Saturday, November 15, 2008
Love, Hate & Hocus Pocus
Author : Karla M Nashar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : pertama,Mei 2008
Tebal buku : 264 halaman
Pengalaman saya dengan Karla M Nashar sebelumnya hanyalah Bellamore. Dan saya gak suka dengan cerita Bellamore yang too dramatic.
Jadi saya sendiri heran mengapa saya memilih Love, Hate & Hocus Pocus di antara sekian banyak metropop baru yang dipajang di toko buku.
Untungnya, pilihan saya tepat.
Love, Hate & Hocus Pocus berfokus pada Troy Mardian dan Gadis Parasayu. Dari sejak pertama bertemu, mereka sudah bermusuhan. Saling melontarkan kata - kata menghina dan juga saling bersaing.
Apesnya, bos menugaskan mereka berdua untuk bekerja sama menangani kasus sabotase yang menimpa Demoticyl, produk terbaru Perusahaan mereka. Dengan segala perbedaan mereka, Gadis dan Troy pun mesti memaksakan diri untuk akur dan bekerja sama.
Menurut Gadis, Troy Mardian itu cowok yang "nggak banget". Dia adalah contoh sempurna tipe manusia yang tercabut dari akarnya. Jelas-jelas asli Indonesia, kok pakai bertingkah ala bule? Ngomong selalu pakai Inggris dan barang-barang harus designer label ternama.
Dan metrosexual-nya itu lho!!!!
Ampuuuunnn..... Cowok kok lebih centil daripada dia yang cewek.
Bayangkan aja, Troy ogah duduk bersandar di kursi karena kebersihan kursi itu tidak memenuhi standarnya! Troy juga bisa panik berat cuma karena dia abis berpanas-panasan yang membuat wajahnya jadi merah dan keringatan, sehingga penampilannya tidak "perfect".
Walo begitu, harus Gadis akui, otak Troy, terutama dalam hafalan data, memang sempurna.
Sedangkan menurut Troy, Gadis Parasayu (atau Paras Ayu) adalah nama terkonyol yang pernah didengarnya. Di Amerika tempat Troy dibesarkan, nggak ada orangtua yang cukup gila menamai anak mereka dengan Beautiful Face Girl. Narsis sekali!
Okelah, wajahnya memang eksotis plus lekuk bodi bak JLo, tapi masa sih doyan banget pakai merek lokal? Keluaran Mangga Dua lagi.
Belum lagi, kesenangan Gadis pada jajanan pinggir jalan. Ya ampuuunn....makanan kayak gitu kan gak terjamin kebersihannya. Kita gak tau, bagaimana piring dan gelas-nya dicuci. Bahkan, apakah bahan makanan itu dicuci dulu sebelum diolah juga gak ketahuan. Si Gadis gak takut kena typhus apa? Hih...cewek kok serampangan gitu!
Walau begitu, Troy mengakui dengan enggan, Gadis memang memiliki otak cemerlang dan kemampuan komunikasi yang baik.
Hanya satu persamaan mereka. Sama-sama nggak percaya dengan yang namanya hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, astrologi, kartu tarot, feng shui, atau apa pun sebutannya yang berhubungan dengan dunia pernujuman.
Bahkan, hanya mereka berdualah yang tertawa ketika mendengar ramalan seorang peramal gipsi yang diundang sewaktu acara pesta di kantor mereka.
Hingga suatu pagi, mereka terbangun dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama dalam kondisi bugil, plus cincin kawin yang melingkari jari manis masing-masing, serta sepotong memori kabur tentang pernikahan yang mereka lakukan tiga belas hari yang lalu.
Dari sini mulailah bergulir cerita sebenarnya. Bagaimana Troy dan Gadis berusaha menerima dan mengatasi pernikahan gak terduga ini. Bagaimana mereka berusaha menjalani kehidupan bersama yang rasanya seperti mimpi (gabungan antara mimpi buruk dan mimpi indah sih).
Saya salut dengan pengarangnya. Entah bagaimana, dia mampu membuat pembaca juga merasa larut dalam aura mistis dan mimpi yang melingkupi novel ini. Selain itu, dialog antara tokoh - tokohnya terutama Troy dan Gadis juga begitu segar dan mengalir sehingga kita akan merasa seolah ada di situ bersama mereka.
Yang paling membuat saya suka adalah ending ceritanya. Sebagian besar pembaca beranggapan bahwa endingnya mengecewakan. Saya pribadi beranggapan, endingnya itulah yang membuat novel ini berkesan.
I really love this book.
Nice story (jarang kan ada cerita dimana cinta terjadi karena hocus pocus, biasanya kan karena perjodohan), strong character, witty dialogues, and especially unique ending. What's not to like?
So...3 bintang untuk ceritanya secara keseluruhan, ditambah 1/2 bintang untuk endingnya yang keren dan cover bukunya yang cantik.
source pic : energialamsemesta
Wednesday, November 12, 2008
Seluas Langit Biru
Judul : Seluas Langit Biru
Selama ini, saya gak pernah menyukai novel - novel saga Sitta Karina yang bercerita tentang keluarga Hanafiah karena rasanya keluarga seperti itu terlalu gak "real".
Bayangkan saja, melalui novel-novelnya Sitta bercerita tentang sebuah keluarga besar yang kaya dan berkuasa bernama Hanafiah. Saking kayanya, keluarga Hanafiah sampai dinobatkan menjadi pengusaha paling sukses se-Asia (Asia lho ya! bukan cuma Asia tenggara) versi majalah Forbes. Kekuasaan keluarga Hanafiah juga menjangkau dunia Barat sana, dimana anggota keluarga Hanafiah punya hubungan dengan taipan - taipan internasional atau pun anggota keluarga kerajaan Eropa.
Para anggota keluarga Hanafiah juga bergaul di kalangan socialite dengan gaya yang "gaul abies". Minuman alkohol, busana - busana rancangan designer terkenal, dan selalu masuk dalam majalan elegan macam Attirer (semacam Harper's Bazaar kalo di dunia nyata).
Tapi HEBATNYA....
Keluarga besar hanafiah tetap rukun dan saling menyayangi. Gak ada tuh istilah rebutan warisan apalagi persaingan antar saudara seperti yang di sinetron (kalo yang ini sih masih mungkin aja. Toh saya mengenal beberapa orang yang berasal dari keluarga "tajir" tapi rukun).
Yang LEBIH HEBATNYA lagi..
Sebagian besar keluarga Hanafiah ALIM (saya bilang sebagian karena Sitta belum selesai menceritakan anggota keluarga Hanafiah. Dan karenanya saya belum berani bilang semua anggota keluarganya sealim tokoh - tokoh yang telah diceritakan).
"Alim" karena mereka rajin sholat, gak terlibat drugs ato pun extra marital sexual relationship.
Dan SEMUANYA good looking karena ada turunan latin di keluarga mereka. Saking good looking-nya, penampilan fisik (dan juga popularitas) para Hanafiah bahkan mengalahkan para artis Indonesia.
Dan yang PALING HEBAT...
semua kekayaan keluarga Hanafiah itu didapat lewat jalan yang halal. 100% HALAL. Gak ada KKN dan bahkan gak ada usaha Hanafiah yang merusak lingkungan dan gak terlibat keributan dengan rakyat kecil macam gusur menggusur. Pokoknya bersih sebersih - bersihnya.
Wow...Keluarga yang hebat bukan?
Selain point - point di atas, novel saga Hanafiah-nya Sitta Karina juga selalu bercerita tentang :
1. Keluarga - keluarga elite lainnya yang merupakan partner atau pun saingan bisnis Hanafiah yang bergaul di kalangan yang sama tapi mereka gak se-"suci" Hanafiah.
2. Selalu ada tokoh yang sebenarnya tajir tapi memilih untuk hidup dengan gaya anti kemapanan.
3. Kisahnya pasti kisah cinta yang tragis, ironis, kadang berakhir bahagia, kadang tidak.
4. Ada selipan bahasa-bahasa asing. Minimal Inggris, diikuti Spanyol, lalu Jepang ---> Saya masih salut dengan fakta ini karena artinya Sitta 'niat' banget memberi warna lain di novelnya. Bahkan dia rela membayar jasa penerjemah lho (baca infonya di website Sitta).
5. Semua tokohnya (di luar Hanafiah maksudnya) pasti good looking. Bahkan si girl next door macam Sissy pun tetap punya penampilan yang bisa mengalahkan model. Wow (^o^)
6. Sesederhana apapun keluarga tokoh - tokohnya, tetap aja si tokoh mampu kuliah di luar negeri atau pun membeli barang - barang bermerk (Jimmy Choo paling murahnya)
7. Meski sudah disinggung di point 6, tapi saya tetap sebut disini : Selalu ada sisipan berbagai barang - barang branded yang ditulis namanya secara lengkap (bisa terdiri 4-6 kata lho). Geez...seakan pembaca belum paham gimana tajirnya keluarga Hanafiah dan orang - orang di sekitarnya.
8.Tokohnya kalo nggak stress, ya mempunyai cerita hidup yang tragis. Pokoknya latar belakangnya pahit deh.
9. Secara konsisten menggunakan nama-nama tempat bergaul dan sekolah yang sama untuk semua tokoh di dalam novelnya. Contohnya : Portrait (sebuah cafe cozy di Jakarta), Karlu (tempat clubbing kaum socialiter Jakarta) dan (yang gak boleh lupa) Universitas Richmond Indonesia aka URI. Sebuah universitas yang lebih "berkelas" daripada UPH dan lebih "intelek" daripada UI. Wow (lagi)
10. Selalu ada sketsa - sketsa yang digambar Sitta atau potongan gambar yang entah diambil dari mana untuk mendukung ceritanya. Diliat dari review - review lain, sepertinya gambar ini justru jadi salah satu kekuatan novel Sitta. Saya pribadi sih bersikap netral aja dengan gambar- gambar ini.
Sejauh ini sih, saya baru ingat 10 ini. Nanti kalo ada ditambahin lagi (Padahal 10 aja udah kebanyakan ya )
Saya telah mengikuti kisah keluarga Hanafiah sejak novel perdana Sitta yang berjudul Lukisan Hujan yang menceritakan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy Iswandaryo. Saat itu, kesan pertama saya adalah : "Ini teenlit yang beda." Bukan hanya dari tema cerita dan pilihan kata-katanya yang bagus tapi juga endingnya yang berani beda.
Novel kedua, Imaji Terindah, yang bercerita tentang Chris Hanafiah dan Aki saya kasi komentar : "Yah...lumayanlah." Gak istimewa banget sih, tapi saya suka endingnya.
Di urutan ketiga ada Pesan Dari Bintang yang menceritakan tentang Inez Hanafiah, bidadari-nya keluarga Hanafiah (karena dia yang paling cantik dan glamour) dengan Nikratama Zakrie, sahabatnya yang beda "dunia". Buku ketiga ini sempat membuat harapan saya naik lagi setelah sempat turun di buku ke 2. Di buku ini, harapan saya bahwa Sitta akan menjadi sepiawai Marga T pun mulai terbentuk.
Sayangnya, buku ke-4 yang berjudul Putri Hujan & Ksatria Malam sukses mengkandaskan harapan itu. Buku ke -4 ini merupakan kelanjutan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy juga lanjutan cerita Chris Hanafiah. Di buku ini, satu hal yang saya sukai dari Lukisan Hujan dan Imaji Terindah (yaitu endingnya) ditutup dan dimentahkan disini. Saya tahu, sebagian besar pembaca lebih menyukai ending di Putri Hujan & Ksatria Malam, tapi saya pribadi sudah jenuh dengan cerita yang berkesan happily ever after.
Seluas Langit Biru yang merupakan novel ke-5 Keluarga Hanafiah bercerita tentang Bianca Hanafiah. Berbeda dengan Inez yang charming dan glamour, Bianca adalah tipe gadis tomboi, menguasai karate yang terobsesi dengan ninja dan lolipop. Untuk menggambarkan : Inez elegant while Bi adorable.
Bianca dijodohkan dengan Sultan Syahrizki, pengusaha muda pewaris MataCakra. Hal ini dilakukan untuk mempermudah merger antara MataCakra dan Hanafiah Group (WHAT?? Masak pengusaha sepiawai Sultan gak bisa menyadari untungnya berkongsi dengan Hanafiah Group? ). Sayangnya, Sultan adalah laki-laki yang terlalu serius dan kaku untuk bisa membuat Bianca jatuh cinta.
Kesal dengan perjodohan yang dipaksakan, Bianca pun nekat mabuk - mabukan di Karlu sendirian yang mengakibatkan dia diganggu oleh pengunjung disana. Di saat itu, hadirlah seorang penolong yang membantunya melepaskan diri dari para pemabuk itu bahkan menemaninya ketika dia dalam keadaan setengah sadar. Sayangnya, Bianca gak sempat menanyakan identitas si penolong.
Aozora atau Sora adalah cowok pemberontak yang jenuh menjalani hari - harinya. Dia jenuh harus mengikuti perintah si kakak sementara sang kakak gak pernah menganggapnya exist, jenuh menjadi kambing hitam keluarga, dan terutama dia jenuh dengan rasa penasarannya akan asal usul dirinya.
Sampai suatu hari dia menolong seorang gadis mabuk di Karlu yang membuatnya penasaran.
Karena itu, alangkah terkejutnya Sora ketika bertemu kembali dengan gadis itu di pesta pertunangan kakak tirinya. Dan lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa gadis itu ternyata tunangan kakak tirinya.
Seumur hidup, Sora selalu tunduk pada kakaknya. Namun kali ini, dia menolak untuk mengalah. Karenanya, di tengah pesta pertunangan, dia mengangkat toast dalam diam seraya berkata : "May the best man win."
Merger antara Mata Cakra dan Hanafiah Group menimbulkan keresahan pada beberapa pihak yang berakibat ancaman terhadap keselamatan Bianca. Sehingga Bianca merasa memerlukan bodyguard. Dan dia gak bisa menolak ketika Sultan (sang tunangan) menawarkan adiknya untuk menjadi pelindung Bianca.
Sementara itu, nun jauh di Osaka sana, Kaminari Kei (yang lumayan exist di saga Hanafiah ini) tergerak untuk pergi ke Jakarta. untuk menemui kembali para sahabat Hanafiah-nya, sweetheart-nya Bianca dan terutama bertemu dengan sepupunya yang saat ini masih belum tahu asal usulnya.
Dan cerita pun terutama berkisar pada ke-4 tokoh di atas.
Kelebihan dari saga ke-5 ini adalah pada chemistry antara Bianca dan Sora dibangun dengan sangat baik sehingga hampir menyamai chemistry yang tercipta antara Diaz-Sisy. Cara yang ditempuh Sitta juga sama, menulis secara jujur dan lengkap bagaimana Bianca dan Sora melewati hari-hari mereka (bertengkar, bertengkar, bertengkar...walo di balik itu pertengkaran itu ada rasa lain yang juga perlahan tumbuh) sampai akhirnya satu tidak lengkap tanpa ada yang lain.
Sayangnya, ke-10 point yang saya sebutkan di atas pun kembali ada di buku ini. Terutama point tentang barang - barang bermerk itu. Kalo dulu - dulu, Sitta hanya menyebutkan selintas lalu. Sekarang barang - barang bermerk itu hampir selalu disebutkan (lengkap pula!).
Emangnya penting banget ya pembaca tahu Bianca ke cafe doang pake baju rancangan siapa, sepatu merk apa dan tas keluaran mana? Okelah klo busana Bianca dianggap penting (karena dia tokoh utama), tapi haruskah busana yang dikenakan tokoh - tokoh lain juga disebutkan lengkap? Bayangkan waktu Bianca ke pesta, bertemu banyak kalangan "the haves" dan Sitta masih keukeuh nyebutin merk busana mereka satu per satu.
Fiuh....cape deh....
Selain itu, novel ini juga terbentur pada masalah ending yang rasanya terlalu cepat diselesaikan. Setelah berlama-lama membangun chemistry Bianca dan Sora, penyelesaiannya kok terasa cepat sehingga membuat saya berkomentar: Hah? Udah? Kok gitu aja?
Gak biasanya Sitta begini.
Ada apakah?
Deadline-kah?
Ato sekedar ide cerita yang memang sudah mentok?
Hanya Sitta yang bisa menjawab rasanya
Setelah harapan saya sempat dinaik turunkan, novel ke-5 ini juga membuat saya (untuk saat ini) berhenti berharap lebih jauh akan kemampuan Sitta dalam mengembangkan tema cerita.
Yah...saya mengatakan "untuk saat ini", karena saya berharap (dan yakin) Sitta akan mampu berkembang menjadi sekreatif Marga T dan membuat cerita seemosionil Mira W.
Bagi saya (setidaknya untuk saat ini), inilah batas kemampuan Sitta. Dia memang jempolan dalam hal menulis cerita yang cukup complicated (untuk ukuran teenlit lho) tanpa kehilangan ide utama dan cukup konsisten memasukkan tokoh - tokoh dari novel sebelumnya tanpa membuat cerita berkesan dipaksakan. Sitta juga piawai merangkai kata sehingga dialog - dialog yang tercipta menjadi segar dan "berbobot".
Sayangnya, untuk tema dan jalan cerita, nggak bisa diharapkan ada perubahan signifikan yang membuat adanya unsur "kejutan" di novelnya. Semuanya sudah monoton, sorry to say.
Walau begitu, novel ini masih masuk dalam jajaran saga Hanafiah kesukaan saya. Menempati urutan ke-3 di bawah Pesan Dari Bintang dan Lukisan Hujan.
Kalo ditanya alasannya, saya gak tahu juga. Mungkin karena saya juga sangat menyukai langit.
Pertanyaan yang tertinggal : Apakah saya masih akan membaca kisah Hanafiah berikutnya?
Tentu saja!
Bukan karena mengharapkan adanya kejutan baru, tapi hanya karena saya penasaran dengan kisah para Hanafiah lain.
Tiga bintang untuk Seluas Langit Biru dan quote langit-nya yang keren banget :)
Quote of the book :
" Milikilah hati yang luas, seluas langit biru. Di dalam hati yang luas, kamu akan menampung rasa memaafkan yang besar, kekuatan untuk berpikir dan bertindak positif, serta semangat untuk menjelang hari esok yang tidak pernah pudar. Jadilah langit itu."
[Kaminari Mikage kepada Aozora Syahrizki]
Pengarang : Sitta Karina
Tebal: 310 halaman
Ukuran: 15 x 23 cm
ISBN: 979-3750-29-4
Harga: Rp 49,500
Penerbit: Terrant Books
Ukuran: 15 x 23 cm
ISBN: 979-3750-29-4
Harga: Rp 49,500
Penerbit: Terrant Books
Selama ini, saya gak pernah menyukai novel - novel saga Sitta Karina yang bercerita tentang keluarga Hanafiah karena rasanya keluarga seperti itu terlalu gak "real".
Bayangkan saja, melalui novel-novelnya Sitta bercerita tentang sebuah keluarga besar yang kaya dan berkuasa bernama Hanafiah. Saking kayanya, keluarga Hanafiah sampai dinobatkan menjadi pengusaha paling sukses se-Asia (Asia lho ya! bukan cuma Asia tenggara) versi majalah Forbes. Kekuasaan keluarga Hanafiah juga menjangkau dunia Barat sana, dimana anggota keluarga Hanafiah punya hubungan dengan taipan - taipan internasional atau pun anggota keluarga kerajaan Eropa.
Para anggota keluarga Hanafiah juga bergaul di kalangan socialite dengan gaya yang "gaul abies". Minuman alkohol, busana - busana rancangan designer terkenal, dan selalu masuk dalam majalan elegan macam Attirer (semacam Harper's Bazaar kalo di dunia nyata).
Tapi HEBATNYA....
Keluarga besar hanafiah tetap rukun dan saling menyayangi. Gak ada tuh istilah rebutan warisan apalagi persaingan antar saudara seperti yang di sinetron (kalo yang ini sih masih mungkin aja. Toh saya mengenal beberapa orang yang berasal dari keluarga "tajir" tapi rukun).
Yang LEBIH HEBATNYA lagi..
Sebagian besar keluarga Hanafiah ALIM (saya bilang sebagian karena Sitta belum selesai menceritakan anggota keluarga Hanafiah. Dan karenanya saya belum berani bilang semua anggota keluarganya sealim tokoh - tokoh yang telah diceritakan).
"Alim" karena mereka rajin sholat, gak terlibat drugs ato pun extra marital sexual relationship.
Dan SEMUANYA good looking karena ada turunan latin di keluarga mereka. Saking good looking-nya, penampilan fisik (dan juga popularitas) para Hanafiah bahkan mengalahkan para artis Indonesia.
Dan yang PALING HEBAT...
semua kekayaan keluarga Hanafiah itu didapat lewat jalan yang halal. 100% HALAL. Gak ada KKN dan bahkan gak ada usaha Hanafiah yang merusak lingkungan dan gak terlibat keributan dengan rakyat kecil macam gusur menggusur. Pokoknya bersih sebersih - bersihnya.
Wow...Keluarga yang hebat bukan?
Selain point - point di atas, novel saga Hanafiah-nya Sitta Karina juga selalu bercerita tentang :
1. Keluarga - keluarga elite lainnya yang merupakan partner atau pun saingan bisnis Hanafiah yang bergaul di kalangan yang sama tapi mereka gak se-"suci" Hanafiah.
2. Selalu ada tokoh yang sebenarnya tajir tapi memilih untuk hidup dengan gaya anti kemapanan.
3. Kisahnya pasti kisah cinta yang tragis, ironis, kadang berakhir bahagia, kadang tidak.
4. Ada selipan bahasa-bahasa asing. Minimal Inggris, diikuti Spanyol, lalu Jepang ---> Saya masih salut dengan fakta ini karena artinya Sitta 'niat' banget memberi warna lain di novelnya. Bahkan dia rela membayar jasa penerjemah lho (baca infonya di website Sitta).
5. Semua tokohnya (di luar Hanafiah maksudnya) pasti good looking. Bahkan si girl next door macam Sissy pun tetap punya penampilan yang bisa mengalahkan model. Wow (^o^)
6. Sesederhana apapun keluarga tokoh - tokohnya, tetap aja si tokoh mampu kuliah di luar negeri atau pun membeli barang - barang bermerk (Jimmy Choo paling murahnya)
7. Meski sudah disinggung di point 6, tapi saya tetap sebut disini : Selalu ada sisipan berbagai barang - barang branded yang ditulis namanya secara lengkap (bisa terdiri 4-6 kata lho). Geez...seakan pembaca belum paham gimana tajirnya keluarga Hanafiah dan orang - orang di sekitarnya.
8.Tokohnya kalo nggak stress, ya mempunyai cerita hidup yang tragis. Pokoknya latar belakangnya pahit deh.
9. Secara konsisten menggunakan nama-nama tempat bergaul dan sekolah yang sama untuk semua tokoh di dalam novelnya. Contohnya : Portrait (sebuah cafe cozy di Jakarta), Karlu (tempat clubbing kaum socialiter Jakarta) dan (yang gak boleh lupa) Universitas Richmond Indonesia aka URI. Sebuah universitas yang lebih "berkelas" daripada UPH dan lebih "intelek" daripada UI. Wow (lagi)
10. Selalu ada sketsa - sketsa yang digambar Sitta atau potongan gambar yang entah diambil dari mana untuk mendukung ceritanya. Diliat dari review - review lain, sepertinya gambar ini justru jadi salah satu kekuatan novel Sitta. Saya pribadi sih bersikap netral aja dengan gambar- gambar ini.
Sejauh ini sih, saya baru ingat 10 ini. Nanti kalo ada ditambahin lagi (Padahal 10 aja udah kebanyakan ya )
Saya telah mengikuti kisah keluarga Hanafiah sejak novel perdana Sitta yang berjudul Lukisan Hujan yang menceritakan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy Iswandaryo. Saat itu, kesan pertama saya adalah : "Ini teenlit yang beda." Bukan hanya dari tema cerita dan pilihan kata-katanya yang bagus tapi juga endingnya yang berani beda.
Novel kedua, Imaji Terindah, yang bercerita tentang Chris Hanafiah dan Aki saya kasi komentar : "Yah...lumayanlah." Gak istimewa banget sih, tapi saya suka endingnya.
Di urutan ketiga ada Pesan Dari Bintang yang menceritakan tentang Inez Hanafiah, bidadari-nya keluarga Hanafiah (karena dia yang paling cantik dan glamour) dengan Nikratama Zakrie, sahabatnya yang beda "dunia". Buku ketiga ini sempat membuat harapan saya naik lagi setelah sempat turun di buku ke 2. Di buku ini, harapan saya bahwa Sitta akan menjadi sepiawai Marga T pun mulai terbentuk.
Sayangnya, buku ke-4 yang berjudul Putri Hujan & Ksatria Malam sukses mengkandaskan harapan itu. Buku ke -4 ini merupakan kelanjutan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy juga lanjutan cerita Chris Hanafiah. Di buku ini, satu hal yang saya sukai dari Lukisan Hujan dan Imaji Terindah (yaitu endingnya) ditutup dan dimentahkan disini. Saya tahu, sebagian besar pembaca lebih menyukai ending di Putri Hujan & Ksatria Malam, tapi saya pribadi sudah jenuh dengan cerita yang berkesan happily ever after.
Seluas Langit Biru yang merupakan novel ke-5 Keluarga Hanafiah bercerita tentang Bianca Hanafiah. Berbeda dengan Inez yang charming dan glamour, Bianca adalah tipe gadis tomboi, menguasai karate yang terobsesi dengan ninja dan lolipop. Untuk menggambarkan : Inez elegant while Bi adorable.
Bianca dijodohkan dengan Sultan Syahrizki, pengusaha muda pewaris MataCakra. Hal ini dilakukan untuk mempermudah merger antara MataCakra dan Hanafiah Group (WHAT?? Masak pengusaha sepiawai Sultan gak bisa menyadari untungnya berkongsi dengan Hanafiah Group? ). Sayangnya, Sultan adalah laki-laki yang terlalu serius dan kaku untuk bisa membuat Bianca jatuh cinta.
Kesal dengan perjodohan yang dipaksakan, Bianca pun nekat mabuk - mabukan di Karlu sendirian yang mengakibatkan dia diganggu oleh pengunjung disana. Di saat itu, hadirlah seorang penolong yang membantunya melepaskan diri dari para pemabuk itu bahkan menemaninya ketika dia dalam keadaan setengah sadar. Sayangnya, Bianca gak sempat menanyakan identitas si penolong.
Aozora atau Sora adalah cowok pemberontak yang jenuh menjalani hari - harinya. Dia jenuh harus mengikuti perintah si kakak sementara sang kakak gak pernah menganggapnya exist, jenuh menjadi kambing hitam keluarga, dan terutama dia jenuh dengan rasa penasarannya akan asal usul dirinya.
Sampai suatu hari dia menolong seorang gadis mabuk di Karlu yang membuatnya penasaran.
Karena itu, alangkah terkejutnya Sora ketika bertemu kembali dengan gadis itu di pesta pertunangan kakak tirinya. Dan lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa gadis itu ternyata tunangan kakak tirinya.
Seumur hidup, Sora selalu tunduk pada kakaknya. Namun kali ini, dia menolak untuk mengalah. Karenanya, di tengah pesta pertunangan, dia mengangkat toast dalam diam seraya berkata : "May the best man win."
Merger antara Mata Cakra dan Hanafiah Group menimbulkan keresahan pada beberapa pihak yang berakibat ancaman terhadap keselamatan Bianca. Sehingga Bianca merasa memerlukan bodyguard. Dan dia gak bisa menolak ketika Sultan (sang tunangan) menawarkan adiknya untuk menjadi pelindung Bianca.
Sementara itu, nun jauh di Osaka sana, Kaminari Kei (yang lumayan exist di saga Hanafiah ini) tergerak untuk pergi ke Jakarta. untuk menemui kembali para sahabat Hanafiah-nya, sweetheart-nya Bianca dan terutama bertemu dengan sepupunya yang saat ini masih belum tahu asal usulnya.
Dan cerita pun terutama berkisar pada ke-4 tokoh di atas.
Kelebihan dari saga ke-5 ini adalah pada chemistry antara Bianca dan Sora dibangun dengan sangat baik sehingga hampir menyamai chemistry yang tercipta antara Diaz-Sisy. Cara yang ditempuh Sitta juga sama, menulis secara jujur dan lengkap bagaimana Bianca dan Sora melewati hari-hari mereka (bertengkar, bertengkar, bertengkar...walo di balik itu pertengkaran itu ada rasa lain yang juga perlahan tumbuh) sampai akhirnya satu tidak lengkap tanpa ada yang lain.
Sayangnya, ke-10 point yang saya sebutkan di atas pun kembali ada di buku ini. Terutama point tentang barang - barang bermerk itu. Kalo dulu - dulu, Sitta hanya menyebutkan selintas lalu. Sekarang barang - barang bermerk itu hampir selalu disebutkan (lengkap pula!).
Emangnya penting banget ya pembaca tahu Bianca ke cafe doang pake baju rancangan siapa, sepatu merk apa dan tas keluaran mana? Okelah klo busana Bianca dianggap penting (karena dia tokoh utama), tapi haruskah busana yang dikenakan tokoh - tokoh lain juga disebutkan lengkap? Bayangkan waktu Bianca ke pesta, bertemu banyak kalangan "the haves" dan Sitta masih keukeuh nyebutin merk busana mereka satu per satu.
Fiuh....cape deh....
Selain itu, novel ini juga terbentur pada masalah ending yang rasanya terlalu cepat diselesaikan. Setelah berlama-lama membangun chemistry Bianca dan Sora, penyelesaiannya kok terasa cepat sehingga membuat saya berkomentar: Hah? Udah? Kok gitu aja?
Gak biasanya Sitta begini.
Ada apakah?
Deadline-kah?
Ato sekedar ide cerita yang memang sudah mentok?
Hanya Sitta yang bisa menjawab rasanya
Setelah harapan saya sempat dinaik turunkan, novel ke-5 ini juga membuat saya (untuk saat ini) berhenti berharap lebih jauh akan kemampuan Sitta dalam mengembangkan tema cerita.
Yah...saya mengatakan "untuk saat ini", karena saya berharap (dan yakin) Sitta akan mampu berkembang menjadi sekreatif Marga T dan membuat cerita seemosionil Mira W.
Bagi saya (setidaknya untuk saat ini), inilah batas kemampuan Sitta. Dia memang jempolan dalam hal menulis cerita yang cukup complicated (untuk ukuran teenlit lho) tanpa kehilangan ide utama dan cukup konsisten memasukkan tokoh - tokoh dari novel sebelumnya tanpa membuat cerita berkesan dipaksakan. Sitta juga piawai merangkai kata sehingga dialog - dialog yang tercipta menjadi segar dan "berbobot".
Sayangnya, untuk tema dan jalan cerita, nggak bisa diharapkan ada perubahan signifikan yang membuat adanya unsur "kejutan" di novelnya. Semuanya sudah monoton, sorry to say.
Walau begitu, novel ini masih masuk dalam jajaran saga Hanafiah kesukaan saya. Menempati urutan ke-3 di bawah Pesan Dari Bintang dan Lukisan Hujan.
Kalo ditanya alasannya, saya gak tahu juga. Mungkin karena saya juga sangat menyukai langit.
Pertanyaan yang tertinggal : Apakah saya masih akan membaca kisah Hanafiah berikutnya?
Tentu saja!
Bukan karena mengharapkan adanya kejutan baru, tapi hanya karena saya penasaran dengan kisah para Hanafiah lain.
Tiga bintang untuk Seluas Langit Biru dan quote langit-nya yang keren banget :)
Quote of the book :
" Milikilah hati yang luas, seluas langit biru. Di dalam hati yang luas, kamu akan menampung rasa memaafkan yang besar, kekuatan untuk berpikir dan bertindak positif, serta semangat untuk menjelang hari esok yang tidak pernah pudar. Jadilah langit itu."
[Kaminari Mikage kepada Aozora Syahrizki]
Monday, September 15, 2008
Orange
Pengarang : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
Tanggal Penerbitan : Juli 2008
Halaman : 296 hlm
First Intro:
Faye Muid, gadis lincah yang berjiwa bebas, berasal dari salah satu keluarga pengusaha tersukses di Indonesia. Namun sebagai putri tunggal, Faye lebih memilih berkarier di fotografi ketimbang meneruskan bisnis keluarganya.
Second Intro :
Diyan Adnan, the most eligible bachelor. Diyan memiliki hampir segalanya : wajah tampan, otak pandai, kejeniusan dalam berbisnis dan penerus utama salah satu keluarga pengusaha tersukses di negeri ini. Satu yang tidak dimiliki Diyan, namun sangat diinginkannya, adalah mantan tunangannya : Rera.
Third Intro :
Zaki Adnan, adik Diyan yang berjiwa bebas. Pilihannya untuk berkarier di bidang advertising mendapat tentangan keluarganya sehingga membuatnya meninggalkan rumah keluarganya dan hidup dengan kemampuan sendiri.
Last Intro :
Rera, model blasteran Indonesia-Eropa. Setahun yang lalu, dia memutuskan pertunangannya dengan Diyan demi karier modellingnya. Walau ternyata pilihan yang diambilnya itu tidak mampu mematikan perasaannya terhadap Diyan.
Pertunangan Diyan dan Faye terjadi tanpa cinta. Faye menerima karena ingin membahagiakan orang tuanya. Diyan menerima karena alasan bisnis walau pun cintanya masih untuk Rera.
Konflik terjadi ketika Rera kembali dalam kehidupan Diyan hingga membuat pria itu goyah. Bahkan Diyan meninggalkan Faye di tengah acara pertunangan hanya karena sebuah telepon dari Rera.
Keadaan semakin rumit ketika Zaki mengungkapkan perasaannya kepada Faye disusul oleh beredarnya foto mesra Diyan dan Rera oleh media massa.
Di tengah kerumitan itu, Faye tetap seperti biasa. Dalam diam, dibiarkannya Diyan memilih. Karena suatu saat, pria itu memang harus memilih salah satu dan melupakan yang satu. Dan pertunangan yang mestinya artifisial itu pun jadi melibatkan perasaan, ambisi dan dan ego.
Novel ini menceritakan tentang sulitnya seseorang melupakan masa lalu. Padahal waktu terus berjalan dan orang baru telah datang untuk mengisi kembali hidupnya. Sayangnya, terkadang kita tidak menyadari apa yang sesungguhnya kita inginkan sebelum benar-benar kehilangan.
Tau faktor apa yang membuat saya awalnya tertarik pada buku ini?
Bukaaaannn....
Bukan covernya apalagi sinopsisnya (kalo ini mah biasanya terakhir dilihat )
Yang membuat saya tertarik pada awalnya adalah tagline yang ada di bawah judul. Dan tagline itu adalah : Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain.
Rasanya kalimat itu nancap banget di hati.
Mungkin karena ditunjang oleh suasana hati yang pas, jadi kalimat yang sebenarnya sederhana (dan benar) itu pun terasa cocok.
Well...di luar tagline itu, sebenarnya ceritanya umum. Cerita cinta segi tiga yang sudah umum terjadi. Tentang "girl-next-door" seperti Faye yang harus berhadapan dengan "beautifull-girl" seperti Rera dalam memperebutkan cinta "prince-charming" seperti Diyan.
Tentang orang - orang yang akhirnya menyadari apa yang sesungguhnya diinginkan setelah kehilangan. Ah ya...sudah umum memang.
Tapi...seperti kata orang bijak (yang mana saya lupa siapa ) : Tidak ada karya yang benar-benar baru. Yang ada hanyalah modifikasi dari yang sudah ada.
So...di luar polanya yang umum, I love this story. Saya suka dengan cara si penulis merangkai kalimat. Pemilihan kata-kata dan alurnya pas sehingga membuat cerita ini touching (klo bahasa gaulnya : ngena di hati ) dan menjadi salah satu novel yang pasti akan saya baca lagi terutama saat sedang "blue mood" (Oke...to be honest, I've read it twice ).
I love Faye too.
Faye bukan tipikal cewek manja yang hidup mengandalkan uang keluarganya. Sewaktu melihat Diyan dan Rera bersama, Faye menghadapinya dengan dewasa dan berkepala dingin. That's my kind of girl. Tough and mature.
So...wait no more.
Go to the nearest bookstore and take home this book with you cauze I could garantee this book is worth reading
SPOILER ALERT :
Klo ada kekurangannya, bagi saya itu adalah ceritanya yang singkat. Huaaa....gak rela endingnya berakhir sesingkat itu, padahal kan masih mau menikmati lebih lama lagi romance antara keduanya
Quote of the books :
"Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain"
Saturday, March 22, 2008
Papua : Sebuah Fakta & Tragedi Anak Bangsa
Pengarang : John Manangsang
Harga : Rp. 75,000
Penerbit : Buku Obor
ISBN : 979-461-177-8
Dimensi Buku : 14 x 21 x 3 cm
Cetak Isi : Black/White
Jenis Kertas : HVS
Sinopsis Buku
Buku ini merupakan revisi dan perluasan dari buku yang pernah terbit tahun 1994 Berjudul CATATAN SEORANG DOKTER DARI BELANTARA BOVEN DIGUL Dan pernah mendapat penghargaan dari LIPI -TVRI di tahun 1996 sebagai Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah Peneliti Muda bidang sosial, kebudayaan dan Kemanusiaan 1995 . Dalam buku ini juga ditambahkan oleh penulis, ada apa dengan Papua 15 Tahun pasca pengalamannya Digul? Dalam edisi revisi ini, hadir pula komentar 19 Pakar Indonesia, yang highlight-nya sebagai berikut :
- Dia bukan model dokter yang pasif lalu menyerah, hanya karena tidak ada fasilitas.. Dia mau menikmati keberhasilan sekaligus kegagalannya.(Prof. Daldiyono)
- Dengan UU Praktik Kedokteran, apabila penegak hukum tidak memahami, serta selalu mempergunakan ancaman pidana, maka sudah dapat dipastikan tidak akan muncul dokter-dokter muda pemberani yang lain. (Prof. Wiyadi, Dekan FK-UNAIR)
- Suatu dokumentasi yang sulit dicari. Suatu peringatan bagi para ko-asisten untuk memanfaatkan waktu yang sangat terbatas sebaik-baiknya. (Prof. Kabulrachman, Dekan FK-UNDIP)
Note : berhubung kebanyakan, jadi comment lain gua cut
Comment :
Buku ini merupakan kisah nyata dr. John Manangsang sewaktu dia bertugas di Papua. Di buku ini diceritakan dengan jelas semua pengalamannya. Operasi angkat tumor, pasien yang gak bisa kencing, bahkan operasi caesar pun dia lakukan sendiri. Padahal waktu itu dia masih dokter umum. Hebaaatt!!!! Bener - bener salut gua . Operasi caesarnya pun dia lakukan pake silet saking terbatasnya alat.
Bahasa yang digunakan dr. Jhon juga enak dibaca. Begitu lancar dan mengalir sehingga kita gak bosen membaca kisahnya dan malah pengen terus lagi dan lagi. Isi bukunya juga menarik, gak hanya diceritakan keberhasilan dia aja, tapi juga kegagalannya dan gimana dia belajar dari kegagalannya itu.
Menyangkut cerita, buku ini benar - benar membuat gua merasa ditampar dan kemudian gak PD. Gua salut sama si dokternya. Bukan cuma kepandaiannya yang patut dipuji tapi juga keberaniannya. Gua sih yakin kemampuan gua bahkan gak mencapai 1/2 kemampuan dia.
Segi positifnya , gua jadi tertantang untuk belajar lebih banyak lagi dengan 1 prinsip yang gua tanamkan : "kalo pun gua gak bisa sehebat dia dalam hal nyembuhin pasien, paling enggak gua gak menambah penderitaan pasien".
Magyk
Judul: Septimus Heap- Magyk (Book 1)
Pengarang: Angie Sage
Genre: Children, fantasy
Bahasa: Indonesia (original: Inggris)
SINOPSIS
Septimus dinyatakan mati di malam kelahirannya. Di hari yang sama, ayahnya, Silas Heap menemukan bayi perempuan bermata violet. Dalam perjalanannya, Silas bertemu Marcia Overstrand sang Penyihir Luar Biasa. Dia berpesan “Jangan katakan pada siapapun kalau kau menemukannya. Bayi itu dilahirkan sebagai anakmu. Mengerti?”
Sepuluh tahun kemudian, keadaan di dunia yang penuh keajaiban itu mengalami kekacauan. Keluarga Heap beserta Marcia Overstrand dan penyihir lainnya harus berhadapan dengan penyihir Gelap yang dipimpin oleh DomDaniel.
***
PENGHARGAAN:
Salford Children’s Book Award (SCBA) winner 2006
Parent Choice Gold Winner 2006
COMMENT
Gua sih gak ngerti kenapa orang - orang suka membandingkan buku ini dengan Harry Potter (bahkan comment di cover belakang novelnya juga bilang begitu) sementara menurut gua, novel ini bagus dengan caranya sendiri.
Well...menurut gua kalo dibandingin sama Hary Potter sih, kayaknya buku ini susah deh menyamai sukses Harry Potter (at least di Indonesia). Gua rasa salah satu kelebihan Harry Potter adalah settingnya yang masih di Inggris juga, di suatu tempat yang terasa dekat dengan kita, yang masih membahas orang - orang biasa non sihir (aka muggle). Hal ini bikin anak - anak banyak yang berkhayal seandainya mereka bisa kayak Harry ato Hermione, tiba - tiba menemukan kenyataan bahwa mereka punya bakat sihir dan ada dunia penyihir di sekeliling mereka. Makanya Harry Potter terasa begitu real.
Sementara Magyk dari awal sudah bercerita tentang dunia tersendiri. Suatu dunia yang isinya para penyihir, boggart, makhluk2 lain, dan juga orang biasa. Dunia yang rasanya keberadaan dunia kita gak pernah exist. Suatu dunia yang cuma ada dalam fantasi dan jadi kerasa jauh.
Point kedua , cerita Harry Potter tuh gak gampang ditebak, bahkan untuk orang dewasa sekalipun (ada yang bisa nebak klo Profesor Quirrel ternyata membawa Voldemort di belakang kepalanya), sementara alur cerita Magyk bisa langsung ketebak di bab-bab awal. Bahkan siapa Septimus Heap sebenarnya pun udah bisa ketebak.
Tapi di luar itu, ceritanya menarik. Gaya bahasanya ringan dan mengalir, jadi walaupun tebal, buku ini bisa habis dibaca dalam waktu singkat.
Adanya makhluk2 baru juga bikin cerita jadi menarik. Menurut gua, buku ini worth to wait kok untuk ditunggu lanjutannya (Oke deh ngaku. Sebenarnya gua paling suka dengan covernya ). Tapi jangan terlalu ngarepin cerita yg keren ato ribet & gak ketebak coz buku ini benar2 buat anak2.
Dia, Tanpa Aku
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit : Januari - 2008
Jumlah Halaman : 280
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) : 135x200mm
Kategori : Teenlit
Text Bahasa : Indonesia
SINOPSIS BUKU
Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu sampai Citra masuk SMA, karena itu ia hanya bisa mengamati Citra dari jauh.
Saat yang ditunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya tiba. Citra masuk SMA! Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya, Reinald, dan sekelas pula.
Namun, keinginan dan harapan terbesar Ronald untuk mendekati Citra tak pernah terwujud. Cowok itu kecelakaan dan tewas di tempat, tidak jauh dari rumah Citra.
Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian kakaknya. Rasa marah dan keinginannya untuk menyalahkan Citra membuat sikapnya terhadap cewek itu menjadi penuh permusuhan. Keduanya kemudian kerap bertengkar tanpa Citra tahu pasti alasan sebenarnya.
Sikap Reinald berubah drastis ketika Citra memutuskan untuk tidak lagi mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap Reinald itu tanpa sadar mendekatkan keduanya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum kakaknya.
“Gue suka cewek lo,” ucap Reinald suatu hari di depan foto Ronald. Dan itu membuat sang kakak kemudian “kembali”!
Comment
Gua gak terlalu demen Teenlit. Menurut gua ceritanya dangkal dan suka terlalu berlebihan ngurusin cintaaaa melulu, seakan cuma itu masalah yang ada dalam kehidupan remaja. Apalagi kalo novel itu dikarang oleh novelis remaja (cewek). Oh God, have mercy on them please. Entah kenapa, cewek - cewek yang ada dalam teenlit itu selalu jadi pihak "ngemis" ke cowoknya. Bikin emosi aja!! Hari gene gitu lho!!
Esti Kinasih adalah perkecualian untuk gua. Gua suka semua novelnya. Di semua novelnya, Esti selalu masukkin karakter cewek yang cuek. Bukan cewek yang lemah dan ngejar cowok, tapi malah sebaliknya. Girl power pokoknya! Dan gaya bahasanya pun menunjukkan kecerdasan pengarangnya walo masih tetap meremaja.
Cerita "Dia Tanpa Aku" tergolong unik. Bukan sekedar cerita cinta biasa karena di sini, tokoh utama harus bersaing dengan "arwah" yang adalah kakaknya juga. Gua juga suka dengan gaya bahasanya Esti yang berisi.
Tapi "Dia Tanpa Aku" ini gak seseru novel Esti yang lainnya. Satu hal yang gua suka dari novel - novel Esti sebelumnya adalah ada semacam "perasaan" di dalamnya. Saat membacanya, gua bisa ngerasa terharu ato tersentuh. Entah kenapa, di buku yang ini gua gak merasakan feeling serupa. Datar aja rasanya.
But other than that, menurut gua novel ini patut dibaca. Dan gua masih akan menantikan karya Esti Kinasih berikutnya.
Rate :
3 out of 5
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)