Data Buku:
Judul : Mencoba Sukses
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2012
ISBN : 9797805131
Rating : 2 stars out of 5
Let me tell you a story...
Untuk
beberapa orang yang sudah kenal saya di luar GR, mungkin udah eneg baca
cerita ini lagi X). But I still wanna tell it anyway :p.
Settingnya beberapa tahun yang lalu, saat Adhitya Mulya baru saja mengeluarkan novel pertamanya : Jomblo.
Kala
itu, saya menulis review yang yah...gitu deh, sesuai kebiasaan saya lah
kalo nge-review. Dan gak tau gimana, Adhitya tau tentang review itu.
Dia cuma bilang : "Makasih udah sediain waktu buat baca dan review" ato
something yang seperti itu.
Dan sejak itu, saya respect sama Adhitya.
Ada
banyak penulis lokal yang saya sukai, sebagian besar saya hormati.
Namun hanya beberapa yang saya support secara loyal dengan membeli
bukunya, sekacrut apa pun buku tersebut. Dan Adhitya termasuk yang
"beberapa" itu.
Sewaktu buku Mencoba Sukses ini baru terbit, saya
gak buru-buru membelinya walopun emang udah diniatkan. Saya mo liat
dulu reaksi pembacanya gimana. Reaksi ini saya pantau dari timeline
twitternya Adhitya (iyaa...emang oksimoron kok). Dan salutnya, Adhitya
meng-RT beragam reaksi tentang bukunya, baik yang puas mau pun nggak.
Menurut
saya wajar kok kalo penulis hanya meng-RT komentar-komentar bagus
tentang bukunya. Kan itu cara promosi mereka. Buat saya, sudah cukup
kalo mereka tetap menanggapi baik segala komentar negatif yang
ditujukan. Tapi meng-RT segala komen buruk yang masuk menunjukkan
kebesaran hati selain juga kedewasaan.
And so...itulah alasan kenapa gak ada review kacrut kali ini walopun buku ini punya beberapa unsur kacrut :s.
(PS : Hanjiiisss...ini kenapa komen tentang penulisnya aja panjang gini?)
Novel
ini bercerita tentang seikat pocong-banci-tampil yang kepengen banget
bisa eksis di dunia entertainment. Bersama teman barunya, Babi Ngepet,
Pocong pun berusaha menapak jalan menuju kesuksesan. Demi kesuksesan
yang diidamkan, Pocong sampai berguru pada Kuntilanak, hantu tersukses
di bidang entertainment, dan Suster Ngesot, salah satu hantu gagal.
Pocong juga harus menghadapi persaingan sesama hantu dan pengkhianatan
dari teman hantu lainnya (terdengar sangat dramatis).
Ide dasar
novel ini lumayan baru sih sebenarnya. Jarang ada novel lokal yang
menjadikan hantu sebagai tokoh utamanya dan bergenre komedi.
Sewaktu
membaca kata pengantarnya pun, saya sudah nyengir lebar. Sayang, itulah
satu-satunya saat saya bisa nyengir saat membaca buku ini.
Bab
pertama yang ada di blurb novel ini sebenarnya memang lucu. Tapi saya
sudah membaca bagian ini 2x sebelumnya (pertama di blognya Adhitya,
kedua di Kumcer Empat Musim Cinta). Sehingga saat saya membacanya untuk
yang ketiga kalinya di novel ini, yang terasa adalah bosan. Pake banget.
Humor
yang ada dalam novel ini masih humor khas Adhitya yang tajam dan
menyentil. Sayangnya, kali ini saya merasa terlalu banyak hal yang ingin
disentil Adhitya dalam novel setipis ini. Bayangkan, dalam novel
setebal 192 halaman, Adhitya menyindir tentang Facebook yang sudah mirip
Tanah Abang, hobi jiplak sineas Indonesia, percobaan iseng remaja
karang taruna dengan oplos minuman yang berakibat ketemu sama dewa maut,
sampai ke trend sinetron masa kini yang bisa mencakup ratusan episode.
Bahkan Adhitya masih sempat menyentil tentang betapa vitalnya keindahan
fisik dalam dunia entertainment.
Apakah lucu? Yah awalnya sih
sedikit lucu. Baca kenyinyiran orang kan emang (biasanya) lucu. Tapi
setelah 100an halaman lebih, yang kerasa adalah "ugh-it's-enough".
See...nyinyir is fun, seru, lucu. But try to overdo it, and it becomes gengges (ganggu).
Lagipula
topik yang disentil Adhitya berasa random. Maksud saya, pada intinya
ini tentang dunia entertainment kan? Kenapa kudu bawa-bawa FB dan
minuman oplosan ya?
Oke...saya ngerti Adhitya bermaksud menyelipkan
pesan moral di buku ini. Apalagi novel ini diniatkan untuk kedua
putranya, sebagai cara mendidik agar mereka gak takut sama segala demit
dan menganggapnya hiburan (bener gak ya?).
Tapi Kang Adhit, kenapa gak fokus ke itu aja? Kenapa mesti nyentuh topik-topik lain di luar itu?
Rasanya jadi "too overwhelming" aja.
Dan
pesan-pesan moral yang niatnya diselipkan dalam novel ini, karena udah
kebanyakan malah bikin males. Ada semacam perasaan
"yea-yea-yea...enough-about-it-will-you".
Gimana dengan humornya?
Entahlah...mungkin sense of humour saya yang lagi drop, ato mungkin
emang gak satu selera (etapi biasanya selera saya cocok lho sama
novelnya Adhitya), ato mungkin jugaaa karena saya udah senep baca semua
sentilan itu. Yang pasti, sepanjang baca novel ini, saya selalu kepikir :
"Wait...tadi itu mestinya lucu ya? Gw mestinya ketawa?". And laugh
never feel that rempong before.
Tapi Adhitya Mulya (dan istrinya
Ninit Yunita) tetap salah dua novelis favorit saya, yang akan selalu
saya tunggu kemunculan buku-buku berikutnya. So keep on writing, kang.
Dan semoga buku Mencoba Sukses-nya beneran sukses.
saya jadi inget dengan kata-kata Mbak HTR di bukunya Afifah Afra tentang "kebanyakan data" bikin buku jadi "gemuk".
ReplyDeleteTampaknya buku Mencoba Sukses ini salah satunya.
Untuk AM baru baca yang Jomblo aja, nggak tahu bakal baca yang lain apa nggak? eh lupa ada satu buku lagi masih nimpuk di timbunanku
ReplyDelete@FJ: Yuuppp....bener banget kata mbak Helvi itu.Cocok diaplikasikan di buku ini
ReplyDelete@Tezar : Aku paling suka bukunya yg Gege Mengejar Cinta sih. Catatan Mahasiswa Gila juga bagus