Friday, April 20, 2012

Takdir Elir

Judul : Takdir Elir 
Penulis : Hans J. Gumulia 
Penata letak : Mulyono 
Pem. Aksara : Reyner Nabeel 
Proofread : Bonmedo Tambunan, Dina Begum, Adit H. Pratama 
Pencpt. hikayat : Ami Raditya 
PR : Truly Rudiono 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

 Pertama kali membaca kata yang tertera di sampul buku ini (Vandaria Saga), saya langsung ngerasa salah buku. "Hah? Vandaria tuh apaan?" pikir saya.

Membaca perkenalan para tokoh dan bab pertama, saya makin mikir kalo saya salah buku. Lah wong saya blank banget dengan istilah dan tata cara dunia Vandaria. Misalnya : frameless itu apa sih? Ordo Vhranas itu apa? Kalo semua penghuni Vandaria memuja Vanadis, kenapa musti ada pembagian ordo segala?

Huaa....saya makin bingung.
But the show must go on. Sekali buku terbuka, pantang berhenti tengah jalan (pret!). Dan saya pun melanjutkan petualangan saya bersama Rozmerga yang gagah berani.

Dari sekilas pandang, saya sempat berpikir kalau Vandaria ini semacam RPG (dan kayaknya sih emang iya). Soalnya perkenalan tokoh di halaman awal itu sampai mencantumkan ukuran fisik segala dan biasanya ini hobi di RPG (teori seenaknya XD)


Adalah seorang pendeta tinggi di Ordo Vrhanas yang mendapat wangsit untuk mengirimkan salah satu frameless juniornya ke Benua Elir. Saat itu, perang hampir pecah di sana karena pertikaian 2 kerajaan besar di benua Elir. Berbekal surat dari pendeta tinggi dan ditemani serombongan ksatria suci, Rozmerga pun melipir ke Benua Elir #heyitsryhme #rhymendasmu X)

Scene lalu berpindah ke Liarra, seorang frameless hutan dari marga suci entah-apa-namanya yang berdomisili di Benua Elir. Rupanya klan Liarra ini memiliki senjata suci nan sakti bernama busur Valuminnaire. Dan berhubung Benua Elir sedang dalam masa kritis, para tetua mendapat wangsit bahwa sudah saatnya busur itu dilepas untuk memilih tuannya. Dan (as we can guest) Liarra lah yang dipilih oleh sang busur.

And...Poof!!!
Begitu Liarra bersentuhan dengan busur Valuminnaire, detik itu juga dia teleport ke Gurun Pasir Tak Bernama dan bertemu Sigmar, seorang pengembara setengah frameless yang sedang dalam misi untuk mencari sebuah kuil yang hilang.

Berhubung Liarra yakin takdirlah yang membuatnya bertemu Sigmar, maka dia yakin adalah takdirnya juga untuk ikut mencari kuil tersebut. Perjalanan mereka gak mudah, sampai ketemu Gorken segala dan akhirnya para Gorken malah jadi pengikut setia Liarra. Oh...apakah Gorken itu? Entah...semacam monster sih. Mungkin sejenis dengan Golem ato Orc kali ya.

Lalu cerita balik ke Rozmerga yang baru sampai di Elir, tepatnya di wilayah kerajaan Serenade. Dalam perjalanannya mencapai ibu kota, dia sempat nyasar, diserang segerombolan perampok, akhirnya terselamatkan dan dapat tumpangan di rumah warga hingga akhirnya dapat tumpangan kendaraan juga ke ibukota.
Buat saya sih bab ini aneh. Gak jelas tujuannya apa secara gak berpengaruh juga ke cerita. Dan aneh juga karena kok Rozmerga dan rombongannya bisa segampang itu kejebak bandit kampung? Apa si pengarang bermaksud menunjukkan betapa juniornya Rozmerga ini?

Setelahnya cerita kembali ke Liarra dan Sigmar yang sudah berhasil menemukan kuil itu dan juga pisau belati kuno. Setelahnya Sigmar dan Liarra menyadari kalau kedua senjata mereka bersinar. Mereka mencoba menyentuhkan kedua senjata dan mendapat suatu visi. Dalam visi tersebut terlihat 5 Pahlawan Legendaris Elir melawan Gottfried Serenade, musuh terkuat dalam sejarah Elir. Pertanyaannya, apakah hubungan visi tersebut dengan kondisi Elir yang kritis saat ini? Dan apa pula peran mereka dalam konflik ini?

 "Ingatlah wahai putri Vanadis, bahwa di jalan segelap apa pun, selalu saja ada secercah cahaya yang akan melindungimu..."
Bingung dengan sinopsis di atas? Nggak perlu...

Karena walaupun ditulis dengan multiple POV, tapi gaya berceritanya nggak bikin bingung kok.
Memang sih ada beberapa hal yang aneh dan lucu seperti Sigmar yang membacakan petunjuk cara menghadapi Gorken ke Liarra tepat saat mereka akan diserang Gorken. Atau saat Rozmerga dan rombongannya gak tahan menghadapi penginapan yang jorok. Juga saat Rozmerga begitu naifnya sampai gak nyadar dia ditipu padahal pembaca awam seperti saya aja bisa nyadar.

Lucu memang, tapi saya pikir biarlah. Toh ukuran saya memberi rating adalah seberapa menikmatinya saya membaca buku tersebut. Dan harus saya akui, membaca Takdir Elir ini enak banget. Bahasanya (walopun kadang-kadang cheesy terutama di bagian percakapan) mengalir banget. Tanpa disadari udah selesai 1 bab aja dan penasaran untuk lanjut bab berikutnya.

Mengenai hal-hal yang belum jelas di buku ini, seperti kegunaan bab waktu Rozmerga diserang (lupa bab berapa) juga apa sebenarnya penyebab konflik di Elir, saya sih berharap akan ada penjelasannya di buku kedua.

Oya...saya juga suka twist di akhir cerita, tentang mereka (saya sengaja gak bilang siapa "mereka" itu) yang terlempar ke masa lalu. Wow...I didn't see that coming. 

Tapi di sisi lain, saya juga heran sendiri. Kan mereka sudah dapat visi tentang masa lalu, kok gak ngeh kalo mereka melihat diri sendiri di visi itu?
Ah time paradox dan time travel selalu jadi konsep yang membingungkan untuk saya. Mudah-mudahan sih akan ada penjelasan yang logis di buku berikutnya.

Empat bintang saya berikan untuk buku ini. Kenapa gak 5 bintag?

Karena dipotong satu bintang karena hal yang "lucu" dan aneh di atas. Dan tadinya saya mau potong setengah bintang lagi karena saya gak suka covernya. Tapi akhirnya batal, karena saya suka ilustrasi-ilustrasi cantik dalam buku ini.

Oh bye the way, ampe akhir saya masih belum tahu frameless itu apa. Tapi pada akhirnya saya gak peduli karena saya toh tetap menikmati buku ini. Yep...this book was that good :)

4 comments :

  1. Gurun Pasir Tak Bernama <-- Ini beneran disebutnya Gurun Pasir Tak Bernama?

    BTW, reviewnya kocak. jadi penasaran sama bukunya. :D

    ReplyDelete
  2. @orybun : iya, mbak. Namanya beneran Gurun Pasir Tak Bernama. Padahal nama kayak gitu jg kan udah merupakan sebuah nama ya? #kusut :s

    Hahaha...lumayan kok bukunya. Ceritanya ringan dan harga bukunya juga gak mahal. Gak rugi deh kayaknya untuk beli. Eh apa mo pinjem?

    ReplyDelete
  3. "Sekali buku terbuka, pantang berhenti tengah jalan (pret!)"

    hahaha, kadang aku paksa-paksain juga kalau dari awal g klik, nangung :))

    ayo ikut kuis reviewnya wii, mumpung udah buat :))

    ReplyDelete
  4. @Peri_hutan : err...sebenernya gak pede ikutan kuis, soalnya reviewnya slengean banget. Tapi ntar diliat deh :D

    ReplyDelete