambar yang ada di cover itu bangau kertas biru sih? Kan judulnya camar biru? #SebenernyaIniJugaGakPenting
Apa karena Gagas gak punya stok gambar camar kertas biru? Ah enggak kookk. Halaman dalam buku ini dipenuhi gambar camar kertas

Delapan, bosen rasanya harus bilang ini lagi dan lagi *sigh*, tapi saya gak suka banget deh dengan blurb di buku ini. Tipikal Gagas banget sih yang suka kasi blurb sok puitis berisi curahan hati salah seorang tokohnya tapi gak bakal dipahami maksudnya sama orang yang belum baca novel ini (Dan kenapa bahasa gw ribet giniii??)

Jujur aja, kalo saya lagi di toko buku, ngeliat cover buku ini dan baca blurb di back cover, saya gak bakal tertarik beli buku ini. Blurb-nya gak menjual. In fact, yang bikin saya ngeh sama buku ini adalah nama penulisnya dan review Mas Tomo.

Sembilan, hmm...twist di buku ini sebenarnya udah ketebak bahkan sejak awal. Dari sejak bab 5 ketika Nina bernarasi seperti ini :
"Dengan tetap menyisihkan malam penuh kabut lainnya, kabut mengerikan, yang juga dari sepuluh tahun lalu. Alasan sebenarnya kenapa gue membiarkan Adith membuat sumpah konyol itu, dan alasan kenapa gue menyetujuinya sekarang."
Lain kali coba clue-nya jangan ditaro sejak awal buku, mbak Nilam. Jadinya ketebak. Akan lebih bikin penasaran kalo cuma tokoh Adith aja yang berprasangka dan menebak-nebak sendirian. Biar pembaca (saya sih tepatnya) ikut menebak bersama Adith.

Sepuluh, saya suka dengan chemistry antar tokohnya, terutama chemistry Adith-Nina. Kerasa banget transisi perasaan mereka dari sahabat lama yang kemudian belajar membuka hati. Saya suka gimana Nilam perlahan membangun chemistry mereka hingga keduanya sadar bahwa mereka butuh yang "lebih" dari hubungan mereka selama ini.

Sebelas, saya berharap buku ini bisa lebih tebal sehingga Nilam bisa mengeksplorasi karakter Nina lebih dalam. See...Nina has some wrecked past yang mengubah karakter keseluruhannya. Saya berharap Nilam bisa menggambarkan perasaan dan trauma Nina lebih dalam lagi, tentang bagaimana dia mengatasinya atau bagaimana perjuangan dia untuk menerimanya.
Tapi saya juga paham kok perjuangan psikologis Nina bukanlah topik utama kisah ini. Dan saya juga paham kalo 279 halaman tidaklah cukup untuk mengeksplorasi hal tersebut, belum lagi ditambah cerita tentang Adith-Nina di masa sekarang.

Dua belas, saya suka analogi persahabatan bujur sangkarnya. I know it so well.

Saya pernah punya sebuah persahabatan seperti itu dalam hidup saya. Sebuah dekagon yang begitu solid dan bertahan 20 tahun lebih.
Tapi 2x campur tangan Thanatos dan sebuah "persilangan hati" meretakkan dekagon kami.

Beberapa memilih seperti Sinar, yang pergi menjauh namun tak bisa benar-benar lepas dari jaringan sisi dekagon yang tersisa.
Beberapa seperti Nina yang berusaha keras mempertahankan apa pun yang tersisa dari sebuah ikatan yang sudah retak, mengubahnya jadi oktagon bila perlu.
Saya?
Saya seperti Adith yang hanya diam dan menikmati sisi mana pun yang tersisa dari dekagon kami. Sama seperti Adith, saya tak berusaha menjauh, namun juga tak berusaha merekatkan apapun.
Dan karena itu, I feel Adith. Saya ngerti concern-nya ke Nina, juga rasa pahitnya pada Sinar yang memilih pergi.

Tiga belas, saya suka kalimat ini dari halaman 269 :
"Kadang, saat kita nggak mampu melepaskan orang yang terlalu kita cintai, berarti kitalah yang harus pergi. Mungkin membalikkan badan dan berlalu lebih mudah dibanding berdiri diam menatap punggung seseorang (atau dalam kasus gue, menatap batu nisan) yang berjalan menjauh."
I did that once.
Sayang saya gak seberuntung tokoh-tokoh dalam buku ini. Karena saat kembali, saya masih terjebak dalam same-old-brand-new problem. Should I go again? (woooiii....kok jadi curhat wooiiii? XD)

Empat belas, saya mempertanyakan maksud kalimat yang ada di halaman 4 : "Si Kunyuk itu pecandu kopi akut dan cuma mau kopi Sumatra-nya Starbucks".

Apa maksud "akut" pada kalimat di atas? Apakah Si Kunyuk baru-baru ini saja suka kopi? Ah nggaaakk kookk. Dari ceritanya jelas ditunjukkan Si Kunyuk sudah lama suka kopi.
Mungkin maksud Nilam adalah "kronis"?
Ato mungkin maksud Nilam, Si Kunyuk adalah pecandu kopi kelas berat?
Apa sih makna "akut" yang dimaksud?

Dan kenapa saya segitu bawelnya sama satu kata doang?

Simpel sih, karena saya liat banyak banget penggunaan yang salah pada kata "akut". Entah kenapa banyak yang berpikir "akut" artinya sudah parah. Sehingga saat saya bilang ke client saya kalo penyakit mereka adalah tipe penyakit yang akut, yang ada mereka jadi pucat dan panik.
Padahal akut kan merujuk pada suatu hal yang baru terjadi. Belum tentu jelek.

Dan sebelum saya salah kaprah sama maksud Nilam, mending saya tanya dulu kan?

Lima belas, kenapa saya kasi bintang 4 untuk novel ini?
Balik ke definisi goodreads dan definisi saya aja. Karena saya suka banget sama buku ini dan bakal saya baca ulang someday. Terutama kalo saya lagi mood untuk buku ringan yang beraura beautifully sad dan sadly beautiful kayak buku ini.

Fyuh...finally nemu juga buku terbitan Gagas yang bisa saya sukai dan tidak membuat saya merasa tertipu oleh covernya.

Enam belas, ini sih buat Sulis doang. Liiisss, ada buku Gagas bagus yang layak masuk koleksi niihh. X)

Udah ah. So far sih cuma 16 point ini yang keingat ("cuma" loe kateee, wiii?"). Kapan-kapan kalo masih ada yang perlu ditambah, ditambahain aaahh.
Reserved to be edited sometimes later yaaaa #berasaKaskus

Thursday, December 20, 2012

Always You

Judul : Always You
Penulis : Kirsty Moseley
Genre : Young Adult
Rating : 1 of 5 stars


Tiap abis kasi 1/2 - 2 star review ke sebuah buku, saya jadi penasaran pengen baca buku lain karya pengarang tersebut. Pengen tahu aja buku berbintang rendah itu apa karena saya beneran gak satu selera dengan pengarangnya ato cuma kebetulan buku itu aja yang saya gak suka.

Begitu juga dengan Kirsty Moseley ini. Buku pertamanya yang saya baca kurang memuaskan, tapi saya bisa melihat ada potensi di sana. Maka dengan semangatnya saya mulailah membaca buku ini, dan ternyata...

Okeh...sebelum saya mulai ngoceh gak jelas, mending saya kasi tau dulu ceritanya kayak gimana. Some spoilers here, so beware.

Riley & Clay sudah bersahabat dari kecil. Clay yang playboy tapi guanteng abis itu sebenarnya naksir Riley dari dulu, tapi si RIley gak nyadar. Semua berubah setelah Riley liburan sebulan dan gak ketemu Clay sama sekali. Saat itu dia mulai merasakan perubahan perasaannya pada Clay.

Awalnya Riley denial dengan perasaannya ini, bahkan waktu mereka udah making out sekali pun. Sampe akhirnya Clay mengakui kalo dia udah cinta Riley dari dulu. Thus dimulailah hubungan mereka.
Apa konfliknya?

Konfliknya ada pada Blake, mantan senior Clay di klub football dulu. Blake & Clay dulunya bersaing di tim football, dan sekarang mereka bersaing memperebutkan hati Riley. Ketika Riley memilih CLay, Blake pun gak rela. Dia berubah jadi stalker bahkan sampe ke titik dia nekat menculik Riley.

Udah segitu aja ah sinopsisnya. Males kasi cerita lebih panjang #eh

Kesan setelah baca buku ini? Hampir sama dengan kesan setelah baca The Boy Who Sneaks in my Bedroom Window, kecuali bagian judulnya itu.

Sama kayak di The Boy Who Sneaks in my Bedroom Window (TBWSimBW), covernya masih keren. Dan kali ini lebih jelas lah maknanya apa.

Tapi sama kayak di TBWSimBW juga, kalimat-kalimatnya terlalu cheesy. Kalo di buku sebelumnya, kata "hot ass" paling sering muncul, dibuku ini 3 kata "i-love-you" lah yang paling mendominasi. Serius, mulai bab 8, 3 kata itu bisa ditemukan minimal 1 di TIAP HALAMAN! Saying i-love-you is nice and sweet, but overdo it and you'll look like a freak.

Kalimat cheesy nan gombal lain gak perlu lah saya tulis di sini. Cukuplah dipahami bahwa kalo di TBWSimBW saya khawatir kena diabetes, di buku ini saya malah mual banget saking udah kebanyakannya disuguhin yang manis tapi garing.

Oh dan jangam lupakan grammar mistakes yang udah ada di buku sebelumnya dan ada juga di sini.
Saya bukan native english (iyaaa...ngakuuu....english saya kacrut abis), tapi bahkan dengan kadar kacrut saya pun saya merasa terganggu dengan grammar mistakes di buku ini.

Ceritanya pun....gak realistis.
Idenya sih lumayan, tentang 2 sahabat yang kemudian saling jatuh cinta. Oh...I know that kind of story very well. Tapi apa Riley dan Clay beneran sahabat? Entahlah. Kadang susah dibedain apa mereka beneran sahabat ato bestfriends with benefit.

Contohnya :
- di buku ini gak perlu lagi sneak through window, karena orang tua Riley dengan pengertiannya mengijinkan Clay nginap di kamar Riley sejak mereka kecil.
Okeh...saya juga punya sahabat cowok dari SD, dan udah gak terhitung berapa kali kami nginap bareng.
Tapi sejak kami kelas 5 SD pun, kami udah gak diizinkan tidur sekamar, apalagi seranjang kecuali mendesak.

- bestfriends tapi hobinya bikin hickey dengan alasan "marking teritorry"? That's weird.

- bestfriend tapi pelukannya sampe rada digendong dan kaki melingkari pinggang cowok? Really weird.

- bestfriend tapi making out to the point of dry hump? Jeez...what's wrong with you two?

- ada adegan Riley, Clay dan teman-teman mereka weekend getaway ke Vegas dan bokapnya Riley dengan santainya kasi US$ 100 dengan pesan dihabiskan di casino. Serius? Ngasi USD 1000 ke anak 17 tahun cuma buat dihabiskan di meja judi? Ditambah Clay dengan kebetulannya memenangkan USD 170.000 di mesin blackjack. Whaaatttt??? Bahkan penjudi senior juga belum tentu seberuntung itu. Beginner's luck? Maybe....but just too much.

- Spoiler nih ya : nanti Riley dan Clay nikah di Vegas. Dan bukannya freaking out besoknya, keduanya malah girang dan berpikir untuk serius membangun rumah tangga. Termasuk ampe nyari apartemen sendiri and bla bla bla. Heu??? 17-18 tahun???
Again...saya tahu itu mungkin.
Tapi...too much.

Masih banyak daftar keanehan yang sulit diterima otak saya yang cetek ini, tapi sudahlah. Lagi gak mood ngoceh panjang (segini gak panjang, wi?)

Sebenernya ada beberapa scene yang "kena" di buku ini, contohnya waktu Riley berusaha meyakinkan Clay bahwa dia menerima Clay apa adanya sekali pun dia lumpuh nanti (ups...spoilerkah ini?). Sayang, bukannya fokus di scene bagus semacam itu, Moseley malah memilih berfokus di adegan making out yang bertaburan di buku ini. Is this some kind of a soft porn?

Ada 1 hal yang bisa saya sukai dari buku ini, yaitu character developmentnya. Riley yang ada di halaman awal dengan Riley di bab terakhir sungguh pribadi yang jauh berbeda. Kedewasaan dan ketangguhannya terasa.
Untuk Clay sih gak terasa perubahan signifikan. Tapi emang sebanyak apa sih karakter yang dari awal diplot manusia sempurna bisa berkembang lagi?

Lalu sekarang, apakah saya tertarik membaca buku Moseley yang lain?
Hmm...gak tahu kalo nanti berubah ya, tapi untuk sekarang sih rasanya cukup 2 ini sajalah.

Tuesday, December 04, 2012

Weird Things Customers Say In Bookstores

Judul : Weird Things Customers Say In Bookstores
Penulis : Jen Campbell
Tahun Terbit : 2012
Bahasa : Inggris
Format : ebook
Rating : 5 of 5 stars

Muahahaha....Finished this in just one sitting, and I had a really good time of laughing my ass off.

One of the perks of having a job that requires you meeting lots of people is you'll realize there's many different people out there. There are hilarious people, weird, funny, funnily weird, nice, etc.

From this book, now I know there is customer...


- that's naive and funny:

CUSTOMER (holding up a Jamie Oliver cookbook) : Would you mind if I photocopied this recipe?
BOOKSELLER : Yes, I would.

- that likes Shakespeare though he/she has no idea who he is :

CUSTOMER: Excuse me, do you have any signed copies of Shakespeare plays?
BOOKSELLER : Er . . . do you mean signed by the people who performed the play?
CUSTOMER : No, I mean signed by William Shakespeare.
BOOKSELLER : . . .

- that truly believe in superstitious :

BOOKSELLER: OK, so with postage that brings your total to £13.05. One second and I’ll get the card machine.
CUSTOMER : No. No, absolutely not. I demand that you charge me £12.99. I wil not pay for anything that starts with thirteen. You’re trying to give me bad luck. Now, change it, or I will go to a bookshop which doesn’t want me to fall down a hole and die. OK?

- that's so into Dark Arts 'till he/she's gonna look for the street that-doesn't-exist

CUSTOMER: Do you have any books on the dark arts?
BOOKSELLER : . . . No.
CUSTOMER : Do you have any idea where I could find some?
BOOKSELLER : Why don’t you try Knockturn Alley?
CUSTOMER : Where’s that?
BOOKSELLER : Oh, the centre of London.
CUSTOMER : Thanks, I’ll keep my eyes peeled for it.

- that wanna try to cook sperm

CUSTOMER : Hi, do you have that sperm cookbook?
BOOKSELLER : No, we don’t.
CUSTOMER : That’s a shame; I really wanted to try it. Have you tried it?
BOOKSELLER : I have not.
(PS : Dear Customer, if you find one later, would you please lend me the book? Just wanna see it)

- that's thinking there's no harm in trying

CUSTOMER : Do you have security cameras in here?
BOOKSELLER : Yes.
CUSTOMER : Oh. (customer slides a book out from inside his jacket and places it back on the shelf)

-that's taking the saying if-there's-no-rattan-roots-can- be-used (is there a saying like this in english?) too far

CUSTOMER : Do you have a copy of Jane Eyre?
BOOKSELLER : Actualy, I just sold that this morning, sorry!
CUSTOMER : Oh. Have you read it?
BOOKSELLER : Yes, it’s one of my favourite books.
CUSTOMER : Oh, great (sits down beside bookseller). Could you tell me all about it? I have to write an essay on it by tomorrow.

- that for some unknown reason wanna read a book typed by monkeys

CUSTOMER : You know how they say that if you gave a thousand monkeys typewriters, then they’d eventually churn out really good writing?
BOOKSELLER : . . . yes.
CUSTOMER : Well, do you have any books by those monkeys?
BOOKSELLER : . . .

- that also an author who just wanna sell his book

MAN : Hi, I’ve just self-published my art book. My friends tell me that I’m set to be the new Van Gogh. How many copies of my book would you like to pre-order?
BOOKSELLER : You know, Van Gogh was never appreciated in his lifetime.
MAN : . . .

- that wishes Robin Hood isn't a thief

CUSTOMER : Do you have any Robin Hood stories where he doesn’t steal from the rich? My husband’s called Robin and I’d like to buy him a copy for his birthday, but he’s a banker, so ...

- that's imaginative

CUSTOMER : Doesn’t it bother you, being surrounded by books all day? I think I’d be paranoid they were all going to jump off the shelves and kill me.
BOOKSELLER : . . .

- that really loves his wife and just wanna give her best birthday present ever

CUSTOMER : Do you have any books signed by Margaret Atwood?
BOOKSELLER : We have many Margaret Atwood books, but I’m afraid we don’t have any signed by Margaret Atwood, no.
CUSTOMER : I’m looking for a birthday present of my wife. I know she’d really love a signed copy. You couldn’t fake a signature could you?

- that love his/her daughter

CUSTOMER : You know that film : Coraline?
BOOKSELLER : Yes, indeed.
CUSTOMER : My daughter loves it. Are they going to make it into a book?

- that's asking what seems like the most-difficult-question ever

CUSTOMER (holding up a copy of Ulysses) : Why is this book so long? Isn’t it supposed to be set in one day only? How can this many pages of things happen to one person in one day? I mean, I get up, have breakfast, go to work, come home... sometimes I might go out for a drink, and that’s it! And, I mean, that doesn’t fill a book, does it?

- that loves a book based on actor who plays the movie adaptation

WOMAN : Hi, where are your copies of Breaking Dawn? I can’t see any on the shelf.
BOOKSELLER : Sorry, I think we’ve sold out of the Twilight books; we’re waiting on more.
WOMAN : What?
BOOKSELLER : We should have some more in tomorrow.
WOMAN : But I need a copy now. I finished the third one last night.
BOOKSELLER : I’m sorry, I can’t help you.
WOMAN : No, you don’t understand, I’ve taken the whole day off work to read it.
BOOKSELLER : Erm . . .
WOMAN : I NEED TO KNOW WHAT HAPPENS! NOW!
BOOKSELLER : Erm . . .
WOMAN : Can you call your wholesaler and see if they can deliver this afternoon?
BOOKSELLER : They only—
WOMAN : And then I can wait here for them.
BOOKSELLER : I’m sorry, they only deliver in the morning.
WOMAN : BUT WHAT AM I SUPPOSED TO DO NOW?
BOOKSELLER : . . . we have many other books.WOMAN (sniffs) : Do any of those have Robert Pattinson in them?

- that's realistic

CUSTOMER : These books are really stupid, aren’t they?
BOOKSELLER : Which ones?
CUSTOMER : You know, the ones where animals like cats and mice are best friends.
BOOKSELLER : I suppose they’re not very realistic, but then that’s fiction.
CUSTOMER : They’re more than unrealistic; they’re really stupid.
BOOKSELLER : Well, writers use that kind of thing to teach kids about accepting people different to themselves, you know?
CUSTOMER : Yeah, well, books shouldn’t pretend that different people get on like that and that everything is ‘la de da’ and wonderful, should they? Kids should learn that life’s a bitch, and the sooner the better.

- that's creative

BOOKSELLER : Can I help at all?
CUSTOMER : Yes, where’s your fiction section?
BOOKSELLER : It starts over on the far wall . Are you looking for anything in particular?
CUSTOMER : Yes, any books by Stefan Browning.
BOOKSELLER : I’m not familiar with him, what kind of books has he written?
CUSTOMER : I don’t know if he’s written any. You see, my name’s Stefan Browning, and I always like to go into bookshops to see if anyone with my name has written a book.
BOOKSELLER : . . . right.
CUSTOMER : Because then I can buy it, you see, and carry it around with me and tell everyone that I’ve had a novel published. Then everyone will think I’m really cool, don’t you think?
BOOKSELLER: . . .

- that's reeeaaallllyyy really creative

CUSTOMER : It’s amazing, isn’t it, how little we really know about writers’ lives? Especially the old ones.
BOOKSELLER : I guess the lives of writers have changed a lot.
CUSTOMER : Yes. And don’t forget about those women who used to write under male names.
BOOKSELLER : Yes, like George Eliot.
CUSTOMER : I always thought Charles Dickens was probably a woman.
BOOKSELLER : . . . I’m pretty sure Charles Dickens was a man.
CUSTOMER : But who’s to say?
BOOKSELLER : Well, he was pretty prominent in society; lots of people saw him.
CUSTOMER : But maybe that was all a show – maybe that was her brother, whilst Charlene was at home, writing.
BOOKSELLER : . . .

- that thinks Bronte has some future prediction about vampire

CUSTOMER : Do you have a copy of Bella Swan’s favourite book? You know, from Twilight?
(Bookseller sighs and pulls a copy of Wuthering Heights off the shelf)
CUSTOMER : Do you have the one with the cover that looks like Twilight?
BOOKSELLER : No. This is an antiquarian bookshop, so this is an old edition of the book.
CUSTOMER : But it’s still the one with that girl Cathy and the dangerous guy, right?
BOOKSELLER : Yes, it’s still the story by Emily Bronte.
CUSTOMER : Right. Do you think they’ll make it into a film?
BOOKSELLER : They’ve made several films of it. The one where Ralph Fiennes plays Heathcliff is very good.
CUSTOMER : What? Voldemort plays Heathcliff?
BOOKSELLER : Well. . .
CUSTOMER : But that’s Edward’s role.
BOOKSELLER : Wuthering Heights was written well before both Harry Potter and Twilight.
CUSTOMER : Yeah, but Voldemort killed Cedric, who’s played by Robert Pattinson, and now Voldemort’s playing Edward’s role in Wuthering Heights, because Edward’s character is Heathcliff. I think that Emily Bronte’s trying to say something about vampires.
BOOKSELLER : . . . that’s £8.
CUSTOMER : For what?
BOOKSELLER : For the book.
CUSTOMER : Oh, no, it’s OK, I’m going to go and try and find the Voldemort DVD version.

Oke...the list could go on and on and on..I could quote them all and put it here just to show you which one I think was funny (all of them are!). In fact, I think I just quoted almost half of the book X)

But...though I laughed hard while I was reading it, I can't help feeling a bit sad too. Neil Gaiman said this on the book cover : "So Funny, So Sad". And yeah, he's right.

I'm sad cause I realize there are many people out there who completely clueless about books.

And for that, I think the world (lebay dikit) has to thank Meyer.
Because of Twilight, many teenagers now curious about Wuthering Heights and some even go the extent of reading it.
Also thanks to Meyers for choosing Rob Pattinson and Taylor Lautner to star in the movie. Many people out there who knew nothing about Twilight Saga at first, fell in love with the actors then proceed to read the whole series.

I know I loathe Twilight Saga so much (especially the last book :D), but I have to give Meyer credit for her influence to the reading world.

So this salute goes to you Meyer and all the authors that manage to get their books made into movie and, in the end, gained more people that become interested with their books and reading world in general. (yep...I'm also talking to you : Rowling, Neil Gaiman, EL James, Suzanne Collins, etc).

And I give credit too for the producers & their crews who made film based on books and cleverly choose actors that succeed in selling the movie and increase the awareness for the books. That means you: the LOTR movie teams, the Harry Potter movie teams, Twilight Saga movie teams, The Narnia movie teams, etc (lupa ah sapa aja. #jyiaahh)

Thank you, guys. Thank you :D


Oh before I ended this rambling, just wanna give you one of my favourite quote from this book, one of the funniest but also the saddest :

CUSTOMER: Which was the first Harry Potter book?
BOOKSELLER: The Philosopher’s Stone.
CUSTOMER: And the second?
BOOKSELLER: The Chamber of Secrets.
CUSTOMER: I’l take The Chamber of Secrets. I don’t want The Philosopher’s Stone.
BOOKSELLER: Have you already read that one?
CUSTOMER: No, but with series of books I always find they take a while to really get going. I don’t want to waste my time with the useless introductory stuff at the beginning.
BOOKSELLER: The story in Harry Potter actually starts right away. Personally, I do recommend that you start with the first book – and it’s very good.
CUSTOMER: Are you working on commission?
BOOKSELLER: No.
CUSTOMER: Right. How many books are there in total?
BOOKSELLER: Seven.
CUSTOMER: Exactly. I’m not going to waste my money on the first book when there are so many others to buy. I’l take the second one.
BOOKSELLER: . . . If you’re sure.
(One week later, the customer returns)
BOOKSELLER: Hi, did you want to buy a copy of The Prisoner of Azkaban?
CUSTOMER: What’s that?
BOOKSELLER: It’s the book after The Chamber of Secrets.
CUSTOMER: Oh, no, definitely not. I found that book far too confusing. I ask you, how on earth are children supposed to understand it if I can’t? I mean, who the heck is that Voldemort guy anyway? No. I’m not going to bother with the rest.
BOOKSELLER: . . .

PS : Euh...baru nyadar, ini repiu kenapa endingnya jadi lebay ya? Padahal niatnya bikin repiu becanda (_ _")

Friday, November 30, 2012

Macbeth

MacbethMacbeth by William Shakespeare

My rating: 5 of 5 stars


WARNING : Review ini mengandung slight spoiler. Tapi menurut saya, classic seperti ini, apalagi punya Shakespeare, sudah bukan rahasia lagi endingnya gimana

Di antara petir dan kilat yang bersambaran, 3 penyihir membuat janji untuk bertemu lagi dan kali ini mereka akan bertemu dengan Macbeth.

Di tempat lain, seorang prajurit yang terluka melaporkan kepada Raja Duncan dari Scotlandia bahwa sang Jenderal Macbeth - Thane of Glamis- dan Banquo baru saja mengalahkan pasukan Norwegia & Irlandia yang dipimpin oleh pengkhianat Macdonwald.

Pada scene berikutnya, Macbeth dan Banquo (rekannya) sedang berjalan sambil mendiskusikan kemenangan mereka di medan perang. Dan muncullah 3 penyihir yang berniat meramal mereka. Untuk Macbeth, ramalannya adalah dia akan menjadi Thane of Cawdor dan kemudian jadi Raja. Sementara Banquo diramalkan bahwa keturunannya akan menjadi raja meskipun dia sendiri tidak.

Di saat Macbeth dan Banquo merenungkan ramalan ini, ketiga penyihir itu menghilang dan datanglah Thane lain (Ross) yang mengabarkan bahwa Macbeth diberi gelar Thane of Cawdor, menggantikan Thane sebelumnya yang dihukum karena berkhianat. Dan dengan itu 1 ramalan telah terpenuhi.

Macbeth lalu menceritakan ramalan tiga peyihir pada istrinya. Lady Macbeth yang ambisius itu "memaksa" suaminya untuk membunuh Raja Duncan.
Dan bujukannya berhasil!
Macbeth & Lady Macbeth membuat mabuk penjaga Raja, kemudian menusuk Raja hingga mati.

Macbeth yang terpukul sehabis membunuh Raja merasa tidak sanggup meneruskan rencana. Lady Macbeth pun mengambil alih dan meletakkan belati berdarah tersebut ke tangan si penjaga yang tertidur karena mabuk.

Esok paginya, Lennox (seorang bangsawan) dan Macduff, Thane of Fife, tiba di istana. Macbeth mengantar mereka untuk menemui raja dan menemukan tubuhnya terbujur kaku. Berpura-pura marah, Macbeth lalu membunuh penjaga dan menuduhnya sebagai pembunuh raja.

Kedua putra raja, Malcolm dan Donalbain, melarikan diri ke Inggris dan Irlandia. Mereka takut pembunuh Raja akan mengincar nyawa mereka juga. Kosongnya tampuk kekuasaan membuat Macbeth meng-claim posisi Raja (gelar Thane of Cawdor milik Macbeth memang gelar bangsawan tertinggi). Dan dengan itu, ramalan kedua pun tergenapi.

Banquo yang melihat ini sadar kebenaran ramalan tersebut. Dia pun ingat bahwa keturunannya lah yang akan mewarisi tahta. Macbeth juga tak lupa akan ramalan tentang Banquo tersebut. Maka Macbeth pun menyusun rencana untuk membunuh Banquo dan putranya, Fleance, yang berencana melarikan diri ke negara lain.

Banquo memang terbunuh, namun Fleance selamat. Hal ini membuat Macbeth makin cemas. Maka dia pun mengunjungi ketiga penyihir untuk diramal lagi. Ketiga penyihir memanggil "penampakan" yang kemudian memberikan ramalannya :

- Penampakan 1 : Macbeth! Macbeth! Macbeth! beware Macduff; Beware the thane of Fife
- Penampakan 2 : Be bloody, bold, and resolute; laugh to scorn The power of man, for none of woman born Shall harm Macbeth.
- Penampakan 3 : Macbeth shall never vanquish'd be until Great Birnam wood to high Dunsinane hill Shall come against him.

Macbeth juga bertanya tentang keturunan Banquo dan para penyihir itu menunjukkan serangkaian image wajah para raja yang mirip Banquo. Macbeth pun sadar bahwa keturunan Banquo memang akan menjadi raja, namun bukan di Scotlandia.

Macbeth pun menjadi tenang. Soalnya pria mana sih yang tidak dilahirkan oleh wanita? ? Dan bagaimana mungkin Hutan Great Birnam bisa bergerak? Ini kan bukan dunia Lord Of The Rings.
Satu-satunya yang perlu dia lakukan hanyalah memusnahkan Macduff dan keturunannya (which he did). Yah kecuali untuk Macduff yang saat itu sedang berada di Inggris.

Dan Macbeth pun melanjutkan tiraninya di Scotlandia sementara Lady Macbeth justru terkena depresi hebat dan merasa bersalah atas dosa-dosanya.

Lalu...bagaimana nasib Macbeth? Akankah ramalan para penyihir menjadi kenyataan walau pun ramalan itu terdengar mustahil bisa terwujud?
You have to find out by yourself :)

Saya senang memilih Macbeth sebagai plays pertama yang saya baca dalam rangkaian event "Let's Read Plays"-nya Mbak Fanda.
Kenapa?
Karena saya langsung mendapat kisah yang begitu seru dan bikin penasaran.

Sepanjang membaca, saya penasaran dengan ramalan ketiga penyihir tersebut. Saya penasaran mengetahui bagaimana Shakespeare bisa menciptakan "pria-yang-tidak-dilahirkan-dari-wanita" dan memindahkan sebuah hutan ke Dunsinane Hill?
Ato kalo Shakespeare tidak melakukan itu, bagaimana penyelesaian yang dilakukannya? Asli...saya penasaran banget.
Dan untunglah, Shakespeare memberi penyelesaian yang memuaskan bagi saya. Memuaskan dan gak ketebak :).

Menyorot karakter, ada 2 karakter yang menarik perhatian saya.

Yang pertama tentu saja Lady Macbeth. Wanita pada jaman itu adalah sosok yang penurut pada suami. Tapi Lady Macbeth justru sebaliknya. Ambisi besar dan "tantangannya" pada Macbeth lah (dengan menantang harga diri suaminya sebagai pria) yang membuat Macbeth terdorong untuk membunuh Raja.

Lady Macbeth bahkan cukup tegar untuk melanjutkan pembunuhan di saat Macbeth tak sanggup. Namun anehnya, Lady Macbeth juga lah yang pertama merasa depresi dan bersalah atas semua kejahatan yang dilakukannya. Rasa bersalahnya begitu besar hingga menyeretnya dalam kegilaan dan mengakhiri hidupnya.
Karakter Lady Macbeth yang kontradiktif ini salah satu yang membuat saya tertarik membaca terus.

Karakter kedua adalah tiga penyihir. Yang bikin saya tertarik sama karakter ini sih karena gak pernah ada penjelasan latar belakang dan tujuan mereka. Rasanya saya melihat lirik lagu Letto yang "Kau datang dan pergi oh begitu saja" diinterpretasikan dengan baik oleh mereka.

Dan ramalan tiga penyihir ini bikin saya jadi bertanya :
- Apakah mereka menceritakan masa depan? Ato mereka lah penentu masa depan?
- Apakah sudah takdir Macbeth akan membunuh Duncan atau Macbeth membunuh Duncan justru karena mendengar ramalan tersebut?
- Dan apakah tiga penyihir memang hanya karakter tambahan ato justru merekalah mastermind kisah Macbeth?

Such interesting questions for me,but there's no way to find the exact answer.



Sunday, November 11, 2012

Winner Of Birthday Giveaway


Terima kasih buat semua yang udah meramaikan Birthday Giveaway kemarin ya. It was fun :)

Ada beberapa entry yang saya hapus dari rafflecopter karena ketahuan memasukkan entry palsu (contohnya : gak follow akun @BBI_2011 ato gak ngetweet tentang giveaway ini). Saya ngerti kok beberapa orang masih bingung pake rafflecopter. Kayak misalnya tentang tweet giveaway, banyak yg gak kasi link, malah kasi username. Tapi gak papa. Saya tinggal cek di akun twitter kalian apa bener ada tweetnya. Kalo ada, ya saya anggap valid. So yang saya hapus emang udah saya cek sebelumnya.
Seperti yang sudah saya bilang, ketahuan masukkin entry palsu langsung didiskualifikasi. Jadi maaf yaa buat yang dihapus namanya.

Sekarang untuk pengumuman pemenang.
Yang disayang banget sama Rafflecopter ampe dipilih adalah :
a Rafflecopter giveaway


Yuupp....yup...selamat buat HELVRY SINAGA, pemilik entry nomor 438.

Lalu untuk komen, yang terplih adalah pemilik komen ini :
kaka, met ultah ya.........
boleh ikutan kan, hehehe?
kalau buku, OS yang pernah: palasarionline.com, mitraahmad.net, bukabuku.com, bukukita.com, halamanmoeka.com (via fb juga), parcelbuku.com (via fb sih), sama beli individu via fb. Eh titip lewat temen online, masuk juga nggak ya?
Sebenernya kalo paling favorit sih susah nyebutnya. Ada yg pendekatannya enak kalau lewat individu yg udah kenal tapi njalanin usaha os ini, seperti mbak Retno di HM. Ada juga yang basis web, enak dikaish data setiap ada update kalo beli misal bukabuku, ada yang diskonnya lumayan gede, kayak mitraahmad. So, susah nentuin deh, i'm sorry, tapi sebagai pembeli bisa memfavoritkan di mana-mana kan, sesuai kedaaan dan situasi, :D
 Dan dia adalah : TEZAR.
Alasannya: Uhm...soalnya saya kagum aja, dalam message sependek itu kok bisa kasih info sepadat itu? Mas Tezar punya bakat jadi telegram kayaknya #eh

Selamat ya, HELVRY dan TEZAR. Nanti saya kirimkan email mengenai detail pemesanan bukunya.

Lalu untuk tebak umur, beberapa menebak dengan benar sih. Walo beberapa lagi eng...kok jauh amat yaaa? *bingung*
Sesuai hint :
"My age isn't far from Juve vs Inter's score at the last match, tapi dibalik ya angkanya"
Berhubung skor Juve-Inter kalo dibalik jadi 31, ya mestinya tebakannya antara 30 ato 32 dong ya. Kok ada yang nebak 15 tahun? O_o Saya gak tahu mesti bangga ato terharu dianggap berumur 15 tahun. Hehehe...

So umur saya sebenarnya adalah :
Aduh...fotonya rada burem ya. Tapi angkanya jelas kan?
Betul sekalii....Umur saya tahun ini tepat 30 tahun. Uhuyyyy......I'm thirty something now. Yihaaaaaaa.  *dalam hati menjerit* T^T

Yang bener menjawab 30 ada 14 orang : Marcelle Yulianne, Umar Abdul Jabbar, ana, Indah, Dani, Melody Violine, Yuki Hikari, Pauline Destinugrainy, bzee, afmi fisdha, Tanti, Biondy Alfian, Atasnamabuku, Selvia Sari (berdasarkan urutan entry yang masuk).

Dan setelah dikonsultasikan sama random.org, si Mbah Random.org memilih nomor 8 sebagai pemenang.
 Yaitu : PAULINE DESTINUGRAINY. Selamat yaaa

Sekali lagi selamat buat yang menang. Nantikan email dari saya yaa.
Maaf saya gak bisa menangin semuanya (kapan yaaa saya punya rejeki buat menangin semuanya? Doakan saja).
Nantikan giveaway-giveaway berikutnya yang (seperti biasa) entah kapan muncul X)

Yah coba doakan Intermilan menang seri A ato Europe League gitu lhoo. Kalo waktu itu ada rejeki kan saya bisa punya alasan buat bikin giveaway #halah.


Friday, November 09, 2012

Memoritmo

Data Buku :
Penulis : Ade Paloh, Anto Arief, Cholil Mahmud, Eross Chandra, Galih Sakti, Hasief Ardiasyah, Kartika Jahja, Maradilla Syachridar, Meng, Mikael Johani, Rain Chudori, Sammaria Simanjuntak, Sarah Deshita, Vabyo
Penerbit : Bukune
Bahasa : Indonesia
ISBN  : 6022200725
Rating : 3 out of 5 stars

Apa yang bikin saya tertarik beli buku ini? Karena salah satu penulisnya adalah penulis favorit saya yang entah kenapa kok ya belum juga bikin buku yang bikin saya pengen kasi 5 bintang.
Dan berhubung saya tuh tipe kepo, jadilah saya terus-terusan beli bukunya. Pokoknya belum mo berhenti ampe saya bisa nemu buku dia yang dapat bintang 5.
Jadinya, walau pun tahu buku ini kumcer (yang sebenarnya bikin saya alergi), saya tetap beli.

Ternyata saya salah. Ini bukan sekadar kumcer.
Ini lebih tepat dibilang kumpulan memori yang berhubungan dengan musik (apa itu kali ya artinya Memoritmo? Entahlah).
Adalah Maradilla Syachridar yang pertama menelurkan ide ini. Karena terkenang kembali akan suatu memori yang dihidupkan oleh sebuah lagu, dia jadi terpikir pastilah banyak orang lain yang juga memiliki soundtrack dalam hidupnya. Karena itu, dia membuat proyek Memoritmo, tantangannya adalah memilih satu dari sekian banyak lagu yang berkaitan dengan kehidupan kita. Lalu dia mengajak beberapa rekan yang hidupnya dekat dengan musik.

Jujur, saya paling payah kalo disuruh mereview kumcer kayak gini. Saya bingung kasih ratingnya gimana. Mendingan saya bahas satu persatu saja dan kasi rating per cerita. Berhubung bagian ini bakal kepanjangan kalo dijembreng di blog, saya kasih spoiler tag aja ya.
    

   

    SINOPSIS SINGKAT   

   

   

  

  1. Memori milik Eross Chandra yang paling saya suka dan akan saya bahas sendri nanti. 4 bintang.

  2. Lagu Djuwita Malam, tulisan Anto Arief bercerita tentang kisah cinta dengan seorang gadis. Tapi saya gagal paham hubungannya dengan lagu Djuwita Malam. 1 bintang.

  3. Mikael Johani dengan lagu Madu & Racun bercerita tentang musik yang bagaikan mesin waktu dan bisa membawa kenangan ke satu periode tertentu. Saya suka gaya tulisan dia. 3 bintang.

  4. Little Motel oleh Rain Chudori. Entah ini fiksi ato nyata. Chudori bercerita tentang aku & adikku yang menghabiskan satu periode di motel kecil. 2 bintang.

  5. Maradilla Syachridar membahas sulitnya memutus benang kasih yang terentang bahkan ketika cinta sudah lewat Strings That Tie To You. 3 bintang.

  6. Lewat Yeh Jo Halka Saroor Hae, Galih Ismoyo bercerita tentang pengalaman pertama Dimas (entah siapa dia) belajar ngaji. 2 bintang.

  7. Topik cinta memang gak ada matinya. Sarah Deshita menyarankan untuk jangan menyerah menunggu datangnya cinta sejati lewat True Love Waits. 3 bintang.

  8. Cholil Mahmud menceritakan efek musik Slank bagi perkembangan karirnya lewat Terbunuh Sepi. 2 bintang.

  9. Seorang gadis menganggap gelap adalah kuning. Warna itu melekat kuat dalam ingatan masa kecilnya lewat suatu memori berwarna kuning dan Bad Wisdom adalah soundtrack hidupnya. Entahlah apakah cerita Kartika Jahja ini fiksi atau nyata. Tapi gaya bertuturnya enak dibaca. 3 bintang.

  10. Meng Simamora mengenang sang ayah lewat lagu Moon River. Saya kasi 3,5 bintang lebih karena saya suka lagu dan tentang ayah-nya.

  11. Hasief Hardiansyah mengenang masa remajanya yang sudah lama berlalu lewat My Teen Years. 3 bintang.

  12. Lewat Do You Want To Know A Secret, Ade Paloh bercerita bagaimana Beatles mempengaruhi hidup dan membuka cakrawalanya. Hmm...otak saya memang segitu kapasitasnya. Saya gagal nangkap keindahan kata-kata dia. 1 bintang.

  13. Valiant Budi berbagi kisah tentang sahabat gadungan semasa SMA dulu lewat Sahabat Gelap. Kisah yang dialami (hampir) semua anak sekolah pria era 90an (eh sekarang masih gak ya?). Gaya bertutur Vabyo tetap kenes kayak biasa. 3,5 bintang.

  14. Sammaria Simandjuntak bercakap dengan seorang sahabat untuk terus mengejar kesempatan jadi penyanyi dan jangan hanya pasif menanti lewat Get Up & Go. Suka sama gaya bahasanya. 3,5 bintang.

   

   

   

 Kalo dirata-ratakan jadi 2,67. Bulatkan ke 3 bintang aja deh karena covernya keren (Ribet amat sih loe urusan bintang doang, wi :p)

Btw walau pun secara umum para memori di buku ini menarik dibaca, tapi ada satu yang saya sukaaa banget. Memori itu milik Eross Chandra yang bercerita tentang kecintaannya pada The Beatles lewat Across The Universe.

Terima kasih pada Ayah yang telah mengenalkan saya dengan musik lawas, sampai sekarang saya penggemar setia band jadul. Tersimpan dalam tubuh Lexie (ipod saya), di antara tembang milik Maroon 5, Jason Mraz, Bruno Mars, pasti bisa ditemukan lagu milik Everly Brothers, Engelbert Humperdinck, Frank Sinatra, bahkan sampai ke Broery Pesolima.

Dan di antara semua band jadul itu, Ayah paling suka dengan The Beatles. Buat Ayah saya, me-time favorit adalah bermain piano sambil bernyanyi (dan Ayah memang pianis dan penyanyi yang sangat baik). Biasanya, malam hari selesai praktek, Ayah akan sibuk berkencan dengan pianonya hingga larut malam.
Saya sudah jadi makhluk nocturnal sedari SD. Setelah tugas sekolah esok hari selesai dibuat, saya akan membaca novel hingga larut. Dan tempat baca favorit saya jelas sofa di ruang musik.
Kenapa di situ? Soalnya ruangan itu kedap suara. Saya bisa membaca tanpa terganggu suara berisik adik-adik saya.
Kebiasaan itu membuat saya secara tak langsung menemani Ayah tiap kali dia bermain piano walau pun kami jarang mengobrol. Kami adalah 2 manusia yang tenggelam dalam dunia masing-masing namun menikmati kehadiran satu sama lain.

Karena seringnya mendengar nyanyian Ayah, naturally saya menyukai lagu-lagu yang dinyanyikannya. Ayah mendukung minat saya itu. Kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam, ngobrol tentang penyanyi favorit dan lagu kesukaan beliau. Ayah akan menjelaskan kisah hidup serta latar belakang lagu-lagu indah yang ditulis mereka. Dan favorit saya ketika Ayah memberi terjemahan tiap lagu yang saya minta lengkap dengan makna terselubungnya (jika ada). Come to think of it, itulah perkenalan awal saya dengan bahasa Inggris.

Yang paling sering Ayah bahas adalah The Beatles.
Selain karena beliau memang fans berat band tersebut (Ayah koleksi semua kaset, piringan hitam dan CD The Beatles), juga karena (menurut beliau) lirik lagu The Beatles begitu kaya dan punya makna yang luas. Contohnya Yesterday, yang memang pada dasarnya bercerita tentang break up, tapi toh bisa diaplikasikan dalam hal lain.

Dan berkat pengaruh Ayah, dengan segera saya pun jadi fans Beatles. Sementara teman-teman sekolah saya hafal lagu-lagu NKOTB atau Abang Tukang Bakso-nya Melissa (perbandingannya jauh ya), saya hafal lagu-lagunya Beatles. Di saat teman-teman berburu poster Jordan Knight, saya malah nyimpen gambar Paul McCartney di dompet saya. (Hey...Paul yang paling ganteng dulu).

Lagu Beatles kesukaan Ayah adalah Blackbird. Ayah pernah cerita kalo Blackbird diciptakan Paul untuk mengenang isu rasialisme di USA. Dalam lagunya, Paul berharap agar ras kulit hitam (blackbird) bisa bebas suatu saat nanti. Lagu ini di-release sekitar tahun 68-69. Waktu itu, kasus G30S-PKI sudah lewat, namun pembersihan komunis yang dilakukan rezim Suharto masih terus berlangsung, terutama untuk daerah luar jawa seperti di tempat Ayah.
 Blackbird singing in the dead of night 
Take these broken wings and learn to fly 
All your life  
You were only waiting for this moment to arise
Cerita Ayah, kalo saat itu ada orang yang dicurigai anggota PKI, maka habislah harapan hidup layak untuk dia dan keluarganya. Dan saat itulah, remaja seumuran Ayah mulai sering menyanyikan lagu Blackbird sebagai dukungan terselubung mereka pada tetangga/rekan yang dituduh antek komunis. Yah mereka memang hanya bisa mendukung diam-diam karena ketahuan berinteraksi dengan orang yang dicurigai komunis bisa fatal akibatnya. Dan memori pada lagu Blackbird terus dibawa Ayah sampai dia dewasa.

Memori itu diteruskan kepada saya dan membuat saya ikut menggemari Blackbird. Saking sukanya, saat beliau bermain piano, saya bisa request Blackbird dinyanyikan berulang-ulang. Bahkan saat saya mulai ngantuk, saya akan meminta Ayah memainkan Blackbird dan membuatnya jadi lullaby saya (Iya...saya emang punya hobi ketiduran di sofa ruang musik itu).

Namun seperti layaknya badai yang pasti berlalu, fanatisme saya pada Beatles juga berlalu.
Saya masih suka banget sama Beatles. Tapi saya sudah move on dan menemukan lagu serta band lain yang  juga bisa saya sukai. Tuntutan pergaulan (aih syedap) juga membuat saya makin jarang mantengin Ayah main piano. Namun sesekali, saya masih suka request pada Ayah untuk memainkan Blackbird di pianonya.

Seperti blackbird yang telah terbang, Ayah juga telah pergi kini. Beliau dan pianonya menjadi memori yang membeku sejak 8 tahun lalu ketika beliau dipanggil oleh-NYA. Dan saya biarkan memori tentang Beatles turut membeku walau masih setia menyimpan semua mp3nya dalam ipod.

Adalah tulisan Eross yang membangkitkan kembali memori itu. Eross memang bukan satu-satunya yang membahas Beatles di buku ini. Namun gaya bertutur Eross, kecintaannya yang sangat terasa pada Beatles, interpretasinya yang dalam namun luas pada lirik Across The Universe milik Beatles membuat saya teringat akan Ayah.
Dan memori yang telah membeku selama 8 tahun itu kini berpendar kembali...

Maka saya menyetel playlist "Drop of Heaven" dari Lexie yang memang dikhususkan untuk semua tembang The Beatles, menyuruh Lexie melantunkan Blackbird 2x sebagai opening lalu membiarkannya bebas menyanyikan tembang Beatles yang mana pun sambil mengenang masa lalu bersama Ayah.
Bahkan saat menuliskan review ini, Lexie masih setia menyanyikan lagu Beatles. Yap...sejak kemarin!
Ternyata, saya gak pernah bisa move on sepenuhnya dari The Beatles.

Just wanna say :
Thank you Beatles for the music
Thank you Erros Chandra for bringing back the memory
and
Thank you, Papi for all the lessons you've taught me. Our times together are still one of the happiest moment in my life. Love you :).
Blackbird fly, blackbird fly  
Into the light of the dark black night

PS : Gimana dengan si penulis-yang-karenanya-saya-beli-buku-ini?
Ah ternyata ceritanya kali ini pun belum bisa dirating 5 bintang. Saya hanya memberikan 3,5 bintang.
Tapi gapapa. Terus berkarya dan saya akan terus mengejar bukumu.

Friday's Recommendation #5 : The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window

Hari Jum'at lagiiiii....
Artinya waktu untuk Friday's Recommendation. Yaiiiyyyy \(^_^)/


Buku yang saya rekomendasikan untuk diterjemahkan kali ini adalaaahhhh.....


 

The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window
Kirsty Moseley
Genre: Teenlit, Romance
Sinospsis:

 Amber Walker and her older brother, Jake, have an abusive father. One night her brother's best friend, Liam, sees her crying and climbs through her bedroom window to comfort her. That one action sparks a love/hate relationship that spans over the next eight years.

Liam is now a confident, flirty player who has never had a girlfriend before. Amber is still emotionally scarred from the abuse she suffered at the hands of her father. Together they make an unlikely pair.

Their relationship has always been a rocky one, but what happens when Amber starts to view her brother's best friend a little differently? And how will her brother, who has always been a little overprotective, react when he finds out that the pair are growing closer? Find out in The Boy Who Sneaks In My Bedroom Window.

Saya sudah pernah mereview buku ini di sini
Saya memang cuma kasih 1,5 bintang di review itu. Tapi menurut saya, buku ini punya potensi bagus untuk diterjemahkan. Kalo sasarannya anak remaja (sekitar SMU gitu) pasti suka sama buku ini dan menganggap Liam James tipe cowok impian banget. Dan seandainya saya baca buku ini waktu remaja, kemungkinan saya juga kasi 5 bintang kok. (Iyaaa.....tante-tante emang gak semestinya baca bukunya ABG kok ;p) *tapi saya bukan tante lho*

Lagipula buku ini salah satu nominator Goodreads Award 2012 lhoo. Artinya ratingnya bagus kaann

Gimana dengan kamu?
Punya buku menarik untuk direkomendasikan? Kalo ada, yuk gabung di Friday's Recommendation-nya Ren. Yuk main ke blognya Ren dan baca rekomendasi teman-teman yang lain.


Oya kalo berminat ikutan, sila baca rules-nya Friday's Recommendation

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.
2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.
3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.
4. Posting button meme (dengan gambar kucing lucu X) ) di bawah ini :


5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.
6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.
7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

Thursday, November 08, 2012

Menaklukkan Maut

Data Buku:

Judul asli : Beat The Reaper
Penulis : Josh Bazell
Penerbit : Esensi
Bahasa : Indonesia
Halaman : 348

ISBN 13 : 9789790991460
Rating : 4 out of 5 stars
“It's a weird curse, when you think about it. We're built for thought, and civilization, more than any other creature we've found. And all we really want to be is killers. ” 
-Peter Brown-
Kisah dibuka dengan narasi dr. Peter Brown, seorang residen maha sibuk di Manhattan Hospital, New York. Meski kesehariannya penuh dengan jam kerja yang padat, namun Peter tak keberatan. Baginya pekerjaan ini adalah pelarian sekaligus penebusan dosa masa lalunya. Sebuah masa yang tak mau dia tengok lagi.

Namun masa lalu memang bisa seperti hantu yang selalu membayang dan mengejar.
Di suatu hari, Peter bertemu kembali dengan Squilante yang adalah pasien penderita kanker lambung yang ganas. Squilante yang akan dioperasi meminta kepada Peter untuk menyelamatkan nyawanya sambil mengancam bila dia meninggal, dia akan membocorkan keberadaan Peter pada organisasi lamanya.

Dengan alur maju mundur, Peter lalu bercerita tentang masa lalunya sedari kecil. Demi membayar satu dendam di masa lalu, Peter bergabung dengan kelompok mafia untuk menjadi hitman. Di sana dia menemukan keluarga kedua sekaligus penuntasan dendam.

Semua berubah saat Peter bertemu Magdalena. Gadis itu membuat Peter ingin berubah menjadi orang yang lebih baik dan meninggalkan kelompok mafia. Tentu ini bukan hal yang mudah. Ada harga sangat mahal yang harus dibayar Peter agar bisa keluar. Dan kini, Squilante malah mengancam ketenangan dan kestabilan hidupnya.

Maka dimulailah satu hari sangat sibuk dalam hidup Peter. Satu hari yang berisi usahanya menyelamatkan Squilante sambil tetap bertugas seperti biasa merawat pasien-pasien lain dan harus mengindari kelompok Mafia yang sudah mengendus keberadaannya.
“Ah, youth. It's like heroin you've smoked instead of snorted. Gone so fast you can't believe you still have to pay for it.”
-Peter Brown-
 Satu hari?
Yup...setting waktu kisah ini (tentu saja tidak termasuk bagian flashback) memang hanya berlangsung satu hari. Satu point ini sudah membuat saya memberikan 1 bintang untuk novel ini.

Bintang kedua untuk karakter Peter Brown yang sinis, arogan, nyeleneh tapi baik hati dan perhatian pada pasien-pasiennya. Meskipun jadi hitman mafia, dia selalu melihat latar belakang korban. Hanya mereka yang pantas dibunuhlah yang akan dihabisinya. Tentu, Anda bisa berargumen bahwa itu hanyalah usaha meringankan beban nurani Peter. Emang benar. Peter sendiri mengakuinya kok.

Yang saya suka juga, penulis tidak setengah-setengah dalam menggambarkan karakter Peter.
 Untuk menciptakan kesan seolah cerita ini benar-benar ditulis oleh Peter, penulis menambahkan banyak footnote yang berisi komentar sinis Peter tentang berbagai hal, mulai dari sistem pelayanan kesehatan US yang payah samapai ke sejarah kamp konsentrasi Nazi.
Saya tahu beberapa pembaca menganggap footnote ini menyebalkan. Tapi saya malah suka membacanya. Bagi saya, footnote ini menghidupkan karakter sinis Peter sekaligus kecerdasannya. Menarik membaca komentar Peter yang sering out-of-the-box itu.

Di akhir buku juga ada glossary yang berisi berbagai penjelasan medis ato kondisi-kondisi umum di US. Lagi, beberapa pembaca menganggapnya mengganggu. Untuk saya yang paham sebagian besar istilah medis di buku ini, saya tak merasa terganggu dengan glossary itu. Justru menambah pengetahuan saya, terutama pada obat-obat yang tak umum dipakai di sini.

Bintang ketiga disematkan pada plot, twist dan pace cepat cerita ini.
Awalnya memang lambat, terutama ketika Peter berlama-lama di kisaha masa kecilnya. Namun pace cerita akan meningkat jauh setelah peter bertemu Magdalena. And since that, I can't put this book down.

Twist yang muncul merupakan kejutan yang menyenangkan. Mulai dari twist tentang musuh sebenarnya Peter (yang dia kira sudah meninggal) hingga twist tentang kenyataan masa lalu keluarga Peter. Masa lalu yang membuatnya menyemai dendam dan memulai seluruh kisah ini. Membaca bagian ini, saya jadi teringat quote terkenal Mahatma Gandhi : "An eye for an eye will make the whole world blind".
Indeed, Mr Gandhi. Indeed. Just look at Peter's life for example.

Tapi dari semua itu, gak ada yang mengalahkan KLIMAKSnya yang seru. Saat itu Peter terpojok menghadapi musuhnya tanpa sebuah senjata pun. Dan untuk pertahanan diri, dia pun menggunakan t...WHOOPSY...saya gak bisa cerita dong.
Apa serunya kalo saya ceritain? Musti dibaca sendiri ini mah.
Saya cuma mau bilang kalo senjata yang dipake sama Peter itu nekat, sinting, sadis tapi sekaligus brilian dan mengejutkan.

Bintang keempat dianugerahkan pada terjemahannya yang enak dibaca dan covernya yang cantik. Cover minimalis bernuansa hitam putih itu pastilah menarik minat saya jika melihatnya di toko buku. Soalnya pria berjas putih di cover itu (tampak) ganteng sih. Hehehe... :p

Sayang saya gak bisa naikkin bintang lagi. Abis saya berasa endingnya kurang panjang sih.
Iya, saya ngerti kalo penulis memang akan menulis lanjutan buku ini. Jadi...saya akan tunggu kelanjutan buku ini dan lihat apakah buku keduanya akan lebih bagus daripada yang pertama. Meanwhile, thanks buat Esensi yang sudah menerjemahkan dengan sangat baik.

PS:
Seorang teman membicarakn tentang sistem health care US yang disorot habis-habisan di buku ini. Terkesan parah banget memang. Disitu digambarkan betapa acuhnya tenaga kesehatan di rumah sakit tempat Peter bekerja. Juga bagaimana para dokter spesialis senior ogah melayani pasien kelas 3 dan lebih fokus mengejar materi.

Saya gak tahu apakah memang seperti itu kondisi pelayanan kesehatan di US. Tapi saya bersyukur bahwa di Indonesia tidaklah separah itu. Masih banyak dokter spesialis senior dan profesor yang tahu sangat perhatian pada pasien-pasien mereka dari kelas mana pun. Sayang figur seperti mereka justru jarang disorot.

Kembali ke sistem health care-nya US, saya punya teman yang berkarir di Boston. Dan menurut dia, kondisi di tempat kerjanya tidak sama dengan yang digambarkan di buku ini. Apa itu artinya kondisi pelayanan kesehatan di Boston dan New York berbeda? Entahlah.

Tapi penulisnya sendiri sudah menegaskan bahwa karya ini hanyalah fiksi, dan semua informasi di buku ini terutama yang menyangkut dunia medis, tidak semestinya dipercaya.
Karenanya, saya memilih untuk menganggap bahwa US health care system yang ditunjukkan di buku ini hanyalah fiksi semata.

*hey...khusnudzon boleh dong*

“When God is truly angry, He will not send vengeful angels.
He will send Magdalena.
Then take her away.”