Judul : Why Always Me
Penulis : Orinthia Lee
Penerbit : de Teens
ISBN13 : 9786022551041
Paperback, 220 halaman
Terbit : Mei 2013
Harga : IDR 35K
Why Always Me adalah sebuah novel project perdana yang diadakan oleh Penerbit de TEENS sebagai imprint terbaru DIVA Press khusus remaja di bulan Oktober 2012 silam. Ketika info novel project ini di-publish, redaksi pun langsung menerima puluhan penawaran sinopsis dari berbagai kalangan penulis. Tapi, hanya ada satu yang terpilih, dan ya, Orinthia Lee berhasil memikat dengan alur cerita yang benar-benar sesuai dengan apa yang redaksi inginkan. What a surprise!
Ya...saya memang copas tulisan di atas dari blurb novel ini. Jujur...saya tertarik dengan kalimat "tapi, hanya ada satu yang terpilih".
Wow...dari puluhan naskah, hanya naskah ini yang terpilih? Emang tentang apa sih ceritanya? Dan yang lebih penting : sekeren apa sih ampe cerita ini yang terpilih?
Jadi...
Buku ini tentang Bianca, gadis pemilik mulut setajam silet dan penguntai ucapan yang bisa nancap lebih dalam daripada pedang *apa sih, wi*. Karena sifatnya yang selalu ngomong blak-blakan tanpa memperhitungkan efek sakit hati yang diberikan, Bianca pun dijauhi teman-temannya.
Tapi Bianca sih cuek saja. Selama ada Anne, sahabatnya sejak SMP dan Travis, kakaknya Anne yang ditaksir Bianca, maka dia tak merasa sepi. Ketika suatu hari Anne pun menjadi korban mulut tajam Bianca dan mulai menjauh barulah Bianca sadar bahwa sendiri itu sepi.
Lalu apa yang harus dilakukan Bianca ketika usaha perdamaiannya ditolak Anne?
Tampak simpel ya ceritanya? Emang iya sih.
Saya pun merasa begitu kok sejak membaca bab-bab awal novel ini. Mungkin karena novel teenlit maka dipilih cerita dengan plot yang simpel namun bisa "kena" ke kaum remaja.
Segala permasalahan yang ada di buku ini juga "remaja" banget. Mulai dari kesulitan ngerjain PR Fisika (ih saya banget #bhahak), naksir sama kakaknya sahabat (bukan saya kok) sampe ke diresehin kumpulan cewek snob yang berusaha keras jadi geng Mean Girls (dan biasanya gagal).
Lalu karakter seperti Anne dan Bianca, I can relate to them at some point. Ada sedikit sifat Bianca yang suka bicara blak-blakan dalam diri saya (okee...ada banyak sebenernya). Doh...ini penulisnya (Orinthia) nyindir saya ya? #eaaaa *keGRan* *sape elo sih wi?* Sayang Travis (sebagai male lead) malah kurang menonjol karakternya. Ketutup dengan Bianca dan Anne yang menjadi narator dalam buku ini.
Cuma aja...saya kok ngerasa karakter Bianca lebih cocok ke anak SMP akhir/SMU awal? Bukannya SMU kelas 3. Ato saya aja yang udah kelamaan meninggalkan bangku SMA ampe lupa rasanya? Probably.
Cerita yang simpel bukan berarti gaya penulisannya cemen dong. Orinthia punya gaya bercerita yang renyah dan mengalir, membuat saya betah aja memamah buku ini sampe selesai. Karena karakterisasinya kuat, baca buku ini tuh rasanya seperti Anne dan Bianca yang bercerita langsung di depan kita.
Cerita yang simpel juga bukan berarti gampang ditebak. Rada terpana juga waktu tahu solusi yang dipilih Orinthia untuk menutup konflik ceritanya. Wow I didn't see that.
Tapi...
Saya kurang sreg sih dengan solusi itu. Aish..gimana ya caranya berpendapat tanpa spoiler?
Gini...menurut saya solusinya Orinthia adalah solusi paling gampang yang bisa dipilih seorang penulis. Dengan penyelesaian konflik yang kayak gitu, mau gak mau semua masalah yang tersisa ya harus dianggap selesai.
Di sisi lain, saya suka unsur kejutan yang terasa saat membaca endingnya. Sepanjang novel, Orinthia menipu dengan hawa cerita yang light dan fluffy, membuat saya berpikir endingnya pun akan seperti itu. X)
Dan saya gak nyangka bakal dibikin terharu oleh endingnya.
Meski begitu, saya punya 3 pertanyaan dan 1 komplen ke Orinthia :
1. Bianca, Anne, Peter, Cindy, Travis, Irina, Timothy, dll. Gak adakah nama berbau Indonesia dalam hidup Bianca, Rin? Masa sih dia gak punya 1 orang pun teman bernama Budi ato Jono ato Dewi? *ujung ujungnya narsis* #bhahak. Okeh...saya tahu ini memang gak penting. Gak mengurangi rating yang saya kasi juga kok. Sila mengabaikan :).
2. Di halaman 18, narasinya Bianca ada kalimat : "Anne memiliki bakat yang mengagumkan dalam bidang musik, ia pandai sekali bermain gitar sampai membuatku iri...Aku selalu heran kenapa cewek seperti Anne menyukai buku-buku sarat patah hati yang ditulis Mama."
Pertanyaannya : Ada yang aneh ya? Saya malah heran kenapa Bianca heran *ribet euy bahasanya* Tapi IMO, gak ada yang aneh kalo cewek penyuka musik suka novel patah hati. Justru patah hati kan bisa jadi inspirasi musik keren. Glen Fredly, anyone?
3. Covernya cantik, tapi apa sih maknanya? Otopet yang ada di cover depan dan sebagai ilustrasi di tiap halaman itu maksudnya apa? Awal liat cover ini, saya kira tentang cewek penggemar otopet. Lah sampe akhir novel gak pernah disinggung sama sekali. Apa saya aja yang terlalu menganggap serius sebuah cover?
4. Kenapa ya judulnya Why Always Me? Saya paham kalo Me-nya itu Bianca, tapi maksud "Why Always" apa? Always dalam hal apa nih?
Why always me to be the one that say the harsh truth? Why always me to be the one that got away? Why always me who's got to be so awesome? *makin ngaco* Apaan ya maksudnya?
Dear Orinthia, care to explain this to your reader (me) who has otak panci? Makasi sebelumnya.
Jadi balik ke pertanyaan awal : "sekeren apa sih ampe cerita ini yang terpilih?"
Saya gak baca cerita peserta yang lain sih jadi susah membandingkannya, tapi menurut saya cerita ini layak terpilih kok.
Kenapa?
Karena ini memang hanya kisah simpel tentang seorang gadis yang terlambat menyadari pentingnya kata maaf, tapi toh kisah sesimpel ini mampu membuat saya terpana sesaat. Dan saya juga gak menyangka timbulnya selaput tipis bening di mata usai membaca cerita ini.
Untuk semua itu, saya sematkan 3,5 bintang di novel ini. Bisa lebih kalo aja gak ada point nomor 2-4 di atas.
It's a good debut, Orinthia. Ditunggu sekuel buku ini (kalo ada).
Orinthia menjawab... Saya gak mau menyaingi ahmad tohari dalam pemakaian nama Indonesia kakakkkkkk :D :p
ReplyDeleteSetuju sama Luna. Ahmad Tohari memang markotop dengan nama lokal uniknya #ganyambungsamareviewnya :D
DeleteHahahaha.....gak semua orang memang mampu bikin nama lokal unik kayak Tohari (
Deletetunggu debut yg fikfan aja deh :D
ReplyDeleteyang Eloydino? Kayaknya yg i'mpossible lebih dulu keluar deh
Deletetapitapi, satu kelas yofel nama2nya juga buley semua: zachary, michelle, gracio, clay, sherine...jadiii yahhh gitu deh wi. kalo punya anak nanti, namain yang berbau lokal ya, udah langka loooh :D
ReplyDeleteIya, mbak. Ntar kalo aku udah punya anak, mau kunamain Dewi dan Dewa kok (eh itu nama lokal kan)
DeleteIni pengarangnya anak BBI juga bukan yak? kayaknya namanya familiar.
ReplyDeleteSoal nama yang kebule-bulean, bukan nama tokoh doang Mbak. Judul cerita pun sama penerbit suka dibule-bulein biar menjual, padahal judul asli dari pengarangnya belum tentu bahasa Inggris lho. Yaah.. yang berbau bule *bau keju maksudnyah?* emang sepertinya lebih menjual di sini. kikiki