Penerbit : Homerian Pustaka
Ukuran : 11cm x 18 cm
ISBN : 978-979-17454-5-1
Buku ini adalah kumpulan curhat yang ditulis oleh Indi, seorang penderita scoliosis berumur 15 tahun untuk kekasihnya Mika, seorang penderita AIDS berumur 22 tahun yang kini telah pulang ke surga. Di buku ini, Indi menulis kenangan-kenangannya tentang Mika, rasa rindu dan cintanya, juga bagaimana dia telah dewasa sekarang dan berharap Mika bisa melihatnya.
Awal membacanya saya merasa jenuh. Begitu banyak pengulangan di buku ini, contohnya saja di halaman awal Indi sudah mengatakan dia kangen sama Mika, dan di pertengahan buku, dia mengulangnya lagi dengan kata-kata yang persis sama. Belum lagi gaya bahasanya yang sangat sederhana, sangat polos dan sangat kekanakan. Maksud saya, anak umur 15 tahun mana yang percaya awan terbuat dari gula-gula kapas, neverland benar-benar ada dan boogeyman akan pergi kalau disemprot obat nyamuk? Absurd bukan?
Lagipula berbeda dengan tipe buku harian lainnya seperti Buku Harian Zlata, Diary of A Wimpy Kid atau Diary of Anne Frank yang memang diperuntukkan untuk dibaca khalayak ramai, "Waktu Aku Sama Mika" jelas hanya ditujukan untuk Mika. Indi tak merasa perlu menjelaskan latar belakang Mika : pekerjaannya, keluarganya, pendidikannya, teman-temannya, bahkan juga pergulatan Mika melawan AIDS. Indi juga tak menjelaskan siapa Bima, Clifton dan nama-nama lain yang disebutkannya. Jelas Indi tak merasa perlu untuk menjelaskan karena toh Mika sudah mengenal mereka semua. Dan catatan ini memang untuk Mika, bukan untuk pembaca lainnya.
Lalu aku putuskan untuk berhenti bertanya. Karena aku segera yakin bahwa Bima itu salah. Tidak mungkin seseorang yang tertawa ketika menonton Mr.Bean, menyukai cokelat M&M’s dan percaya Tuhan itu tidak pantas untuk dipacari, kan?Saya sudah hampir menutup buku ini separuh jalan, sudah kehilangan mood untuk menyelesaikannya.
Tapi kemudian saya ingat rasanya sewaktu masih remaja dan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semua perasaan sayang yang masih polos itu dan keinginan untuk membuat orang yang dicintai bahagia dengan percaya saja semua perkataannya, tak peduli seabsurd apapun itu.
Lalu saya juga membayangkan apa efek perasaan cinta pertama pada Indi.
Indi yang seorang penderita skoliosis, yang tak bisa berlari, melompat, menari, berhitung, membungkuk. Indi yang hampir tak punya teman karena dia sulit bermain seperti anak normal lainnya. Indi yang kurang percaya diri karena punya banyak kekurangan. Indi yang hampir tak punya orang yang mencintainya dengan tulus diluar keluarganya.
Dan ketika suatu saat ada seorang Mika yang bisa memberinya cinta yang tulus, semangat dan rasa percaya diri, wajar kan kalau jadinya dia selalu terkenang pada Mika walau pun Mika sudah lama pergi?
Dan awalnya Indi memang meniatkan curhatan ini untuk Mika kok. Jadi salahkan publisher yang tertarik untuk menerbitkan catatan pribadinya. Salahkan juga pembaca yang mau-maunya membaca sesuatu yang semestinya personal.
Maka saya pun mulai melihat buku ini dari kacamata baru.
Saya berusaha melihatnya dari sisi pribadi saya yang masih remaja, melihatnya dalam pandangan seorang remaja polos. Dan pada akhirnya, saya bisa menikmatinya :). Bahkan saya cukup penasaran untuk membaca buku kedua-nya, untuk sekedar mencari tahu apakah di buku kedua akan ada penjelasan lebih lanjut tentang latar belakang Mika. Juga untuk mencari tahu bagaimana kehidupan Indi pra dan post Mika.
Cover buku ini lucu, terkesan polos khas anak-anak, tapi menarik dan mengundang rasa penasaran. Dan sebenarnya cukup menggambarkan isi bukunya. Saya juga suka font yang dipakai buku ini, terkesan seperti tulisan tangan.
Jadi saya kasih 3 bintang untuk buku ini, cause actually it was just okay, but in a weird way I could like it. Dan walau pun saya cukup penasaran membaca lanjutannya, tapi gak sepenasaran itu sampai merasa harus segera membeli buku keduanya (yah...ada masalah tight budget juga sih >_<).
Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca agar kita mendapat gambaran lebih tentang seorang penderita skoliosis. Saya juga merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh para orang dewasa yang sudah lupa polosnya cinta pertama dan ingin mengingatnya kembali. Dan untuk mereka yang sudah sinis akan konsep cinta yang tulus. Juga untuk mereka yang takut menghadapi dunia dan memilih untuk bersembunyi di balik topeng. Contohlah Indi dengan berani untuk menjadi diri sendiri dan percayalah di suatu tempat, suatu saat, akan ada orang yang menerimamu apa adanya.
Quote of the books:
“Sugar, tau gak, kamu tuh ngingetin aku sama anak-anak di buku Torey Hayden”
“Karena aku cacat?”
“Bukan, tapi karena kamu special”
wakakaka, ak suka banget buku ini, kalo ga salah baca waktu SMA atau awal kuliah XD, entah kenapa ak suka banget sosok Mika :))
ReplyDeletemembaca seluruh blog, cukup bagus
ReplyDelete@ sulis : waaa....senangnya ketemu yang suka sama buku ini. Mika-nya itu kinda cheesy tapi emang likeable banget :D. Udah baca buku keduanya? Bagus gak?
ReplyDelete@ anonymous : makasi. Klo boleh tahu, ini siapa ya? :)
dan buku ini di-filmkan. Udah nonton?
ReplyDeleteBelom, des. Aku malah baru tahu kalo difilmkan pas kamu bilang.
DeletePantesan ujug2 meningkat page view-nya :))
wakaka, aku juga kaget waktu ada filmnya, hah beneran? jadi kepengen nonton karena yang maen Vino G Bastian :)
ReplyDelete@cruiser: belum, kayaknya g sebagus buku pertama