Judul : The Missing Piece
Penulis : Shel Silverstein
Hardcover, 112 pages
Published
: April 14th 1976
by HarperCollins
ISBN : 0060256710
ISBN13: 9780060256715
Sebelumnya maaf ya, review ini emang kudu spoiler. Karena saya gak menemukan cara untuk bercerita tentang buku ini tanpa memberi spoiler. Dan berhubung buku ini emang ceritanya dikit, maka yah...bercerita sedikit tentang buku ini pun sudah jadi spoiler.
Saya ini penggemar berat buku anak, jauh sebelum saya suka genre lain. Terutama children books yang ditulis dengan unik dan witty.
Buku anak yang saya maksud di sini tuh bukan yang karangan Enid Blyton ato Astrid Lindgren ato Roald Dahl (walau pun saya juga suka karya mereka sih). Tapi lebih ke buku anak yang buat anak TK - kelas 1 SD. Jadi emang tipe novel grafis.
Dan yang paling saya suka adalah buku anak yang ditulis dengan unik dan witty.
Dari semua penulis buku semacam itu, Shel Silverstein adalah favorit saya (yaaa selain Dr. Seuss sih). Kata-katanya indah, puitis tapi gampang dicerna, artworknya simpel dan gak ngeribetin. Lalu makna dibalik ceritanya itu bagus-bagus.
Nah salah satu karya dia yang paling saya suka itu duologi Missing Piece ini.
Buku pertama yang judulnya "The Missing Piece" menceritakan tentang sebuah lingkaran yang kehilangan satu "piece" dari dirinya. Kehilangan satu "piece" aja ternyata berpengaruh, karena dia gak bisa menggelinding dengan lancar. Maka dimulailah perjalanan sang lingkaran untuk menemukan bagian yang hilang.
Perjalanan itu gak mudah. Dia bertemu dengan "piece" yang kekecilan, berikutnya malah yang kebesaran. Pernah juga dia bertemu dengan "piece" yang pas, tapi karena gak dipegang dengan kuat eh terlepas lah "piece" itu. Dan si lingkaran pun terus mencari. Sambil mencari, dia menikmati petualangannya; bermain dengan lebah, becanda dengan bunga, bernyanyi, sampai ngerasain jatuh ke lubang.
Hingga suatu hari, dia bertemu dengan "missing piece"nya.
Awalnya si lingkaran bahagia, dia merasa hidupnya utuh. Tapi belakangan dia sadar, karena bisa menggelinding dengan lebih cepat, dia gak punya waktu untuk menikmati alam sekitarnya. Dia juga gak bisa bernyanyi karena mulutnya ketutupan si "missing piece" ini.
Jadi akhirnya dia memutuskan untuk melepaskan satu "piece" itu dan kembali menikmati dunianya.
Ketika pertama membaca buku ini, saya sempat gak puas.
Jiwa idealis saya protes : "Ih...kan dia udah dapat yang dia cari. Kok masih gak puas aja?"
Apalagi kalo mau dipikirkan, si lingkaran itu bisa dianalogikan dalam hidup. Kita merasa hidup ini kurang lengkap, makanya kita mencari "missing piece" kita, our "significant other".
Tapi ternyata, setelah ketemu, malah merasa seperti kehilangan kebebasan. Apa penulisnya mau mengajarkan bahwa lebih baik hidup sendiri tanpa orang lain?
Nilai macam apa yang mau diajarkan ke anak-anak?
Tapi ternyata kalo anak membaca buku itu memang sebaiknya didampingi orang tua ya. Karena membacanya sekarang, saat saya sudah mengerti, saya mendapat persepsi yang beda. >.<
Buku ini memang bercerita tentang hubungan manusia.
Contohnya waktu lingkaran menemukan "piece" yang cocok, tapi karena gak dipegang erat, "piece" itu pun terlepas. Kadang kita juga gitu kan? Kita menemukan orang yang (mestinya) cocok, tapi karena gak kita jaga ya lepas gitu aja.
Lalu saat lingkaran menemukan "piece" yang cocok, dia malah merasa jadi terlalu terikat, kehilangan identitas, dan terbebani.
Menurut saya, Silverstein ingin memberi tahu bahwa terkadang hubungan yang kita pikir akan sempurna, tidak selalu berjalan sesuai perkiraan. Dan mungkin, kebahagiaan justru terletak dalam perjalanan kita mencari si "The One" itu.
Dan endingnya?
I love the ending.
Menurut saya, keputusan si lingkaran untuk melepas si "piece" dan kembali menikmati harinya seperti semula, itu sangat tepat.
Kalau sesuatu yang kita khayalkan ternyata tidak sesempurna impian, maka jangan takut untuk melepasnya. Lebih baik hidup dalam kebahagiaan walau pun tidak sempurna, daripada berkeras mempertahankan khayalan semu padahal tertekan.
Endingnya juga realistis menurut saya.
Banyak orang yang mengejar impiannya dengan menggebu-gebu, tapi pada akhirnya menyerah. Entah karena dia sudah mencoba terlalu sering dan selalu gagal ato karena putus asa.
But you know what's the best part of this book in my opinion?
It's because Silverstein used an open ending. He didn't write what the circle were thinking. He only drew what the circle did (letting go the piece and back to chasing butterfly). He let the readers interprete its gesture. He let us decide whether the circle really gave the piece up or it just put the piece there for a while and later gonna take it back.
Me, in my opinion, I choose to believe that the circle didn't give up his dream. It only paused it for a while to have fun. :)
Such an inspiring book. I give it 4,5 stars. Why 4,5 instead of 5 stars?
Because it's hard for kids to understand it.
Btw sayangnya saya gak nemu downloadan buku ini (padahal dulu ada lho, saya sempat punya versi downloadnya di laptop lama).
Tapi saya nemu link youtube-nya. Dan disitu pun udah lengkap.
Saya benar-benar menyarankan untuk nonton youtube-nya. Apalagi background song-nya itu Kiss The Rain dari Yiruma (pianis favorit saya). Lagu itu pas banget menggambarkan perjalanan si lingkaran.
Mungkin aja anda gak suka bukunya, tapi saya yakin deh anda bakal suka lagunya :)
So...go watch it
Ato kalo mo nonton langsung di youtube, bisa : click here
wah, Dew, aku jg suka buku2 anak2, tp kalo macem gini, susah bener interpretasinya. Saluut deh dikau bisa interpretasikan dg kereen.
ReplyDeleteEh, tu circle divideo kok mirip supaplex yaaa, kemana mana mangap wkkwk...
@mbak Lila : tapi menariknya buku anak ya disitu, mbak. nebak hidden meaningnya itu
ReplyDelete