(Order of Merlin, First Class, Grand Sorc., Chf. Warlock, Supreme Mugwump, International Confed. of Wizards)
di
Hogwarts School of Witchcraft and WizardryDear Professor Dumbledore,
Apa kabar? Anda masih ingat saya kan?
Itu lho...yang pernah mengirim surat pada Anda di bulan Januari 2013 untuk melamar posisi guru Sejarah Sihir di Hogwarts. Selain melamar, saya juga berniat pinjam Pensieve. Ingat dong ya, Prof? Gak mungkinlah makhluk semanis dan selangka saya bisa dilupakan segitu gampangnya. (aduh maap, Prof. Narsis saya kumat lagi)
Ehm....saya masih menunggu jawaban surat lamaran kerja kemarin sebenernya, dan terutama izin untuk meminjam pensieve (hayo atuhlah Prooff, banyak memori yang harus dilepaskan ini. Hiks). Tapi...sekarang ini saya mengirim surat dengan tujuan yang jauh lebih mendesak dan penting. Singkatnya sih, saya mau minta tolong, Prof. :">
Iya sih...emang sebenernya gak tahu diri banget ya saya. Surat yang pertama aja belum dijawab, udah nekat pula kirim surat yang kedua. Tapi saya terdesak banget banget banget deh, Prof. T^T Ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan (terutama) hajat hidup saya sendiri. Dan ini bukan lebay, Prof. Saya berani dikutuk jadi secantik Keira Knightley kalo ternyata saya boong. #Yeeeeee
Tapi sebelum masuk ke request utama, lebih baik saya ceritakan dulu latar belakang permohonan saya ya, Prof. Besar harapan saya agar Anda jadi paham dan berkenan membantu saya setelahnya.
Oya....ceritanya bakal panjaaaanggg banget, Prof. Fasten your seat belt and prepare your cemilan please.
Ceritanya bermula di suatu siang teduh, saat matahari bersinar lembut, awan tebal berarak, angin semilir mempermainkan rambut, dan burung kutilang ikut bernyanyi di pucuk pohon cempaka. #Garing #IKnow.
Waktu itu saya sedang syahdu (SYAHDU?) baca textbook tentang Jantung ditemani setumpuk diktat tebal dan sepiring gehu hangat mengepul di...tengah lapangan basket RT.
Okeh...lapangan basket emang bukan tempat ideal untuk belajar. Tapi di mana lagi coba saya bisa pamer kalo saya tuh wanita cerdas, rajin belajar, gemah ripah loh jinawi dan calon istri ideal? #Eaaa #TernyataPromoDiri
Lagian...kata siapa saya belajar? Pfffttt...please deh, Prof! Emang sih yang tampak tuh saya lagi khusyuk pegang Braunwald's Heart Disease, tapi di dalamnya mah ada buku kipas terselip laahhh. Ya namanya juga pencitraan. Demi pencitraan mah rela deehh nongkrong di lapangan pegang buku tebal #naonsihini
Anyhoo...back to the story.
Saat lagi seru membaca b
"Hah? Kok 5 ya? Kenapa gak 7?" batin saya heran #BukanItuMasalahnyaWoi. Tapi berhubung
Sampe tiba - tiba ada sebentuk bayangan menutupi bacaan saya.
Dan saat mendongak.....
BUM! CRASH! DANG!! KUAK...KUAK...KUAK...!!!
"Geez....guys, haven't you learned how to landing smoothly by now?"
Saya menatap takjub pada pemandangan di depan mata (sambil gak lupa nyomot gehu baru tentunya #penting). Kereta angsa yang tadi masih nangkring di langit sekarang teronggok pasrah di sebelah tiang ring basket. Kondisi keretanya penyok berat, bahkan ada roda yang menggelinding. Kelima angsa sudah terlepas dari kekangnya dan menunduk patuh pada seorang cowok (yang ganteng, I have to say) dan si cowok lagi syahdu ngomel ke para angsa.
"Permisiiiii...." Sapa saya ke si cowok ganteng berambut pirang keriting, tinggi sekitar 1,97 meter, mata biru daann...suara annoying. How could I know all of these details in just that short of time? I absolutely had no idea. Mungkin karena radar cowok ganteng saya emang prima. *ish...radar sih diprimain! Otak noh dibikin prima!*
"Spadaaaa.....Punteeeennnnnn," panggil saya lagi berhubung dicuekkin. Dan si cowok-ganteng-berambut-keriting-bermata-biru itu masih ngomel bahagia ke para angsanya. "Mas...mas...info aja nih : orang normal biasanya gak ngomel ke angsa lho."
"Karena gua bukan orang normal!" Tiba-tiba si cowok-ganteng-berambut-keriting-bermata-biru mengalihkan seluruh perhatiannya ke saya yang mana membuat saya tertegun sejenak demi membatin : "Duh Gustiiii....mimpi apa eike semalaaammmmmm. Ganteng pisan makhluk ciptaan-Mu!" #Lebay #KepretMePlease
"Maksudnya situ orang gila?" tanya saya (sok) kalem sambil lanjut ngunyah gehu.
"BUKAN! Gua bukan orang normal karena gua itu gantengnya cetar bergelora bergelinjang! Karena saking gantengnya gua, elo dan semua orang yang ngeliat gua bakal mendadak relijius, memuji Tuhan dan bersyukur karena pernah melihat gua, biar cuma sekejap," jawabnya dalam satu tarikan napas.
Anda mo muntah, Prof? Sama! Saya juga. Malah ditambah bonus keselek gehu pula. (PS : Eh...kalo anda juga enek sama cowok itu, berarti kita sama ya, Prof. Wah...kita destiny! #dilemparAnang)
Aduh plis deh bwok, biar kata situ gantengnya bisa bikin rahim eyke jungkir balik, kalo narsisnya melebihi saya mah, saya langsung ilfil lah. Setelah memberikan tatapan yang bermakna biar-ganteng-tapi-loe-ngemalesin-deh, saya memutuskan untuk balik aja ke
"Eh bentar. Jangan baca dulu. Ini tanggung jawab elo juga."
Alis saya berkerut demi mendengar fitnah kejam itu. "Heuh? Pegimane ceritanye jadi guwe yang salah? Gak sekalian loe salahin temen-temen guwe? Emak guwe? Sodara guwe? Presiden Endonesaaaaaa?" Okeh...saya tahu emang ini lebay, Prof. But hey...kapan lagi saya bisa sok-sok drama queen depan cowok ganteng? #pffttt
"Ya iya salah elo. Gua tuh udah teriak-teriak nyuruh elo minggir tau nggak. Elo malah enak aja baca buku. Ini angsa-angsa kan kerepotan mo landing," oceh si cowok-ganteng-tapi-ngemalesin sambil tangannya sibuk nunjuk-nunjuk ke langit dan angsanya. "Padahal gw tuh tadi cuma mo nanya jalan tahu!!! Soalnya dari atas gua liat loe punya atlas."
Hah? Nanya jalan? Atlas? Dia kira saya globe apaaaahhhh, Prof??? Ya emang sih saya bulet-bulet seksey gitu kayak onde-onde, tapi gak juga dianggap globe kaleeee. Globe kan jendal jendol berpulau gituu #BukanItuMasalahnyaWoi.
Tapi semua protes itu cuma terjadi dalam hati sih,Prof, karena pada kenyataanya mata saya sibuk melototin makhluk Tuhan yang (mungkin) paling seksi tapi juga (mungkin) paling absurd ini. Tentu saja, sambil dalam hati sibuk bersyukur atas pemandangan di depan mata. Bukaaannn...bukan cowok itu maksudnya, tapi ke para angsa cantik itu. #Denial #KepretMeAgainPlease
"HOI...KOK DIEM? ELO MENDADAK BUDEG? ITU ATLASNYA GW PINJEM YA?"
I've told you about his cempreng voice, haven't I? Cemprengnya itu seperti kalo koin digores di kaca. Bikin ngilu dan berasa pengen bekep siapa pun yang bersuara kayak gitu. Nah imagine kalo suara se-annoying itu dipake buat teriak, Prof? Yap betul! Saya langsung sibuk istighfar. Tuhan emang adil ya. DIA kasi fisik nilai 100, tapi kasi suara minus 100 ke seseorang. Ah bener kata cowok absurd ini. Bertemu dia emang mendadak relijius. Belom 10 menit ketemu dia, saya udah manggil Tuhan berapa kali ini?
"Menurut gw sih, daripada atlas loe lebih butuh belajar pitch control deh. Kursus gih sana sama Ahmad Dhani."
Si makhluk absurd itu menatap saya dengan kesabaran yang terlihat makin tipis (eciyeee...sok canggih saya, bisa lihat tipisnya kesabaran #naonsih). "Elo ini...cantik cantik kok dongo sih? Gua nanya apa, dijawab apa."
Biar kata dibilang dongo, saya bangga juga sih dibilang cantik. Hey...gak tiap hari lho bisa dibilang cantik sama cowok ganteng-tapi-ngemalesin-yang-jatuh-dari-kereta-yang-ditarik-angsa. Hayoo....Anda pasti belum pernah kan, Prof? Dan saya yakin pasti belum ada satu pun dari muggle maupun penyihir yang pernah ngalamin kayak saya. Iya kan? Iya kan? Iya kaaaannnn??? (Ini bukan prestasi woooyyy). "Dari tadi loe ngebahas atlas apa sih?"
"Ituu....yang di sebelah kanan elo," tunjuknya. Pandangan saya mengikuti arah tunjukannya dan...bengong.
source |
"Yang nyari rumah sakit jiwa emang siapa?"
"Lah...situ niat nyari rumah sakit jiwa kan?"
"Nope. I was going to go to someone's heart. But I got lost. I need to find a way back to their heart."
Okeh...that's it. Saya pun langsung nengok kiri kanan nyari hidden camera. Ini pasti semacam reality show aneh yang kurang kerjaan. Saya bahkan udah siap ujug-ujug disergap segerombolan kru dengan kamera dan blitz menyala-nyala sambil ada yang teriak "YOU'RE ON CANDID CAMERA!"
Dan masih sambil tengok kanan kiri, saya udah mulai ngebayangin gimana serunya kalo acara saya udah tayang ntar. Pasti bakat keartisan saya akan langsung terlihat. Lalu saya akan dicasting banyak film. Trus ditawarin main film di Hollywood. YES! Cinta Laura, Agnes Monica, beware of me, ladies! Saya yang bakal memenangkan oscar pertama untuk Indonesia. Saya! Sayaaaaaaa!!
Oh....should I start preparing my speech from now? Mulai dari apa ya? Yang gak pasaran dan original gitu. Oh...I knooww. Imma gonna start with : "Dearly beloved, we're gathered here today to watch my big winning and triumph. Let's all give a long time to pray together for my bright future, continued success and wonderfull life ahead."
Woooww....that's gonna be the best and most original speech ever! #OriginalDariMane?
Saya masih seru berkhayal waktu tiba-tiba saya ngerasa timpukan pelan di kepala saya. Blinking, saya baru ngeh si cowok-tampan-yang-belum-sebut-namanya itu baru aja ngelemparin saya pake colenak (gimana caranya tuh orang bisa dapat colenak? Entahlah, Prof. Misteri Ilahi tampaknya #IyainAjaBiarCepet) Ishh...kurang ajyaaarrr. Makanan enak kok dibuang! "Kok elo bengong sih? Hand me the book NOW!" perintahnya.
"HAH? GAK BAKAALLL!" Saya langsung histeris. Yang bener aja deh. Minjemin buku Sobotta ke dia? Buku Sobotta yang harganya ngajak kere dan bikin saya puasa pake paket Blackberry 1 bulan? Buku Sobotta yang bikin saya cuma sanggup makan di warteg setelah tiap hari makan di warung Madura? Buku Sobotta yang bikin saya sempat kirim-kirim pesan ke teman saya pake jasa merpati pos instead of handphone?
And to top it all, minjemin Sobotta tercinta itu ke..dia? Dia yang tangannya berminyak abis pegang colenak? Dia yang tangannya abis pegang angsa, burung dan entah apa lagi? Saya aja selalu cuci tangan 10x pake sabun dan antis sebelum pegang buku itu. Not. A. Chance. In. The World. #IyaIniLebay #JustKepretMePlease
Tapi dia gak peduli dengan kehisterisan saya. Malah langsung berjalan ke sebelah kanan saya sambil menjulurkan tangannya ke arah Sobotta. "NO!" protes saya sambil mendekap buku Sobotta. "Back off! Gw gak bakal kasi buku ini dengan sukarela. Loe harus ngerebut dari gw."
Si cowok-ganteng-tak-bernama itu tersenyum meremehkan. "Oke," jawabnya santai sambil mendekati saya.
Source |
"DEMI TOUTATIS! LOE GAK PUNYA SENJATA YANG LEBIH TIPIS?" cowok-ganteng-tapi-aneh itu meraung keras sambil memegang hidungnya. Tampak darah mengalir lumayan deras dari sela-sela jarinya.
"Waduuhh....jangan-jangan patah hidungnya tuh bocah. Mudah-mudahn di planetnya nih orang gak ada istilah tuntut menuntut. Cicilan berlian di ibu Ani belum lunas, cyiiinn", saya membatin dengan panik sambil bergegas menghampiri makhluk aneh itu.
Setelah dekat, saya bisa liat bahwa walaupun hidungnya berdarah, tapi bentuknya baik-baik aja. "Fyuh...syukur deh gak papa."
"GAK PAPA KATA CERBERUS?" Cowok aneh bersuara annoying itu mendelik sewot ke saya. Jelaslah saya mendelik balik. Isshh....udah suara ancur gitu, masih teriak-teriak pulaa! "Pokoknya kita berobat ke tabib. Loe anterin gw sekarang!" perintah makhluk aneh itu.
Saya cengo sejenak. Tabib? Idih.....so last century banget istilahnya. Dukun gitu kek bilangnya. Ato dokter deh kalo mo yang lebih spesifik. Tapi saya pendam aja komentar itu. Ya syukur deh dia mintanya dibawa ke tabib dan bukannya ke rumah sakit. Sementara si makhluk unik nan tampan itu sibuk ngiketin angsa-angsanya, saya pun sibuk membungkus colenak dan gehu yang tersisa. *info penting abis*
....setengah jam kemudian, kembali di lapangan basket....
"Udahan deh ngedumelnya. Suara loe tuh bukan suara Pavarotti tau gak. Tadi juga tabibnya bilang hidung loe baik-baik aja." Saya melirik sebal pada cowok-ganteng-yang-masih-aja-misterius-siapa-namanya. Gimana gak kesal coba, Prooff? Udah mah dia sendiri yang main nyosor trus mo ngambil buku orang, eh sekarang saya pula yang ketempuhan bayarin biaya berobat dia. Mana tabib (sebenernya sih dukun) yang saya datangin tadi absurd banget. Masaaaa sang tabib nyuruh foto rontgen sampe MRI hidung? Udah nyuruhnya heboh gitu, obat yang dikasi cuma air garam bekas rendaman kaki kuda nil belang tiga pula. Ajaib bener sih dukun jaman sekarang. #eaaa #MendadakCurhat
"Baik gimana? Elo gak liat muka gua lecet dan hidung bengep kek gini hah?" Makhluk di sebelah saya bersuara di saat saya masih sibuk bermonolog. Saya memperhatikan mukanya sejenak yang keterusan jadi dua dan tiga jenak. #yeee (ya abis ganteng sih). Emang sih ada luka baret dan hidungnya biru dikit efek kena Dorland, tapi ya masih oke aja kok buat saya.
"Cuma luka dikit. Jangan manja deh loe."
"Manja gimana? Kerjaan gua butuh kesempurnaan fisik tau gak lo? Gua gak bisa muncul dengan tampang blengsek gini. Apa kata dunia?"
source |
"Ini apaan sih pake-pake crossbow? Kerjaan loe apa?"
source |
Saat membaca panduan di tablet, saya kembali bingung. Kok saya disuruh memanah jantung orang sih? Ada jam dan lokasi spesifiknya lagi kapan saya harus memanah. Waktu ngeliat list client, saya lebih heran lagi karena tiap nama ada instruksi pake panah bermata emas ato perak. Ribet amat.
"Kerjaan loe panahin jantung orang?"
"Iye," jawabnya lugas sambil cari kutu di angsa terbesar miliknya.
"Nama loe sapa ya?"
"Eros. Tapi di beberapa negara sih gua dipanggil Cupid."
Okeh,...ini udah kelewatan anehnya. Saat itu saya beneran ngarep ada kru TV muncul. Tapi berhubung seharian ini emang udah absurd, mau gak mau saya kudu percaya kalo ini beneran Cupid. Tapi yang bener ajaaa makhluk narsis minta dikepret ini adalah Cupid, si dewa montok imut menggemaskan itu? Hancur sudah segala ilusi kekanakan saya tentang Cupid. Manaaaa Cupid yang berwujud bayi bersayap sambil bawa busur dan panah? Kenapa yang ada malah bawa crossbow begini?
"Seriusan loe itu Eros? Dan gw disuruh gantiin kerja loe? Nehi! Yang bener aja gw disuruh ngejodohin orang sementara jodoh gw aja gak jelas." #eaaaa #MendadakCurcolLagi
"Udah gua bilang gua gak mungkin kerja dengan muka bengep gini. Gila apa lo? Image gua sebagai pria tampan sempurna setiap saat layaknya Rexona bisa rusak tau gak? Pokoknya gak ada protes lagi. Lo gantiin tugas gua atau...." Dia tersenyum licik yang membuat perasaan saya mendadak gak enak. "Atau...gua bikin lo berjodoh beneran sama Anang." Ebuseeetttt.....ancamannya kejam nian.
Jadi ya gitu deh, Prof. Dengan gak ikhlas, saya terpaksa setuju gantiin tugas Cupid. Tapi ternyata keapesan saya belum selesai.
Berhubung keretanya hancur, saya kudu nyari kereta baru. Tapi nyari kereta angsa di Jakarta tuh di mana ya? Saya udah coba cari informasinya dengan nanya ke buku kuning, eh di situ malah adanya iklan obat kuat. Apa hubungannya coba? T^T
Dengan cerdasnya, saya pun kepikiran beli gerobak aja. Ndilalahnya...saya gak ketemu gerobak acan-acan, padahal saya udah berkeliling ke 18 RT dan 15 RW. Dan baru di RW terakhirlah saya tahu kalo sedang ada muktamar akbar para pemilik kereta dan gerobak sedunia. Coba bayangkaaannn kekinya saya, Prof! Ini pasti ada konspirasi! Kok bisa-bisanya siihhhh? Huhuhu....(nangis elegan di pelukan David Gandy)
Saya udah kepikir gak usah naik kereta deh, langsung nunggang angsa aja. Sayang para angsa mogok terbang. Menurut penjelasan dokter hewan, angsanya stres dan menolak terbang. Makin bengonglah saya.
Mo jalan kaki ato naik mobil? Waduh...lokasinya jauh-jauh. Wong salah satu tugasnya itu kudu ke Antartika untuk ngejodohin Polar Bear dan ikan salmon kok.
Naik pesawat? Ini sih sama aja ngajak bangkrut.
Karena terdesak itulah, akhirnya saya mengirimkan surat ini, Prof. (pembukaannya panjang ya, Prof? Ya maap. Kan udah dibilangin tadi) *udah ngeselin, ngeyel pulaa* X)
Baiklah....adapun inti surat panjang ini sebenarnya terangkum dalam satu tanya :
"Boleh gak saya pinjam Fawkes-si burung Phoenix kesayangan anda, Prof?"
Kalo boleh, hatur nuhun pisaann. Kalo gak boleh : ih Prof kok tega banget sama saya? *menatap iba*
Saya yakin pasti boleh kan, Prof. Anda gak mungkin tega membiarkan saya jalan kaki ke Antartika.
Tolong Fawkes-nya segera dikirimkan ke rumah saya yaa. Masih inget kan ya alamatnya, Prof? Kalo gak, sila baca ulang surat pertama saya (di sini bacanya). Oya, tolong kirim Fawkes sekalian sama pakannya deh, Prof. Saya gak ngerti pakan phoenix apaan soalnya.
Baiklah, sekian sudah surat panjang ini, Prof. Sekali lagi, saya tunggu Fawkesnya.
Salam Semangat,
yang-masih-ngarep-jadi-guru-Hogwarts-
tapi-dipinjemin-Fawkes-pun-udah-sujud-syukur
PS : postingan ini diikutkan dalam event Hotter Potter June Meme di blognya Melisa.
Saya sudah mengikuti blognya Luna dengan email zatinenzer@yahoo.com