Monday, September 17, 2012

Mencoba Sukses

Data Buku:

Judul : Mencoba Sukses
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2012
ISBN : 9797805131
Rating : 2 stars out of 5


Let me tell you a story...
Untuk beberapa orang yang sudah kenal saya di luar GR, mungkin udah eneg baca cerita ini lagi X). But I still wanna tell it anyway :p.

Settingnya beberapa tahun yang lalu, saat Adhitya Mulya baru saja mengeluarkan novel pertamanya : Jomblo.
Kala itu, saya menulis review yang yah...gitu deh, sesuai kebiasaan saya lah kalo nge-review. Dan gak tau gimana, Adhitya tau tentang review itu. Dia cuma bilang : "Makasih udah sediain waktu buat baca dan review" ato something yang seperti itu.

Dan sejak itu, saya respect sama Adhitya.
Ada banyak penulis lokal yang saya sukai, sebagian besar saya hormati. Namun hanya beberapa yang saya support secara loyal dengan membeli bukunya, sekacrut apa pun buku tersebut. Dan Adhitya termasuk yang "beberapa" itu.

Sewaktu buku Mencoba Sukses ini baru terbit, saya gak buru-buru membelinya walopun emang udah diniatkan. Saya mo liat dulu reaksi pembacanya gimana. Reaksi ini saya pantau dari timeline twitternya Adhitya (iyaa...emang oksimoron kok). Dan salutnya, Adhitya meng-RT beragam reaksi tentang bukunya, baik yang puas mau pun nggak.

Menurut saya wajar kok kalo penulis hanya meng-RT komentar-komentar bagus tentang bukunya. Kan itu cara promosi mereka. Buat saya, sudah cukup kalo mereka tetap menanggapi baik segala komentar negatif yang ditujukan. Tapi meng-RT segala komen buruk yang masuk menunjukkan kebesaran hati selain juga kedewasaan.

And so...itulah alasan kenapa gak ada review kacrut kali ini walopun buku ini punya beberapa unsur kacrut :s.
(PS : Hanjiiisss...ini kenapa komen tentang penulisnya aja panjang gini?)

Novel ini bercerita tentang seikat pocong-banci-tampil yang kepengen banget bisa eksis di dunia entertainment. Bersama teman barunya, Babi Ngepet, Pocong pun berusaha menapak jalan menuju kesuksesan. Demi kesuksesan yang diidamkan, Pocong sampai berguru pada Kuntilanak, hantu tersukses di bidang entertainment, dan Suster Ngesot, salah satu hantu gagal. Pocong juga harus menghadapi persaingan sesama hantu dan pengkhianatan dari teman hantu lainnya (terdengar sangat dramatis).

Ide dasar novel ini lumayan baru sih sebenarnya. Jarang ada novel lokal yang menjadikan hantu sebagai tokoh utamanya dan bergenre komedi.
Sewaktu membaca kata pengantarnya pun, saya sudah nyengir lebar. Sayang, itulah satu-satunya saat saya bisa nyengir saat membaca buku ini.

Bab pertama yang ada di blurb novel ini sebenarnya memang lucu. Tapi saya sudah membaca bagian ini 2x sebelumnya (pertama di blognya Adhitya, kedua di Kumcer Empat Musim Cinta). Sehingga saat saya membacanya untuk yang ketiga kalinya di novel ini, yang terasa adalah bosan. Pake banget.

Humor yang ada dalam novel ini masih humor khas Adhitya yang tajam dan menyentil. Sayangnya, kali ini saya merasa terlalu banyak hal yang ingin disentil Adhitya dalam novel setipis ini. Bayangkan, dalam novel setebal 192 halaman, Adhitya menyindir tentang Facebook yang sudah mirip Tanah Abang, hobi jiplak sineas Indonesia, percobaan iseng remaja karang taruna dengan oplos minuman yang berakibat ketemu sama dewa maut, sampai ke trend sinetron masa kini yang bisa mencakup ratusan episode. Bahkan Adhitya masih sempat menyentil tentang betapa vitalnya keindahan fisik dalam dunia entertainment.

Apakah lucu? Yah awalnya sih sedikit lucu. Baca kenyinyiran orang kan emang (biasanya) lucu. Tapi setelah 100an halaman lebih, yang kerasa adalah "ugh-it's-enough".
See...nyinyir is fun, seru, lucu. But try to overdo it, and it becomes gengges (ganggu).

Lagipula topik yang disentil Adhitya berasa random. Maksud saya, pada intinya ini tentang dunia entertainment kan? Kenapa kudu bawa-bawa FB dan minuman oplosan ya?
Oke...saya ngerti Adhitya bermaksud menyelipkan pesan moral di buku ini. Apalagi novel ini diniatkan untuk kedua putranya, sebagai cara mendidik agar mereka gak takut sama segala demit dan menganggapnya hiburan (bener gak ya?).

Tapi Kang Adhit, kenapa gak fokus ke itu aja? Kenapa mesti nyentuh topik-topik lain di luar itu?
Rasanya jadi "too overwhelming" aja.
Dan pesan-pesan moral yang niatnya diselipkan dalam novel ini, karena udah kebanyakan malah bikin males. Ada semacam perasaan "yea-yea-yea...enough-about-it-will-you".

Gimana dengan humornya? Entahlah...mungkin sense of humour saya yang lagi drop, ato mungkin emang gak satu selera (etapi biasanya selera saya cocok lho sama novelnya Adhitya), ato mungkin jugaaa karena saya udah senep baca semua sentilan itu. Yang pasti, sepanjang baca novel ini, saya selalu kepikir : "Wait...tadi itu mestinya lucu ya? Gw mestinya ketawa?". And laugh never feel that rempong before.

Tapi Adhitya Mulya (dan istrinya Ninit Yunita) tetap salah dua novelis favorit saya, yang akan selalu saya tunggu kemunculan buku-buku berikutnya. So keep on writing, kang. Dan semoga buku Mencoba Sukses-nya beneran sukses.

3 comments :

  1. saya jadi inget dengan kata-kata Mbak HTR di bukunya Afifah Afra tentang "kebanyakan data" bikin buku jadi "gemuk".

    Tampaknya buku Mencoba Sukses ini salah satunya.

    ReplyDelete
  2. Untuk AM baru baca yang Jomblo aja, nggak tahu bakal baca yang lain apa nggak? eh lupa ada satu buku lagi masih nimpuk di timbunanku

    ReplyDelete
  3. @FJ: Yuuppp....bener banget kata mbak Helvi itu.Cocok diaplikasikan di buku ini

    @Tezar : Aku paling suka bukunya yg Gege Mengejar Cinta sih. Catatan Mahasiswa Gila juga bagus

    ReplyDelete