Sunday, December 28, 2014
Riddle Secret Santa 2014
Dear my Secret Santa, terima kasih untuk hadiahmu yaaa.
Saya suka banget banget banget sama buku dan merchandise-nya. *ketjup basah untuk Santa* Akhirnya saya punya Fortunately The Milk-nya Gaiman (yang langsung saya selesaikan baca begitu kadonya dibuka) dan Rules-nya Cynthia Lord yang melengkapi koleksi Newberry book saya.
Dan terima kasih juga untuk nano block-nya. Ih...kamu tahu aja kalo saya suka koleksi nano block. Aww....Santa emang destiny saya kayaknya ya. Santa, are you Adam Levine? Because my destiny is Adam Levine #tetibadelusional
Dan terakhir, terima kasih untuk riddle-mu yang keren. Let's say I'm 99,9% sure who you are. But I'll still do what Master Sherlock taught me: "When you have eliminated all the possibilities, whatever remain however improbable, must be the truth." Jadi...sampai ketemu di akhir Januari nanti, Santa :)
(ps : sebenarnya saya gak ngerti apa hubungan quote Sherlock dengan post ini. Cuma kayaknya keren aja kalo dimasukkin #dueng)
Friday, November 21, 2014
Wishlist Books For Secret Santa 2014
Event Secret Santa BBI kembali lagi. Demi mendukung suksesnya acara ini dan agar Santa tidak kesulitan beliin saya buku, maka saya akan memposting buku-buku yang ada di daftar harapan saya. Buku yang saya tulis memang sudah edisi yang sesuai keinginan saya.
Dan list ini nggak berurutan kok. You can buy whichever you like.
1. Fortunately, The Milk - Neil Gaiman
Saya ini penggemar setia Neil Gaiman dari pertama kali membaca Stardust dahulu kala. Jadi buku-buku beliau memang selalu jadi dambaan saya.
Bisa dibeli di OpenTrolley seharga IDR 77.000,-
2. The One and Only Ivan - Katherine Applegate
Salah satu buku pemenang Newberry yang katanya wajib baca (yaa sebenarnya semua buku Newberry wajib baca sih menurut saya).
Satu alasan khusus kenapa mupeng sama buku ini adalah : tokohnya seekor gajah! Kinda reminds me of Dumbo, my fav cartoon character.
Maaf...saya cuma nemu Ivan di OpenTrolley seharga IDR 84.000,-
3. Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI
Harga buku ini sebenarnya IDR 125K. Namun saat ini sedang diskon jadi Rp. 100.000,-
Buku bisa diperoleh di TB Ultimus dengan memesannya via email ke ultimus_bandung @yahoo.com (bebas ongkos kirim ke seluruh nusantara). Semoga masih berlaku ya diskonnya. Kalo gak, Santa pilih buku lain aja ya.
4. Noah Barleywater Runs Away - John Boyne
Gegara baca A Boy In Stripped Pyajamas, jadi penasaran baca buku John Boyne yang lain. Buku ini saya pilih karena judulnya menggelitik. Buku ini bisa dibeli di Periplus ato OpenTrolley. Harga kurang lebih IDR 90.000,- (ada perbedaan 1000-3000 antara kedua OL shop itu)
IDR 90K
OpenTrolley | Periplus |
Saya naksir buku ini kalo logo award di covernya dan karena cover itu sendiri. Enough said. Bisa dibeli di OpenTrolley ato Periplus (link ada di bawah gambar) dengan harga IDR 89K-92K
OpenTrolley | Periplus |
Squeeee.......Rubber duck!
Saya punya obsesi tersendiri pada bebek karet berwarna kuning. Ampe sekarang saya masih naro rubber duck di kamar mandi saya lho. Bahkan berenang ke pantai pun bebeknya ikut saya ajak berenang. Jadi saya langsung jatuh cinta sama cover buku ini. Fakta bahwa ada award yang didapat buku ini membuatnya lebih menggoda. Bisa dibeli di OpenTrolley dan Periplus (link di bawah gambar) dengan harga IDR 91K.
7. Gone Girl - Gillian Flynn
Harga buku ini aslinya Rp. 112000, cuman karena dalam secret santa kali ini yg digunakan adalah harga setelah diskon, Santa bisa beli di Gramedia Online ini seharga Rp. 95000 saja.
8. Twivortiare 2 - Ika Natassa
Buat saya, buku-buku Ika tuh semacam guilty pleasure. Saya bukan fansya, tapi ya selalu menunggu buku baru dia dan rajin memantau akun-akun fiktif buatan Ika yang semacam sinetron tweet itu. Muahaha....aneh emang. Buku ini bisa dibeli di bukabuku seharga IDR 68K.
9. Stolen Songbird: Negeri Troll Yang Hilang (Soft Cover) - Danielle L. Jensen
Troll yang biasa dapat jatah antagonis sekarang jadi tokoh utama. Jelas saya penasaran banget baca buku ini. Bukunya bisa dibeli di bukabuku seharga IDR 62.800,-
10. Little Women: Gadis-Gadis March (Soft Cover) - Louisa May Alcott
Sudah lama suka dengan kisah gadis keluarga March. Udah koleksi beberapa edisi juga. Dan senang banget waktu tau GPU menerbitkan ulang dengan cover secantik ini. Yeaayyy...
Buku bisa dibeli di bukabuku seharga IDR 52.700,-. (PS : Santa, kalo mau ngasi buku ini tolong covernya yg kayak gini ya. Kalo edisi lain takutnya saya udah punya. Maapkan kalo rewel).
11. Good Wives: Istri-Istri yang Baik (Soft Cover) - Louisa May Alcott
Lanjutan Little Women dengan cover yang sama cantiknya. Bisa dibeli di bukabuku seharga IDR 56.100,-
Yak sekian lah wishlist saya, Santa. Cukup 11 buku saja *padahal itu udah kebanyakan ya* X), terdiri dari 5 buku import dan 6 buku lokal & terjemahan.
Sengaja kasi list banyak supaya Santa bisa memilih buku yang paling mudah Santa dapatkan. Bukunya bisa didapatkan di mana saja. Gak mesti di toko yang saya sebutkan.
Dan gak ada prioritas kok. Semuanya sama-sama pengen dibaca, jadi silakan memilih ya, Santa. Terima kasih sebelumnya.
Wednesday, November 05, 2014
Letter From November Giveaway Hop
Selamat datang di giveaway Letter from November.
Seperti tahun lalu, maka kami (para Novemberian BBI) mengadakan giveaway hop.
Sistem giveaway kali ini berbeda dengan tahun lalu.
Sistem giveaway kali ini berbeda dengan tahun lalu.
Tahun ini masing-masing dari kami akan memberikanmu sepucuk surat. Di surat tersebut, ada petunjuk yang mengarah ke judul buku yang merupakan bagian dari hari para Novemberian (buku bisa saja sudah direview di blog milik Novemberian, bisa juga tidak).
Nah tugas kalian (hunters) adalah menemukan judul buku yang dimaksud di tiap blog. Rangkailah ke-16 judul buku tersebut menjadi selembar surat (kalian boleh menambahkan kata-kata lain di surat tersebut. Yang pasti surat balasan mengandung ke-16 judul buku tersebut).
Be creative. Karena kami juga menilai kreatifitas kalian.
Be creative. Karena kami juga menilai kreatifitas kalian.
Sebelum memulai hunting the missing pieces of November's heart, mohon dibaca terlebih dahulu syarat dan ketentuan berikut:
Untuk para hunter :
- Mengisi form di bawah ini dengan lengkap (terutama yang mandatory, yang optional tidak apa kalau tidak diisi :) )
- Giveaway berlangsung dari 5-20 November 2014. Jadi pastikan jangan terlambat mengisi form beserta jawabannya ya.
- Form yang sama akan diposting oleh setiap host. Kamu hanya perlu mengisi form 1x saja. Yang mengisi 2x akan didiskualifikasi.
- Sponsor dan the missing pieces riddle dapat ditemukan di blog-blog Novemberian berikut ini:
- Ken @Review What I've Read
- Zellie Petronela @ Book Admirer
- Pauline Destynugrainy @ Desty Baca Buku
- Alluna Maharani @ Clair de Lune
- Annisa M Zahro @ Markica ~ Mari Kita Membaca
- Melody Violine @ Lamunyata
- Cindy @ Read Between Pages
- Astrid Lim @ Books To Share
- Ren Puspita @ Ren's Little Corner
- Angela Noviana @ Harlequin Romance
- Afifah Mazaya @ Lady Book's Notes
- Asrina @ Kubuka Bukuku
- Rahmah @ Resensi Kata
- Esti @ Lentera Dunia
- asdewi @ Through Tinted Glass (You're here)
- Yuska @ Lust And Coffee
Untuk 3 pemenang terpilih:
- Pemenang berdomisili di Indonesia.
- Pemenang harus menebak 16 judul buku dengan tepat.
- Apabila dalam 2x24 jam tidak ada respon dari pemenang, akan dipilih pemenang lainnya.
- Apabila juara 1 gugur, maka juara 2 akan menjadi juara 1, juara 3 akan menjadi juara 2, dan seterusnya.
- Harga buku yang dipilih belum termasuk diskon.
Apabila jumlah harga buku yang diminta pemenang melebihi batas yang diberikan setelah diberikan dua kali kesempatan untuk revisi, pemenang akan digugurkan dan dipilih pemenang lain. - Hadiah yang dipilih oleh pemenang harus dari 1 online store yang sama.
- Ongkos kirim ditanggung oleh Novemberian.
- Syarat dan ketentuan di atas tidak dapat diganggu gugat oleh pemenang.
Hadiah berupa VOUCHER BUKU senilai:
1st
Rp 350.000,-
2nd
Rp 250.000,-
3rd
Rp 150.000,-
Apabila ada pertanyaan, silakan meninggalkan komentar di post ini.
Surat dari blog Through Tinted Glass adalah :
"Dear hunters,
November selalu mengingatkanku pada satu hari yang telah lama berlalu.
Di hari itu aku bertemu dengan seorang pria yang selalu kukenang karena kerumitannya.
Dia pria yang sinis dan sombong, tapi tak segan meluangkan waktu dan tenaganya untuk menolong orang. Dia skeptis pada cinta, tapi toh di suatu masa di hidupnya dia pernah mencintai dengan sangat dalam.
Dia pernah bilang balas dendam tidak menyelesaikan apa-apa, tapi dia bertahan hidup untuk membalas dendam.
Dan yang paling rumit bagiku : dulu dia adalah pencabut nyawa, kini dia bekerja menyelamatkan nyawa.
Mungkin rumit memang warna hidupnya.
Karena di hari itu, hari ketika aku bertemu dengannya, adalah hari ketika dia harus menghadapi masa lalu yang selama ini mengejarnya.
Di satu hari itu, aku menjadi saksi bagaimana dia berusaha mencegah agar masa lalunya tak kembali menghantui, sambil memperbaiki masa sekarang demi menjamin masa depannya tetap ada. Rumit bukan?
Tahukah kau Hunters, pagi ini mendadak aku teringat padanya.
Ingin rasanya berjumpa dia lagi, namun aku lupa di lembaran kisah yang mana aku bertemu dengannya.
Apa kau bisa membantuku menemukan jawabnya?
Ini satu hal yang kuingat tentangnya, semoga dapat membantumu : saat itu kami bertemu di New York."
Bila kamu sudah mengetahui jawabannya, silakan mengisi di form berikut
Monday, August 11, 2014
Pengumuman Pemenang Giveaway
Halo...
Selamat menikmati bulan Agustus yang sedang berjalan.
Maaf ya pengumuman giveaway-nya tertunda lama dikarenakan satu hal teknis (iya....hal teknis yang dimaksud adalah pulsa Bolt saya habis) (T^T)
Nah tanpa berpanjang lagi, mari kita ungkap jawabannya.
Seperti yang banyak ditebak, jawaban ketiga soal tersebut adalah :
1. Miyamoto Musashi (saya menuliskan sandinya dalam l33t code)
2. Matahari (yep...memang kata-kata yang digarisbawahi mengacu ke tabel periodik kimia)
3. Sungai / river (diambil dari lirik lagu River-nya Jkt 48. Di pertanyaannya kan sudah dibilang "apakah aku?" yang artinya mengacu kepada benda, bukan penyanyinya).
Untuk pemenang, sudah saya katakan bahwa bila yang menjawab benar lebih dari 1 orang, maka akan dipilih yang menjawab benar paling awal. Tentu saja yang qualified adalah mereka yang mengerjakan semua syarat, termasuk mempromosikan giveaway baik di twitter atau facebook dan menyertakan link promosinya di kolom komentar.
Karena itu, walau pun ada beberapa yang menjawab benar terlebih dahulu, tapi tidak memenuhi semua persyaratan, maka saya menetapkan ketiga orang ini sebagai pemenangnya.
Dan mereka adalah (sesuai urutan menang hadiah) :
1. Aya Murning (@murniaya)
2. Lenni (@evizaid)
3. Santi Wiryawan (@siscacook)
Selamat kepada pemenang. Saya akan menghubungi kalian via twitter/email dan kalian punya waktu 3x24 jam untuk merespons pesan saya.
Untuk yang belum beruntung, semoga bisa beruntung di giveaway yang lain ya.
Terima kasih atas partisipasinya.
Monday, July 21, 2014
Incognito & Touche Giveaway
*nyalain toa*
Selamat pagi/siang/malam di mana pun kamu berada. Semoga sehat sentosa dan berbahagia. Amin. Di kesempatan yang berbahagia ini, setelah lama hibernasi, maka izinkanlah saya mengadakan *drumroll* *nyalain spotlight*
*matiin toa*
*karena kita harus hemat energi*
Adapun giveaway kali ini mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1. Peserta berdomisili di Indonesia atau mempunyai alamat kirim di Indonesia
2. Penentuan pemenang dilakukan oleh saya dengan sejujur dan seadil-adilnya, dengan tetap berpegang pada Pancasila dan UUD 45
3. Tidak diperkenankan ada surat menyurat sehubungan dengan pemilihan pemenang (abis lagi jaman surat terbuka sih) #hakdess
4. Giveaway berlangsung selama 2 minggu (sampai dengan tanggal 4 Agustus 2014) . Pengiriman hadiah akan dilakukan secepatnya saat kondisi JNE kondusif (soalnya kemarin waktu mo ngirim paket diwanti-wanti kalo paket lagi overload di gudang JNE dan mungkin sampenya akan lama).
Hadiah :
1. Novel Incognito karya Windhy Puspitadewi bertandatangan + 1 tote bag BBI + buku pilihan sendiri seharga max IDR 75k
2. Novel Touche : Alchemist karya Windhy Puspitadewi bertandatangan + 1 sampul buku kain kerja sama BBI & Emerald Green Label + buku pilihan sendiri seharga max IDR 75k
3. Novel Touche karya Windhy Puspitadewi bertandatangan + 1 sampul buku kain kerja sama BBI & Emerald Green Label + buku pilihan sendiri seharga max IDR 50k
Cara Mainnya :
1. Akan ada 3 pertanyaan di mana tiap pertanyaan mewakili hadiahnya. Tiap pertanyaan dinilai terpisah. Jadi misalnya jawabanmu salah untuk nomor 1, tapi benar di nomor 2 dan 3 maka kamu punya kemungkinan mendapat hadiah nomor 2 atau 3.
Jangan lupa : Setiap pertanyaan berhubungan dengan novel yang dihadiahkan
2. Untuk setiap pertanyaan hanya boleh menjawab 1x ya. Tapi boleh dijawab terpisah. Misalnya hari ini kamu mo jawab nomor 1 aja, besok baru jawab nomor 2 ya gak papa.
3. Penentuan pemenang berdasarkan yang jawabannya benar. Bila yang menjawab benar lebih dari 1, maka saya akan memilih yang paling duluan .
4. Promosikan giveaway ini bisa melalui twitter atau FB, cukup 1x saja. Sertakan link promosi di kolom komentar.
5. Jawaban ditulis di kotak komentar (komentar akan dimoderasi sampai GA selesai). Sertakan juga nama akun twitter atau emailmu ya biar bisa saya kirim info kalo kamu pemenangnya.
6. Bila kamu sudah memenangkan satu hadiah, maka kamu gak bisa menang lagi di hadiah yang lain walaupun jawabanmu benar.
Dan inilah pertanyaannya :
1. Sejarawan tak tahu pasti tahun kelahiranku, tapi sebagian besar memprediksi tahun 1854. Namun namaku baru mulai dikenal tahun 1940, ketika seorang novelis memfiksikan kisah hidupku. Namaku adalah : |\\/|!`/4|\\/|0+0 |\\/||_|545|-|!
Siapakah aku?
2. Kami ini sebuah keluarga walau pun berbeda fisik dan sifat. Kami juga biasa digambarkan dengan warna yang berbeda.
Di suatu masa sekolahmu, pasti kamu pernah bertemu keluarga kami.
- Aku si sulung, anak metal yang siap bertransisi ke arah positif. Idolaku? Tentu saja Richard Dent, pemain Chicago Bears bernomor punggung 95. Karena itu selalu kukenakan jerseynya.
Bila kau sudah menemukanku, ingatlah bahwa urutanku tertukar.
- Aku anak kedua, sekarang sudah kelas 5. Saat ini aku sedang gembira karena tes kimia mendapat nilai 73. Padahal gak belajar lho. Yeay!
- Walau pun anak ketiga, tapi aku selalu berada di urutan pertama. Bahkan di antara rekan sekelasku, aku tetap di nomor 1.
- Nah aku si anak keempat. Umurku 8 tahun, ngefans berat sama Peyton Manning dari Indianapolis Colts. Tahukah kamu berapa nomor jersey Peyton Manning? Carilah dan kamu akan menemukanku. Oya, aku sering dimarahi bunda karena sifatku yang bebas laksana udara.
- Aku si bungsu berumur 7 tahun. Karakterku keras, seperti kakak kedua. Sudah ya. Aku malas bicara banyak. Habis sebal, nilai tes menggambarku cuma 53. Kata ibu guru, aku gak boleh hanya menggambar tabel :(
Temukan maksud tiap kalimat lalu susun huruf yang terbentuk. Itulah jawabannya.
3. "Majulah ke depan!
Janganlah berhenti!
Tujuan tempat matahari terbit
Ayo langkah di jalan harapan"
Mimpi itu selalu terlihatnya jauh
Dan jaraknya terasa tidak tercapai
Batu di bawah kaki
Ayo, ambilah satu
Jadilah nekad dan coba lemparkan!"
Siapakah aku? (Jawab dalam bahasa Indonesia ya)
Selamat menjawab, kengkawan. Semoga beruntung yaa.
PS : Giveaway ini terselenggara berkat kerja sama blog Through Tinted Glass & Windhy Puspitadewi.
Bila ada pertanyaan, sila kontak saya di @asdewi (twitter) atau A.s. Dewi (FB)
Friday, May 23, 2014
Satu Pojok di Grand Bazaar Istanbul
suasana Grand Bazaar |
Bayangkan kamu udah muter-muter gak jelas selama 4 jam di salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan tertua di dunia. Di sekelilingmu ramai dengan penjual yang menjajakan dagangan dan orang-orang yang antusias menawar sementara kamu gak ada rencana belanja apapun di sana.
Boring dan capek kan?
Itu juga yang saya rasakan waktu keliling di Grand Bazaar Istanbul. Antusiasme saya udah menurun drastis dibanding pertama masuk karena gak ada barang yang menarik hati. Tapi saya gak bisa pulang juga karena perginya bersama grup.
Akhirnya saya memutuskan untuk pisah dari grup, jalan-jalan ke luar Grand Bazaar sambil berharap mudah-mudahan ada penjual es capcin di sana #halah.
Daaann...tebak saya nemu papan apa?
Yap betuuullll....Ada tulisan "Old Book Bazaar".
Wow...saya gak nyangka di antara penjual-penjual karpet, minyak zaitun, Turkish delight dan barang khas Turki lainnya, ada terselip satu pojok yang dikhususkan untuk buku bekas.
Rasa letih pun terlupakan. Dengan gagah berani saya langsung melangkahkan kaki memasuki pojok Grand Bazaar yang bernama Sahaflar Carsisi.
Dan begitu masuk di dalam, saya pun tersenyum sumringah.
Wow....di kiri-kanan berjajar penjual buku. Bahkan ada boks yang bertulisan "1 TL". Hiyaaa....buku 1 Lira doang? Muraahhh banget.
Tapi saya tahan keinginan untuk ngaduk buku bekas dan memutuskan untuk mengelilingi kompleks ini sampai ke ujung.
Bye the way, Sahaflar Carsisi ini kompleks kecil sih. Gak ada apa-apanya dibanding pojok lain di Grand Bazaar. Jadi kelilingin satu daerah ini sama sekali bukan masalah.
Setelah menyusuri ampe ujung dan berniat mampir di salah satu kedai, saya menyadari ada satu hal yang ganjil. Apakah itu?
Yep betul.
Buku-bukunya dalam bahasa Turki (_ _")
Ya sebenernya kalo mau diubek-ubek sih saya dapat novel-novel dalam bahasa Inggris. Kebanyakan novelnya Orhan Pamuk. Sayang buku yang saya temukan itu udah saya punya juga. Jadi batal deh dibeli.
Bisa dibilang sih acara ngubek-ngubek di Sahaflar Carsisi kurang sukses dalam hal menambah timbanan. Tapi pojok kecil ini menyenangkan untuk beristirahat dan menjauh sejenak dari hiruk pikuknya Grand Bazaar.
Ada penjual es krim Turki yang femes itu di sini dan ada taman kecil (kecil buanget) beserta bangkunya. Lumayan buat duduk cantik sambil ngemil es krim Turki yang kenyal itu.
So kalau kamu lagi di Grand Bazaar, gak ada salahnya melipir ke Sahaflar Carsisi buat nge-charge stamina.
Saturday, May 17, 2014
Touche Alchemist
Data Buku :
Judul : Touche Alchemist
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gramedias Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Paperback, 224 Pages
ISBN 13 : 9786020303352
Rating : 3,5 out of 5 stars
Sinopsis :
Makanya walopun mengakui Windhy punya gaya menulis yang ngalir dan enak banget dibaca , tapi saya tidak menganggapnya istimewa.Yah semacam....satu-lagi-penulis-bestseller-yang-bukan-selera-saya lah (maap ya, Win).
Sampe saya bertemu Touche dan Touche Alchemist.
Lalu pandangan saya pun berubah...
Dengan Touche-nya Windhy mengisahkan bahwa di dunia ini ada sekelompok orang yang punya "bakat" bermacam-macam. Ada yang bisa membaca pikiran orang dengan menyentuhnya (mind reader), merasakan perasaan orang yang disentuhnya (empath), menyerap habis isi 1 buku padahal cuma menyentuh sampulnya (data absorber) atau pun menemukan keberadaan orang lain hanya dengan menyentuh peta (track finder).
Liat kesamaan semua bakat yang saya sebut di atas? Yep...semua bakat itu bisa digunakan hanya ketika sang pemilik bakat menyentuh si "target". Makanya mereka dinamai kaum touche.
Point menarik dari dunia Touche ala Windhy adalah: banyak cerita yang bisa dikembangkan.
Ada begitu banyak kemampuan Touche, yang otomatis akan memberi konflik dan kisah yang berbeda juga. Windhy bisa menciptakan kemampuan Touche apapun yang dia mau sehingga kita bisa disuguhkan dengan kisah yang beragam.
Seperti di Touche Alchemist ini.
Hiro, tokoh utamanya, punya bakat mengetahui struktur kimia suatu benda bila disentuh. Hal ini membuat Hiro jadi punya kemampuan analisis yang bikin bengong. Karena touche-nya, Hiro jadi tahu kalo air yang ada di tubuh korban yang tenggelam itu air laut dan bukan air tawar (walopun kenapa gak ada yang coba jilatin air itu, saya juga gak tahu) (yatapi masa' juga ya ada yang mau jilatin air dari jenazah? #abaikan).
Hiro juga jadi bisa bedain air yang ada di TKP itu air dari mana dan bisa bedain struktur bom. Keren deh pokoknya. Makanya Hiro jadi konsultan kepolisian New York walopun umurnya masih 18 tahun.
Dan pembaca pun diajak untuk turut mengikuti kemampuan deduksi Hiro hingga menghasilkan analisis yang tajam, aktual dan terpercaya #halah.
Buat saya sih, bagian analisis-lah yang 'megang' di Alchemist, yang bikin saya jadi gak pengen ngelepasin novel ini. Ada yang bilang kalo gaya deduksi analisis Hiro menjiplak gaya analisis Sherlock Holmes.
Mungkin Windhy memang terinspirasi dari Sherlock ya. Tapi cerita detektif mana sih yang gak terinspirasi dari tokoh rekaan Conan Doyle itu? Bahkan Agatha Christie aja mengakui kalo Poirot itu terpengaruh dari Sherlock. Sebagian besar cerita detektif yang saya tahu memang ada yang tokohnya mirip. Semacam 'saling mempengaruhi'lah (iya...analisa sotoy).
Tapi itu bukan menjiplak. Dan menuduh Windhy menjiplak dari cerita Sherlock adalah tuduhan keterlaluan yang gak berdasar.
Di luar analisisnya, yang bikin buku ini 'ngebetahin' buat dibaca sampe akhir adalah gaya menulis Windhy yang ala-ala manga terjemahan itu. Entah gimana, tulisan Windhy selalu bikin kesan seperti baca manga. Kok bisa gitu ya? #nanyaserius
Yang enak juga, keliatan kalo Windhy serius menggarap Alchemist. Minimal keseriusannya bisa diliat dari usaha Windhy mencari lokasi-lokasi di New York yang bisa masuk ke dalam plot yang dia bangun. Dan dia nambahin peta supaya tipe pembaca visual tapi miskin imajinasi (iya itu saya) gak kesulitan baca buku ini.
Dan mumpung nyebut plot, saya cuma mau bilang kalo plot Alchemist cukup oke. Pace-nya cepat dan keseruannya terjaga sampe klimaks walopun pelaku udah bisa ditebak di 1/3 akhir buku.
Tapi gapapa. Buat saya sih, pengungkapan antagonis bukan hal paling penting di sebuah novel detektif. Saya malah lebih penasaran gimana sampai si detektif bisa menyimpulkan pelakunya. Dan dalam hal ini, Alchemist gak mengecewakan.
Tapi dengan semua kesalutan itu, sebenernya saya punya complain sih buat novel ini. Dan itu adalah usaha Windhy yang terlalu keras untuk membuat Hiro tampak cuek, dingin dan datar. Coba liat aja :
"..." jawab Hiro malas.
"..." desah Hiro malas.
"..." jawab Hiro dengan nada malas.
"..." jawab Hiro enteng.
"..." kata Hiro datar.
"...." kata Hiro kalem.
See? Harus banget lho penulis ngasi tahu nada suara Hiro di hampir setiap dialognya. Yaa...kalo masih di awal-awal buku sih gapapa. Tapi ampe akhir masih aja ada pemberitahuan kalo Hiro ngomong dengan enteng, datar, kalem. Akkkhh....saya bosen baca diulang-ulang mulu. Pas di pertengahan masiiihh aja dikasi tahu nada bicara Hiro, rasanya langsung pengen bilang : "Iye tahuuu. Dari awal juga nada bicara Hiro itu-itu aja kok."
Oh..sama...ini 1 lagi, sebenernya saya masih bingung dengan maksud sinopsis di back cover. Katanya Hiro berkenalan dengan seseorang yang membuat hidupnya tak lagi sama. Kalo orang yang dimaksud itu seseorang yang ada di Touche 1, saya gak ngeliat perubahan hidup Hiro di mana. Kok ya rasanya kehidupannya tetap sama.
Apa ini petunjuk bahwa akan ada Touche 3 yang membuat hidup Hiro berubah karena orang itu? #hayolho
Trus juga, buat saya sih Alchemist 'nanggung'. Mungkin karena targetnya remaja ato mungkin karena terbentur jumlah halaman sehingga kasus-kasus di Alchemist rasanya kurang di-explore. Kurang digali lebih dalam. Jadinya kentang.
Saya udah bilang kan kalo Touche itu punya potensi untuk dikembangkan? Saya bilang gitu setelah baca Touche 1. Di situ dikasi tahu kalo ada sekelompok orang jahat yang mengincar kaum Touche. Imajinasi liar saya sudah membayangkan adanya pertentangan antara kelompok touche jahat dan baik, semacam X Men gitu deh. Dan tadinya saya kira buku ke-2 ini nyebut-nyebut organisasi itu. Ternyata sama sekali nggak nyambung.
Sepertinya saya memang menaro ekspektasi ketinggian pada sebuah teenlit. X)
Eng ya sudahlah gapapa. Toh Touche Alchemist punya potensinya sendiri untuk dikembangkan (siapa tahu suatu hari Hiro ketemu kriminil jenius yang juga Touche? Jadi seperti pertarungan antara Sherlock dan Moriarty tapi versi Touche).
Saya berharap banget nantinya Windhy bisa mengembangkan dunia Touche dengan tokoh-tokoh yang lebih dewasa, kasus yang lebih rumit dan misteri yang lebih kelam. Yaa....semacam rumitnya novel Dan Brown lah. Saya yakin Windhy bisa kok. :)
Saya rating buku ini 3,5 bintang aja ya. Kenapa gak 4 bintang? Ya abis ada perasaan kentang itu. Dan covernya gak berhasil bujuk saya untuk nambahin setengah bintang walopun covernya lumayan bagus sih.
Tapi untuk saat ini, saya menghargai usaha Windhy untuk menulis teenlit yang beda dari biasanya. Yang gak melulu fokus di kisah cinta menye dan lebay #eh.
Salut, Win.
PS : Setelah segala ocehan saya di atas, Windhy bisa ngerti dong ya kalo saya mengaminkan segenap tuntutan fansnya agar Windhy segera memproduksi Touche 3.
Dunia Touche itu sangat kaya dan bisa dieksplorasi lebih dalam. Dan membiarkan dunia Touche terhenti sampai di sini saja adalah sebuah kejahatan literasi #hakdes
Judul : Touche Alchemist
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gramedias Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Paperback, 224 Pages
ISBN 13 : 9786020303352
Sinopsis :
Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya dikontrak untuk menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.Saya sudah baca beberapa buku Windhy sebelum ini. Dan semuanya setipe menurut saya : "kisah remaja dengan topik generik." Tau kan topik generik? Itu lho...yang ceritanya seputar cinta dan temenan aja. Masalah yang sebenarnya sepele tapi karena tokohnya remaja jadi aja dibesar-besarin deh itu masalah (yaa...waktu remaja saya juga kek gitu sih).
Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang tampaknya mengetahui kemampuannya. Kasus pengeboman dan perkenalannya dengan orang itu mengubah semuanya, hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.
Makanya walopun mengakui Windhy punya gaya menulis yang ngalir dan enak banget dibaca , tapi saya tidak menganggapnya istimewa.Yah semacam....satu-lagi-penulis-bestseller-yang-bukan-selera-saya lah (maap ya, Win).
Sampe saya bertemu Touche dan Touche Alchemist.
Lalu pandangan saya pun berubah...
Dengan Touche-nya Windhy mengisahkan bahwa di dunia ini ada sekelompok orang yang punya "bakat" bermacam-macam. Ada yang bisa membaca pikiran orang dengan menyentuhnya (mind reader), merasakan perasaan orang yang disentuhnya (empath), menyerap habis isi 1 buku padahal cuma menyentuh sampulnya (data absorber) atau pun menemukan keberadaan orang lain hanya dengan menyentuh peta (track finder).
Liat kesamaan semua bakat yang saya sebut di atas? Yep...semua bakat itu bisa digunakan hanya ketika sang pemilik bakat menyentuh si "target". Makanya mereka dinamai kaum touche.
Point menarik dari dunia Touche ala Windhy adalah: banyak cerita yang bisa dikembangkan.
Ada begitu banyak kemampuan Touche, yang otomatis akan memberi konflik dan kisah yang berbeda juga. Windhy bisa menciptakan kemampuan Touche apapun yang dia mau sehingga kita bisa disuguhkan dengan kisah yang beragam.
Seperti di Touche Alchemist ini.
Hiro, tokoh utamanya, punya bakat mengetahui struktur kimia suatu benda bila disentuh. Hal ini membuat Hiro jadi punya kemampuan analisis yang bikin bengong. Karena touche-nya, Hiro jadi tahu kalo air yang ada di tubuh korban yang tenggelam itu air laut dan bukan air tawar (walopun kenapa gak ada yang coba jilatin air itu, saya juga gak tahu) (yatapi masa' juga ya ada yang mau jilatin air dari jenazah? #abaikan).
Hiro juga jadi bisa bedain air yang ada di TKP itu air dari mana dan bisa bedain struktur bom. Keren deh pokoknya. Makanya Hiro jadi konsultan kepolisian New York walopun umurnya masih 18 tahun.
Dan pembaca pun diajak untuk turut mengikuti kemampuan deduksi Hiro hingga menghasilkan analisis yang tajam, aktual dan terpercaya #halah.
Buat saya sih, bagian analisis-lah yang 'megang' di Alchemist, yang bikin saya jadi gak pengen ngelepasin novel ini. Ada yang bilang kalo gaya deduksi analisis Hiro menjiplak gaya analisis Sherlock Holmes.
Mungkin Windhy memang terinspirasi dari Sherlock ya. Tapi cerita detektif mana sih yang gak terinspirasi dari tokoh rekaan Conan Doyle itu? Bahkan Agatha Christie aja mengakui kalo Poirot itu terpengaruh dari Sherlock. Sebagian besar cerita detektif yang saya tahu memang ada yang tokohnya mirip. Semacam 'saling mempengaruhi'lah (iya...analisa sotoy).
Tapi itu bukan menjiplak. Dan menuduh Windhy menjiplak dari cerita Sherlock adalah tuduhan keterlaluan yang gak berdasar.
Di luar analisisnya, yang bikin buku ini 'ngebetahin' buat dibaca sampe akhir adalah gaya menulis Windhy yang ala-ala manga terjemahan itu. Entah gimana, tulisan Windhy selalu bikin kesan seperti baca manga. Kok bisa gitu ya? #nanyaserius
Yang enak juga, keliatan kalo Windhy serius menggarap Alchemist. Minimal keseriusannya bisa diliat dari usaha Windhy mencari lokasi-lokasi di New York yang bisa masuk ke dalam plot yang dia bangun. Dan dia nambahin peta supaya tipe pembaca visual tapi miskin imajinasi (iya itu saya) gak kesulitan baca buku ini.
Dan mumpung nyebut plot, saya cuma mau bilang kalo plot Alchemist cukup oke. Pace-nya cepat dan keseruannya terjaga sampe klimaks walopun pelaku udah bisa ditebak di 1/3 akhir buku.
Tapi gapapa. Buat saya sih, pengungkapan antagonis bukan hal paling penting di sebuah novel detektif. Saya malah lebih penasaran gimana sampai si detektif bisa menyimpulkan pelakunya. Dan dalam hal ini, Alchemist gak mengecewakan.
Tapi dengan semua kesalutan itu, sebenernya saya punya complain sih buat novel ini. Dan itu adalah usaha Windhy yang terlalu keras untuk membuat Hiro tampak cuek, dingin dan datar. Coba liat aja :
"..." jawab Hiro malas.
"..." desah Hiro malas.
"..." jawab Hiro dengan nada malas.
"..." jawab Hiro enteng.
"..." kata Hiro datar.
"...." kata Hiro kalem.
See? Harus banget lho penulis ngasi tahu nada suara Hiro di hampir setiap dialognya. Yaa...kalo masih di awal-awal buku sih gapapa. Tapi ampe akhir masih aja ada pemberitahuan kalo Hiro ngomong dengan enteng, datar, kalem. Akkkhh....saya bosen baca diulang-ulang mulu. Pas di pertengahan masiiihh aja dikasi tahu nada bicara Hiro, rasanya langsung pengen bilang : "Iye tahuuu. Dari awal juga nada bicara Hiro itu-itu aja kok."
Oh..sama...ini 1 lagi, sebenernya saya masih bingung dengan maksud sinopsis di back cover. Katanya Hiro berkenalan dengan seseorang yang membuat hidupnya tak lagi sama. Kalo orang yang dimaksud itu seseorang yang ada di Touche 1, saya gak ngeliat perubahan hidup Hiro di mana. Kok ya rasanya kehidupannya tetap sama.
Apa ini petunjuk bahwa akan ada Touche 3 yang membuat hidup Hiro berubah karena orang itu? #hayolho
Trus juga, buat saya sih Alchemist 'nanggung'. Mungkin karena targetnya remaja ato mungkin karena terbentur jumlah halaman sehingga kasus-kasus di Alchemist rasanya kurang di-explore. Kurang digali lebih dalam. Jadinya kentang.
Saya udah bilang kan kalo Touche itu punya potensi untuk dikembangkan? Saya bilang gitu setelah baca Touche 1. Di situ dikasi tahu kalo ada sekelompok orang jahat yang mengincar kaum Touche. Imajinasi liar saya sudah membayangkan adanya pertentangan antara kelompok touche jahat dan baik, semacam X Men gitu deh. Dan tadinya saya kira buku ke-2 ini nyebut-nyebut organisasi itu. Ternyata sama sekali nggak nyambung.
Sepertinya saya memang menaro ekspektasi ketinggian pada sebuah teenlit. X)
Eng ya sudahlah gapapa. Toh Touche Alchemist punya potensinya sendiri untuk dikembangkan (siapa tahu suatu hari Hiro ketemu kriminil jenius yang juga Touche? Jadi seperti pertarungan antara Sherlock dan Moriarty tapi versi Touche).
Saya berharap banget nantinya Windhy bisa mengembangkan dunia Touche dengan tokoh-tokoh yang lebih dewasa, kasus yang lebih rumit dan misteri yang lebih kelam. Yaa....semacam rumitnya novel Dan Brown lah. Saya yakin Windhy bisa kok. :)
Saya rating buku ini 3,5 bintang aja ya. Kenapa gak 4 bintang? Ya abis ada perasaan kentang itu. Dan covernya gak berhasil bujuk saya untuk nambahin setengah bintang walopun covernya lumayan bagus sih.
Tapi untuk saat ini, saya menghargai usaha Windhy untuk menulis teenlit yang beda dari biasanya. Yang gak melulu fokus di kisah cinta menye dan lebay #eh.
Salut, Win.
PS : Setelah segala ocehan saya di atas, Windhy bisa ngerti dong ya kalo saya mengaminkan segenap tuntutan fansnya agar Windhy segera memproduksi Touche 3.
Dunia Touche itu sangat kaya dan bisa dieksplorasi lebih dalam. Dan membiarkan dunia Touche terhenti sampai di sini saja adalah sebuah kejahatan literasi #hakdes
Monday, April 14, 2014
(Guest Post) Pengalamanku Di Dunia Buku oleh Jo Virginia
Selamat ulang tahun ke-3, BBI..... *tebar confetti*
Untuk memeriahkan ulang tahun ke-3 BBI, Divisi Event BBI mengadakan acara guest post di mana tiap peserta kedatangan "tamu" di blognya dan bertamu di blog peserta lain. Saya beruntung bisa bertamu di blognya Mbak Ferina yang baik hati, ramah, tidak sombong, gemar menabung, serta suci dalam pikiran dan perbuatan. Makasi ya, mbak #ketjupbasah
Dan saya beruntung dua kali karena "ketamuan" (ini bahasa Indo resmi gak sih?) Jo Virginia dari Jooviginia's Book Review yang sama baik hati, ramah, tidak sombong serta suci dalam pikiran dan perbuatan (eini kenapa malah saya sepikin guest dan host sih?). Yuk daripada baca ocehan saya kelamaan, mending langsung baca postingan Jo seputar pengalamannya di dunia buku.
Pengalaman di Dalam Dunia Buku(oleh : Jo Virginia)
Tidak semua orang menyukai membaca, apalagi anak kecil yang lebih hobi mencoret-coret daripada meneliti isi buku. Mungkin, dulu saya termasuk salah satunya.
Dulu, bisa dibilang saya adalah anak yang paling malas membaca. Meskipun buku tersebut bergambar lucu, namun tetap saja saya enggan membaca. Sampai suatu ketika, pekerjaan rumah membuat saya harus membaca novel.
Saya ingat, saat itu saya berumur dua belas tahun dan duduk di kelas enam SD. Saat itulah, saya pertama kali "terpaksa" membaca buku, yang ternyata saya gemari sampai sekarang.
Saya jadi berpikir, apabila tidak dipaksa seperti itu, apabila pelajaran Bahasa Indonesia di kelas enam SD saat itu tidak mengharuskan saya merangkum isi novel, apakah saya tetap akan gemar membaca seperti sekarang ini?
Saya juga ingat, buku pertama yang mama belikan untuk saya rangkum adalah Cupid karya Leonita Ester Patricia. Mungkin beberapa orang tahu siapa dia. Semenjak itu, saya mulai gemar membaca. Dan dari gemar membaca, saya juga jadi gemar menulis.
Jadi buku banyak bermanfaat bagi kita. Bukan hanya sekadar buku pelajaran atau ilmu pengetahuan, tapi buku-buku santai lainnya juga bermanfaat.
Saya masih ingat, sangking sukanya saya baca, suatu hari saat di kelas saya sampai membaca buku di kolong meja (dulu di SMP saya, mejanya ada kolongnya yang besar jadi bisa baca buku disitu :D). Sampai dipelototin guru pun nggak nyadar *agak keterlaluan ya* sampai akhirnya bukunya disita. xD
Kemudian, saya juga ingat, buku yang pertama kali saya sukaaaaaaa pakai banget adalah buku Be In My Heart karya Leonita Ester Patricia juga. Sejak saat itu, saya jadi suka baca buku genre roman.
Nah, kemudian setelah itu, saya mulai menulis, menulis dan menulis. Tapi sayang, karena saya seorang yang moody, jadi susah bagi saya untuk melanjutkan tulisan saya yang tidak pernah selesai itu. He-he-he. Tapi, sekarang saya sudah bisa menyelesaikan tulisan saya lho! *tunggu tanggal mainnya ya :p*
Nah, dampak buku cerita untuk saya juga adalah saya bisa memiliki banyak teman. Terbukti dari Blogger Buku Indonesia, saya mengenal banyak teman yang menyukai buku dengan jenis genre yang sama, atau bahkan berbeda sehingga dapat mengenalkan saya pada buku dengan genre yang mungkin lebih menarik daripada yang saya suka.
Oh ya, saya juga ingat saat pertama kali saya mengidolakan penulis, bukan penyanyi! Huahaha.... Saya sangat mengidolakan penulis tanah air kita, Orizuka dan Esti Kinasih.
Dan bahagianya lagiiiiiii, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan penulis favorit saya, kak Orizuka! Meskipun kesempatan saya untuk menemui Kak Esti belum datang, tapi gapapa deh. Dan ternyata, kak Orizuka super ramah lhoooo~
Buku pertama yang saya baca sebelum ada filmnya juga bukunya kak Orizuka yang berjudul Summer Breeze. Saat itu saya seneng banget karena bisa baca buku sebelum nonton! Karena biasanya, setelah nonton pasti deh males baca buku nya, walaupun mungkin feel nya lebih dapat saat kita baca buku.
Nah, kira-kira itu saja pengalamanku di dalam dunia buku. Bagaimana dengan pengalamanmu? :D
Seru ya ceritanya Jo. Siapa sangka sebuah tugas bahasa Indonesia telah membuat seorang putri bangsa jadi kutu buku. Ibu guru bahasa Indonesia-nya Jo, semoga anda selalu sehat yaaa.
Dan untuk lebih mengenal Jo, yuk kita ngobrol dikit lewat mini interview di bawah ini :
Iya Jo. Yang namanya Alex emang ganteng yaaaaa. |
Joo (J) : Sampai saat ini, tahu dong apaa :p DELIRIUM!!!! Bisa banget si Alex buat aku kesengsem sampe setiap kali kenalan sama yang namanya Alex langsung kesengsem juga *buka aib* (pantes Jo gak mau sama yang di Yes. Namanya bukan Alex sih (._.) #ups).
Iya, intinya, buku Delirium ini bisa membuat aku berpetualang banget. Dan kebetulan, itu buku dystopia pertama yang aku baca. Dan berhasil membuat dystopia menjadi salah satu genre favoritku saat ini :D
(S) : Hooo....jadi sukanya buku yang bikin berpetualang ya, Jo. Kalo gitu pasti paling suka buku nikah ya secara (katanya sih) pernikahan itu gerbang petualangan baru dalam hidup. #wooyyy #salahtempat #yamaap
Anyhoo...Kalo tadi udah nanya cerita yg bisa bikin hanyut, sekarang nanya cerita yg paling bikin Joo sebel kayak apa?
(J) : Yang paling bikin aku sebel, yang ceritanya bertele-tele. Tadi habis dibahas, eh dibahas lagi. Terus, paling sebel sama novel yang endingnya ngegantung / nggak jelas (bukan novel berseri, tapi novel satuan yang emang endingnya sengaja dibuat ngegantung). Emang sih, mungkin penulis berpikir supaya pembaca bisa menebak alurnya sendiri / sesuai dengan keinginan pembaca. Cuma kan sebel aja kalau ternyata nggak sesuai dengan yang diharapkan, ya kan?? (Setujuuuu banget Jo. Tapi emang gak semua hal bisa sesuai harapan. Ngarep bisa dinner-sinar-lilin sama Adam Levine, eeehh...faktanya malah dinner-lampu-petromak bareng tukang nasi goreng #TerimaSaja #HidupAnugerah #Booyah)
(S) : Sekarang beralih ke penulis favorit yuk. Penulis roman kan banyak, kenapa Joo ngefavoritin banget Orizuka dan Esti Kinasih? Apa yang membuat dua orang itu spesial?
(J) : Iya, karena kak Orizuka dan kak Esti ini masing-masing punya ciri khas dalam menulis yang aku sendiri terkagum-kagum. Entah itu sad ending atau happy ending, pokoknya mereka membuat cerita yang unik yang menurut aku nggak pasaran. OKE deeh pokoknya :p
(S) : Ceritain dong serunya ketemu Orizuka kemarin. Sekalian minta fotonya kalo ada.
(J) : Serunya ketemu kak Orizuka : SERU PAKE BANGET DEH! Jadi, aku sudah bertemu dengan dia itu.... hmmm, mungkin sekitar 3 kali? Nah, awalnya aku kenalan pas nonton bareng SHINee yang diadakan Yes24 (eciyeeee.....pasti sama mas Y...ah sudahlah), saat itu admin bukunya nanya, mau kenalan sama yang namanya Orizuka nggak? *soalnya aku sering beli bukunya kak Orizuka*, lalu dengan senang hati tentu saja aku jawab MAUUUUUUUU! Nah, tapi saat itu, aku masih canggung setengah mati, jadinya, cuma senyum-senyum cengar-cengir ga jelas. Tapi senengnya, pas aku mention twitter nya, kak Orizuka hafal itu aku. Bahagia banget kan?! Ramah banget gitu sama pembaca nya :D
Kemudian, kedua kali ketemu di IRF (Indonesian Readers Festival) yang diselenggarakan Goodreads Indonesia. Wah, senengnya bukan main. Karena saat itu buku kak Orizuka masuk dalam nominasi best cover, aku yakin banget kak Orizuka pasti dateng, jadilah aku bawa bekal dari rumah (buku kak Ori yang belum di-TTD, ada sekitar 7 buku) yang kebetulan pas di aula aku malah ditawarin duduk bareng pas minta TTD :)). Kemudian, dari sana aku juga kenalan sama kak Lia Indra Andriana, salah satu penulis favoritku juga hehehehe. Dan senengnya lagi, aku juga bawa bukunya kak Lia! huahahahaha~ so happy dapet tanda tangan dobel. (Wah..kebetulan banget bawa bukunya Lia ya, Jo).
Nah, paling serunya sih pas duduk bareng itu. Rasanya deg dag dig dug duar! Coba deh bayangin, duduk bareng sama idolaaaaamu! Jadi ngebayangin, kalau duduk bareng SHINee / EXO apa rasanya yaa? *mulai ngelantur* (aku sih kalo duduk bareng mereka gak sempat ngerasa dag dig dug duar, Jo. Udah langsung tak seret ke penghulu. *disundut bom sama shawol*)
Ya intinya, seneng banget deh. Foto dan berita lengkap bisa dibuka di sini ya (yuk langsung dibaca.)
(S) : Seru banget ceritanya, Jo. Mudah-mudahan bisa ketemu Esti Kinasih kapan-kapan yaa. Biar ada cerita-cerita seru lagi. Terus...terus Jo, yuk kita bahas ruang baca impianmu (Iya ini emang perpindahan topik yang jauh. Gapapa dong ya). Ruang/pojok baca impianmu kayak apa? Boleh disertakan gambarnya kalo ada
(J) : Ruang / pojok bacaan impianku itu.... hmmm yang penting, ruangan itu harus simple. Warna temboknya juga kalem, jadi aku nggak kepo kan, coba bayangin kalau temboknya berbentuk abstrak, bisa-bisa aku lihatin terus itu tembok xD. Kemudian, ruangan itu harus berisi aku sendiri. Paling sebel kalau lagi baca, eeeh diajak ngomong. BETEEEE! ==> SETUJU!
Tapi biar nggak kesepian, ditemenin musik favorit Korea boleh lah~ huehehehe. Terus, kalau bisa lemari bukunya, isinya diurutin berdasarkan pengarang / abjad. Jadi gampang nyari deh. Kalau gambarnya maaf yaaa, nggak ada :(
Yak...demikianlah posting dan interview dari Jo. Bener kan yang saya bilang kalo dese itu ramah dan baik hati.
Sukses untuk bukunya ya, Jo. Wish you all the best ^_~
Sementara itu, sambil nunggu bukunya Jo terbit, yuk temui Jo di sini :
Blog | Twitter | Goodreads | Wattpad |
Makasi udah maen ke Through Tinted Glass ya, Jo. Jangan kapok main-main ke sini lagi.
Sekian dan terima berlian.
Saturday, April 12, 2014
Teka Teki Terakhir
Judul : Teka Teki Terakhir
Penulis : Annisa Ihsani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020302980
Halaman : 256 halaman; 20 cm
Desain sampul : Eorg
Editor : Ayu Yudha
Rating: 4,5 out of 5 stars
Sini saya ceritakan
tentang gadis kecil bernama asdewi. Dia sangat mencintai matematika
(walo gak bisa disebut jago) tapi mengenaskan dalam urusan IPA.
Kalo diledekin tentang nilai IPA-nya yang tiarap, dia selalu berkelit dengan : "Biarin aja. Aku kan mau jadi koki jadi gak perlu jago IPA. Yang penting bisa matematika biar bisa menakar bahan."
Kalo diledekin tentang nilai IPA-nya yang tiarap, dia selalu berkelit dengan : "Biarin aja. Aku kan mau jadi koki jadi gak perlu jago IPA. Yang penting bisa matematika biar bisa menakar bahan."
Then life happens...
Semakin dewasa, dia menemukan keasyikan dalam biologi (catat : biologi, bukan IPA), menganggap masak itu cuma hobi di kala iseng bukan lagi profesi impian, dan kecintaan akan Matematika? Ah...cuma jadi kenangan usang di ruang ingatan.
Semakin dewasa, dia menemukan keasyikan dalam biologi (catat : biologi, bukan IPA), menganggap masak itu cuma hobi di kala iseng bukan lagi profesi impian, dan kecintaan akan Matematika? Ah...cuma jadi kenangan usang di ruang ingatan.
Sampai dia membaca novel tentang Laura kecil yang tertarik pada Matematika. Dan kenangan yang lama membeku itu pun berpendar kembali.
Kenapa misterius? Karena banyak gosip yang beredar mengenai pasangan tersebut. Dari gosip mereka adalah ilmuwan gila sampai isu keluarga ningrat yang bersembunyi. Laura sendiri mengira mereka adalah penyihir. Pada akhirnya, tak ada yang tahu persis kebenarannya. Dan ketertarikan Laura pada rumah Maxwell pun surut.
Hingga suatu hari di bulan Maret 1992.
Hari itu, Laura sedang kesal karena nilai tes matematikanya mendapat 0. Saking jengkel, dia membuang lembaran nilai tes itu di tong sampah depan rumah Maxwell.
Eh ndilalahnya...ketika Laura melewati depan rumah itu keesokannya, Tuan Maxwell memanggilnya. Beliau menyerahkan kertas tes Laura yang kemarin dengan sebuah buku berjudul "Nol : Asal-usul dan Perjalanannya" beserta pesan "Mendapat nol tidak terlalu buruk, terutama setelah begitu lama pencariannya".
Sesampainya di rumah, Laura melihat bahwa Tuan Maxwell mengoreksi jawaban tesnya. Rasa penasaran yang lama terpendam terhadap pasangan Maxwell pun menyeruak kembali. Terutama setelah dia membaca buku sejarah angka nol yang diberikan Tuan Maxwell.
Dengan niat berterima kasih dan mengembalikan buku, Laura memberanikan diri mengetuk pintu rumah keluarga Maxwell. Dan itulah awal persahabatannya dengan Nyonya Maxwell yang ramah dan suaminya yang penggerutu.
Namun bukan hanya teman yang didapat Laura. Karena di balik pintu rumah keluarga Maxwell, ada sekumpulan teka teki logika, paradoks tentang tukang cukur dan pengetahuan tentang teorema matematika yang belum terpecahkan selama tiga abad. Laura juga jadi tahu bahwa Tuan Maxwell adalah matematikawan yang selama 40 tahun terakhir sedang mencari pembuktian teorema tersebut.
Teorema apa sih yang sebegitu hebatnya sampai membuat Tuan Maxwell terobsesi? Akankah dia berhasil menemukan pemecahannya? Untuk menemukan jawabannya, kamu mesti baca sendiri buku ini.
"Pikirkan seorang tukang cukur di kota bernama Seville. Di kota itu, semua penduduk kalau tidak mencukur rambut mereka sendiri, tentu dicukur oleh si tukang cukur. Tetapi si tukang cukur hanya mencukur rambut orang-orang yang tidak mencukur rambutnya sendiri. Pertanyaannya adalah, apakah si tukang cukur mencukur rambut sendiri?"
-Nyonya Maxwell-
Segar. Itu kesan
pertama yang lewat di benak saya saat membaca novel ini. Beda dengan
novel sejenis yang problem tokohnya berkutat seputar cinta monyet dan
nge-geng ala sinetron yang lebay, Teka Teki Terakhir (TTT) membahas
keseharian gadis biasa. Bagaimana Laura pusing dengan nilai ulangannya
kemudian belajar untuk memperbaiki nilai atau bagaimana Laura
sulit menyesuaikan diri dengan sekolahnya. Di tangan yang salah, materi seperti itu bisa jadi sangat
ngebosenin. Tapi penulis lincah merangkai kata sehingga baca keseharian
Laura ya ngalir aja rasanya.
Unsur matematika yang diselipkan dalam TTT juga menambah keasyikan membaca.
Sekali lagi, salut buat penulisnya yang pinter masukkin knick-knack seputar Matematika secara halus sehingga novel ini jauh dari menggurui apalagi menimbulkan kesan 'pamer-pengetahuan-penulis'. Yang ada malah seru dan kesan 'matematika-itu-keren-banget-yaa'.
Sekali lagi, salut buat penulisnya yang pinter masukkin knick-knack seputar Matematika secara halus sehingga novel ini jauh dari menggurui apalagi menimbulkan kesan 'pamer-pengetahuan-penulis'. Yang ada malah seru dan kesan 'matematika-itu-keren-banget-yaa'.
Littlewood, desa kecil yang entah di mana itu cocok untuk cerita semacam ini. Karena kecil maka wajar kalo masyarakatnya jadi akrab dan kepo. Lama tinggal di Jakarta bikin saya kangen suasana desa kecil seperti itu.
"Lagi pula kalau kau ingin mencari tahu tentang sesuatu, perpustakaan tempat yang tepat untuk memulai." -Laura-Tapi buat saya, yang paling 'megang' adalah setting waktu di tahun 1992. Jaman internet sudah ada tapi belum umum digunakan, dan google masih dalam angan-angan Larry Page & Sergey Brin. Maka perpustakaan satu-satunya sumber Laura dalam mencari informasi.
Coba kalo waktu itu sudah ada Google ya, Laura kan tinggal memasukkan nama Tuan Maxwell dan voila...keluar info lengkap beliau. Gak ada lagi deh rasa penasaran yang mendorongnya untuk berkenalan dengan keluarga Maxwell. Ah teknologi; memperluas cakrawala tapi kadang membatasi interaksi dunia nyata.
Karakter yang ada di TTT sejujurnya gak ada yang menonjol banget. Semuanya punya kekhasan sendiri dan sama kuatnya. Sebagai karakter utama dan narator tunggal, Laura cukup oke. Dia gak humoris, sarkastis atau sinis. Dia cuma gadis biasa aja. Karakter kesukaan saya malah Tuan Maxwell yang eksentrik dan Katie, sahabat Laura, yang suka menjadi 'voice of wisdom' untuk Laura.
Protes saya pada novel ini hanya satu: yaitu penyebutan Tuan dan Nyonya kepada pasangan Maxwell. Kalo disebut sebagai kata ganti orang ketiga sih masih wajar. Tapi kalo dalam percakapan langsung jadi aneh. Seperti kalimat : "Ya Tuan, dari mana anda tahu namaku?" "Terima kasih Nyonya". Kok Laura lebih terasa seperti bawahan daripada tetangga ya...
Saya bisa ngerti kalo novel ini berbahasa Inggris. Tuan dan Nyonya memang jadi Mr dan Mrs. Tapi bahkan novel terjemahan pun mengubahnya jadi "Bapak dan Ibu". Ini memang kesalahan kecil sih. Tapi lumayan menganggu di awal baca. Walau pun lama-lama saya jadi terbiasa dan bisa cuekkin.
Novel ini ditutup dengan ending yang realistis dan cocok. Gak semanis martabak toblerone,tapi juga gak sepahit brotowali. Memang seperti itulah hidup.
"Semua orang aneh dengan caranya sendiri. Terkadang keanehanmu tidak cocok dengan keanehan orang lain, jadi mereka menyebutmu aneh. Tetapi terkadang keanehanmu cocok dengan keanehan seseorang, dan kalian bisa berteman." -Julius-In short, Teka Teki Terakhir mengajarkan kita untuk menghargai setiap aksi dan setiap momen yang kita lakukan. Kita jarang sadar bahwa satu aksi kecil dan tampak gak penting yang kita lakukan hari ini, bisa berpengaruh besar di esok hari. Seperti aksi kecil Laura yang membuang kertas ujiannya di tong sampah keluarga Maxwell.
Teka Teki Terakhir juga mengajarkan untuk terus mengejar mimpi. Berikan usahamu yang terbaik dan nikmati prosesnya. Seperti Tuan Maxwell yang berusaha maksimal untuk membuktikan penelitiannya dan gak pusing dengan kemungkinan usahanya berakhir sia-sia. Karena bagi beliau yang terpenting adalah proses, bukan hanya hasil.
Empat bintang untuk Teka Teki Terakhir termasuk untuk covernya yang cakep banget.
Good job, Gramedia Pustaka Utama. Banyakin dong menerbitkan teenlit bagus kayak gini.
Dan kamu keren deh mbak Annisa Ihsani. I'm your new fan. :)
Friday, March 28, 2014
Karena Satu Mimpi Dimulai Dari Sini (Sajak - Sajak Dan Renungan)
Judul : Sajak - Sajak Dan Renungan
Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun Terbit : 1994
Halaman : 47
ISBN : 9789795232940
Bahasa : Indonesia dan Inggris
Rating : 5 out of 5 stars
Saya mengenal buku ini sejak SD dulu karena tugas Bahasa Indonesia untuk membandingkan antara sajak karya sastrawan angkatan Balai Pustaka vs Pujangga Baru. Saya yang malas ini pun lalu memilih buku tertipis yang ada di perpustakaan. >.<
Buku ini memang tipis. Sangat tipis malah. Hanya 47 halaman berisikan 7 sajak.
Tapi buku setipis ini telah membuat saya jatuh cinta pada larik-larik lugas gubahan Sutan Takdir Alisjahbana. Saking cintanya saya sampai bernegosiasi dengan pustakawan agar dia mengizinkan saya menyimpan buku ini dan menukarnya dengan buku lain. (Saya menukarnya dengan album Donal Bebek bye the way) :D
"Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat"
(Menuju Ke Laut)
Ketujuh sajak di buku ini memang sangat mencerminkan ciri khas sajak para Pujangga Baru. Dari mulai bentuknya yang terdiri dari terzina, quantrain dan soneta; isi sajak yang kebanyakan berupa epigram (puisi tentang ajaran hidup) dan satire; hingga ke bahasa yang menggunakan gaya ekspresi romantik. Keromantisan ini terlihat di cara Sutan Takdir melukiskan keindahan alam yang menimbulkan perasaan damai. Sebagai contohnya adalah potongan dari sajak berjudul "Menuju Ke Laut" yang saya kutip di atas.
"Sekali aku duduk dibawah pohon karet dan terkejut mendengar letusan nyaring diatas kepalaku: biji matang menghambur dari batangnya.
Ya, aku tahu, dimana-mana tumbuh menghendaki bebas dari ikatan!
Terdengarkah itu olehmu, wahai angkatan baru?
Putuskan, hancurkan segala yang mengikat!
Rebut gelanggang lapang disinar terang!
Tolak segala lindungan!
Engkau raja zamanmu!"
(Biji Karet)
Satu lagi ciri khas generasi Pujangga Baru yang tampak di jelas di buku ini adalah : gak ada metafora. X)
Berbeda dengan angkatan 45 yang memang suka banget pake metafora dan makna ganda di karya-karyanya, para Pujangga Baru memilih menulis karya mereka secara langsung. Jadi biji karet yang dimaksud Sutan Takdir di atas benar-benar biji karet, dan angkatan baru yang dia sebut sesungguhnyalah mengacu kepada rekan-rekannya. Gak heran beliau disebut sebagai pelopor Pujangga baru.
Secara pribadi sih saya lebih suka puisi yang "langsung" seperti ini. Sajak metafora itu memang asyik karena kita mesti menebak maksud sebenarnya sang penggubah. Namun kadang melelahkan juga. Ketika saya ingin bersantai dan memanjakan jiwa dengan kalimat puitis, saya lebih memilih membaca puisi "ringan" seperti ini, yang tidak membuat kening saya mengernyit memikirkan maknanya.
Tapi di luar bahasanya yang seperti itu, ada alasan lain kenapa saya suka banget sama buku ini.
Alasan itu ada dalam sebuah bait di sajak berjudul "Kerabat Kita". Sajak ini berkisah tentang seorang anak yang baru kembali dari perantauannya yang jauh dan lama. Setelah merantau ke berbagai tempat, kini disadarinya bahwa petuah sang bunda sebelum dia pergi itulah yang paling benar.
Di runtuhan Harapa dan Pompeii aku ziarah,Ya, itulah bait kesukaan saya.
Dari menara Eiffel dan Empire State Building
aku tafkur memandang semut manusia.
Di pembajaan Ruhr dan Nagasaki
aku bangga melihat kesanggupan ummat
berpikir, mengatur dan berbuat.
Kuhanyutkan diriku dalam lautan manusia
di Time Square di New York dan di Piccadily di London.
Kuresapkan lagu kesepian pengendara unta
di gurun pasir dan batu Anatolia,
sega Islandia yang megah di padang salju yang putih. (Kerabat Kita)
See....waktu itu saya masih anak kecil yang menganggap Pompeii dan Nagasaki sebatas nama tempat di luar negeri yang tidak menarik. Saya bahkan baru kali itu mengetahui ada daerah bernama Harapa dan Ruhr.
Mungkin saya yang melebihkannya, tapi cara Sutan Takdir melukiskan berbagai daerah di atas membuat saya tertarik. Saya jadi penasaran pengen ziarah ke Harapa dan Pompeii, juga berkontemplasi di Eiffel dan Empire State Building (karena bertafakur terasa terlalu religius buat saya #hush). Saya juga kepengen menghanyutkan diri di Time Square dan Piccadily atau mengunjungi padang salju Islandia dan gurun pasir Anatolia.
(Yah...walau tentu saja saya bakal melakukan semua itu setelah beres motret. Hehehe...)
Dan sejak hari saya membaca sajak itu, saya menetapkan cita-cita untuk melihat langsung keindahan yang disebut-sebut Bapak Sutan Takdir. Hari itu juga, bucket list pertama saya lahir. Dan sepuluh tempat yang ada di paragraf tersebut ada dalam Top 10 bucket list saya.
Semoga diberikan umur dan kesempatan oleh Allah SWT untuk mewujudkan semuanya. Bisa tolong di-amin-kan? Terima kasih sebelumnya. ^_^
Buku ini memang tipis. Sangat tipis malah. Hanya 47 halaman berisikan 7 sajak.
Tapi buku setipis ini telah memberi saya mimpi baru dan menginspirasi saya untuk berkelana.
Jadi gak salah kan kalau saya hargai 5 bintang? Terima kasih untuk sajak-sajaknya, bapak Sutan Takdir Alisjahbana.
Biografi Singkat :
Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada umur 86 tahun. Beliau merupakan salah satu tokoh pembaharu Indonesia yang berpandangan liberal. Berkat pemikirannya yang cenderung pro-modernisasi sekaligus pro-Barat, beliau sempat berpolemik dengan cendekiawan Indonesia lainnya.
Beberapa karyanya yang paling terkenal adalah Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian Tak Kunjung Padam (1932), Layar Terkembang (1936) dan Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940).
Sampai akhirnya hayatnya, ia belum mewujudkan cita-cita terbesarnya, yakni menjadikan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar kawasan di Asia Tenggara.Ia kecewa, Bahasa Indonesia semakin surut perkembangannya. Padahal, bahasa itu pernah menggetarkan dunia linguistik saat dijadikan bahasa persatuan untuk penduduk di 13.000 pulau di Nusantara.
(Untung beliau tak melihat bagaimana generasi 4l4y menuliskan bahasa Indonesia). Lebih lanjut tentang beliau bisa dibaca di wikipedia atau di link ini.
Friday, February 07, 2014
Rate My Love
Data Buku
Judul : Rate My Love
Penulis : Cassandra & eLa
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2007
Bahasa : Indonesia
ISBN : 9797801799
Halaman : 210
Feel, gadis polos manis, tengah berbahagia karena di hari ulang tahunnya, sang pacar tajir (Chopy) mengajaknya dinner romantis. Sayang, akhirnya ketahuan kalo Chopy ini gak lebih dari playboy cap kapak tiga dan menganggap Feel hanya selingan. Waktu lagi sibuk mengelus hatinya yang luka (tsah!), Feel melihat sebuah iklan reality show baru di TV berjudul Rate My Love. Acara ini menjanjikan kontestannya akan mendapatkan cinta sejati.
Dimitri adalah produser ambisius yang dikenal bertangan dingin. Buat dia, acara yang 'nempil' dipegangnya adalah acara dengan tema 'keren' seperti perang di Timbuktu, keterlambatan bantuan pengungsi di Etiopia, ato apalah itu.
Tapi itu dulu, sebelum kecelakaan yang melumpuhkan kedua kakinya. Sekarang, dia malah ditugaskan menangani Rate My Love,acara cemen dan omong kosong menurutnya.
Tapi tugas adalah tugas. Dan Dimitri bertekad akan membuat Rate My Love menjadi acara dengan rating tertinggi apapun caranya.
Dan "apapun" itu termasuk mencari kembali sosok dr. Banner, dokter yang ada di kenangan Feel sejak lama.
Hanya itu? Jelas nggak.
Ketika diketahui dr. Banner sudah bertunangan, Dimitri tega menyabotase hubungan tersebut. Dimitri tak sadar, dengan memutuskan pertunangan dr. Banner, dia berpotensi memutuskan kebahagiaannya sendiri.
Lho? Apa hubungannya? Temukan saja sendiri.
Yang pasti, plot di buku ini gak sesimpel yang saya jabarkan di atas. Masih ada lekukan dan tikungan lain sebelum pembaca mencapai kata "Tamat".
Hal lain yang unik adalah karakterisasi para tokohnya. Masing-masing tokoh ini punya fungsinya yang unik, sehingga walaupun kemunculan mereka hanya sebentar, tapi gak mudah dilupakan oleh pembaca (saya). They're lovable in their own way.
Ketiga karakter utamanya adalah :
Dari luar sih Feel tampak seperti gadis manis, baik, jago masak.Tapi dia juga menyimpan sejuta pesona absurd, contohnya : selalu menyimpan sikat debu buat emergency, punya ikan koki kesayangan yang diberi nama "Pus", menyimpan lilin berbentuk kue sebagai hadiah ulang tahun buat diri sendiri dan selalu membawa kertas resep dengan nama "dokter Banner".
Buat saya, yang paling menarik dari Feel adalah kelemotannya. Dia sering gagal paham dengan sinyal dan kode yang diberikan Dimitri. Jadilah Dimitri gemas sendiri menghadapi Feel.
Produser perfeksionis berhati dingin ini berubah ketika Feel memasuki hidupnya. Perlahan dia jadi lebih terbuka, walo gak berkurang galaknya. Saya sudah bilang di atas kalo Dimitri rela melakukan apa pun demi menaikkan rating Rate My Love.
Dan iyah, beneran apapun. Termasuk memaksa seorang krunya makan udang walo tahu si kru alergi berat sama udang. Ato mengirim seorang aktor untuk memikat hati tunanagan dr. Wawan, gak peduli walau pun pernikahan dr. Wawan tinggal seminggu lagi. Dimitri memang setega itu.
Makanya perubahan karakter Dimitri di akhir buku jadi kerasa banget. Dan pembaca pun dibikin bersimpati sama si galak ini.
dr. Wawan sepertinya spesies langka di dunia ini. Ganteng, idealis, lulusan terbaik di angkatannya, jago masak, kesehatan prima dan punya jiwa sosial yang tinggi banget.Sempurna ya?
Teorinya, dr. Wawan adalah orang ketiga di antara hubungan Feel-Dimitri. Tapi sebagai pembaca, saya toh gak bisa sebal sama dr. Wawan. Dia terlalu baik dan terlalu sabar untuk disebalin.
Bukan hanya tiga tokoh itu yang mencuri perhatian. Bahkan peran pendukung seperti Jeb dan Siti Cempaka (mantan tunangan dr.Wawan) pun mampu mencuri perhatian dan meninggalkan kesan di benak saya.
Tapi dengan semua pujian ini, jangan kira Rate My love gak punya kekurangan. Ada buanyaaakk sebenarnya.
Pertama ada banyak plot hole di buku ini. Entahlah....mungkin karena terbatas jumlah halaman, ato mungkin ada kesalahan pengeditan. Ada beberapa hal yang masih menyisakan tanya di benak saya. Trus juga, saya sih ngerasa progress hubungan Feel-Wawan terlalu cepat. Belum lagi gak ada latar karakter yang jelas bagi tiap tokohnya.
Kedua, terlalu banyak adegan absurd dan kebetulan ala sinetron di novel ini. Meski begitu, mungkin karena dari awal saya sudah menerima bahwa ini adalah novel komedi yang gak usah diseriusin banget, saya juga gak terlalu memusingkan keabsurdannya sih. Yang penting saya merasa senang tiap kali membaca ceritanya. Cukup itu saja.
Satu lagi yang berkesan dari novel ini adalah : endingnya.
Sepanjang cerita tuh, dukungan saya selalu berpindah antara ke dr. Wawan atau Dimitri. Dan sampe akhir, saya tetap gak bisa milih. Jadi ketika mengetahui endingnya begitu, saya berpikir : "Ya sudahlah." Saya rasa keren juga penulisnya, karena dia mampu membuat pembacanya tak berpihak.
Lalu setelah adegan yang saya kira ending, ternyata ada kelanjutannya. Adegan selanjutnya membuat saya berpikir : "Eh...maksudnya apa?" Dan sampe sekarang, saya belum mampu menemukan jawaban pasti maksud adegan tersebut X)
In short, Rate My Love is a light reading that's fun to read, with engaging characters and intriguing ending. What's not to like? ^_^
Judul : Rate My Love
Penulis : Cassandra & eLa
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2007
Bahasa : Indonesia
ISBN : 9797801799
Halaman : 210
Feel, gadis polos manis, tengah berbahagia karena di hari ulang tahunnya, sang pacar tajir (Chopy) mengajaknya dinner romantis. Sayang, akhirnya ketahuan kalo Chopy ini gak lebih dari playboy cap kapak tiga dan menganggap Feel hanya selingan. Waktu lagi sibuk mengelus hatinya yang luka (tsah!), Feel melihat sebuah iklan reality show baru di TV berjudul Rate My Love. Acara ini menjanjikan kontestannya akan mendapatkan cinta sejati.
Dimitri adalah produser ambisius yang dikenal bertangan dingin. Buat dia, acara yang 'nempil' dipegangnya adalah acara dengan tema 'keren' seperti perang di Timbuktu, keterlambatan bantuan pengungsi di Etiopia, ato apalah itu.
Tapi itu dulu, sebelum kecelakaan yang melumpuhkan kedua kakinya. Sekarang, dia malah ditugaskan menangani Rate My Love,acara cemen dan omong kosong menurutnya.
Tapi tugas adalah tugas. Dan Dimitri bertekad akan membuat Rate My Love menjadi acara dengan rating tertinggi apapun caranya.
Dan "apapun" itu termasuk mencari kembali sosok dr. Banner, dokter yang ada di kenangan Feel sejak lama.
Hanya itu? Jelas nggak.
Ketika diketahui dr. Banner sudah bertunangan, Dimitri tega menyabotase hubungan tersebut. Dimitri tak sadar, dengan memutuskan pertunangan dr. Banner, dia berpotensi memutuskan kebahagiaannya sendiri.
Lho? Apa hubungannya? Temukan saja sendiri.
Yang pasti, plot di buku ini gak sesimpel yang saya jabarkan di atas. Masih ada lekukan dan tikungan lain sebelum pembaca mencapai kata "Tamat".
"Sepanjang karir, program yang gue pegang belum pernah gagal. Kalian mau jadi warga negara yang baik dan diketawain stasiun lain? Just forget this bullshit ethic and be the winner."
-Dimitri-Mungkin karena penulis buku ini adalah penulis skenario juga, membaca buku ini rasanya kayak menonton film (jadi ini sebenarnya lagi baca ato nonton sih?). Adegan-adegan di buku ini begitu mudah dibayangkan oleh otak saya. Ini juga salah satu faktor yang bikin saya suka buku ini.
Hal lain yang unik adalah karakterisasi para tokohnya. Masing-masing tokoh ini punya fungsinya yang unik, sehingga walaupun kemunculan mereka hanya sebentar, tapi gak mudah dilupakan oleh pembaca (saya). They're lovable in their own way.
Ketiga karakter utamanya adalah :
"Saya hampir mati karena cinta. Tapi kalau nyawa pantas dikorbankan demi cinta, kenapa nggak berkorban lebih jauh lagi? Dengan terus hidup biar pun sendiri. Keliatan kuat biarpun patah hati.Tenang, biarpun sebenarnya mau nangis. Berdiri di depan kamera dan kelihatan bodoh. Atau bahkan melakukan pengorbanan yang paling besar. Berharap saya akan menemukan cinta sejati saya." (Feel)Feel (pastinya).
Dari luar sih Feel tampak seperti gadis manis, baik, jago masak.Tapi dia juga menyimpan sejuta pesona absurd, contohnya : selalu menyimpan sikat debu buat emergency, punya ikan koki kesayangan yang diberi nama "Pus", menyimpan lilin berbentuk kue sebagai hadiah ulang tahun buat diri sendiri dan selalu membawa kertas resep dengan nama "dokter Banner".
Buat saya, yang paling menarik dari Feel adalah kelemotannya. Dia sering gagal paham dengan sinyal dan kode yang diberikan Dimitri. Jadilah Dimitri gemas sendiri menghadapi Feel.
"Ngaku aja! Kamu sebenarnya dikirim siapa? Stasiun lain buat nyabotase karir saya? Hukuman dari Tuhan karena saya lahir terlalu ganteng? Kenapa saya harus ketemu sama kamu? Semua bencana pasti ada alasan di baliknya! Karena nggak mungkin di dunia nyata ini ada manusia sebodoh kamu!" (Dimitri)Dimitri
Produser perfeksionis berhati dingin ini berubah ketika Feel memasuki hidupnya. Perlahan dia jadi lebih terbuka, walo gak berkurang galaknya. Saya sudah bilang di atas kalo Dimitri rela melakukan apa pun demi menaikkan rating Rate My Love.
Dan iyah, beneran apapun. Termasuk memaksa seorang krunya makan udang walo tahu si kru alergi berat sama udang. Ato mengirim seorang aktor untuk memikat hati tunanagan dr. Wawan, gak peduli walau pun pernikahan dr. Wawan tinggal seminggu lagi. Dimitri memang setega itu.
Makanya perubahan karakter Dimitri di akhir buku jadi kerasa banget. Dan pembaca pun dibikin bersimpati sama si galak ini.
"Alangkah menyedihkan jika nyawa manusia hanya dipandang sebagai poin dalam perhitungan bisnis." (dr. Wawan)dr. Banner aka dr. Wawan
dr. Wawan sepertinya spesies langka di dunia ini. Ganteng, idealis, lulusan terbaik di angkatannya, jago masak, kesehatan prima dan punya jiwa sosial yang tinggi banget.Sempurna ya?
Teorinya, dr. Wawan adalah orang ketiga di antara hubungan Feel-Dimitri. Tapi sebagai pembaca, saya toh gak bisa sebal sama dr. Wawan. Dia terlalu baik dan terlalu sabar untuk disebalin.
Bukan hanya tiga tokoh itu yang mencuri perhatian. Bahkan peran pendukung seperti Jeb dan Siti Cempaka (mantan tunangan dr.Wawan) pun mampu mencuri perhatian dan meninggalkan kesan di benak saya.
Tapi dengan semua pujian ini, jangan kira Rate My love gak punya kekurangan. Ada buanyaaakk sebenarnya.
Pertama ada banyak plot hole di buku ini. Entahlah....mungkin karena terbatas jumlah halaman, ato mungkin ada kesalahan pengeditan. Ada beberapa hal yang masih menyisakan tanya di benak saya. Trus juga, saya sih ngerasa progress hubungan Feel-Wawan terlalu cepat. Belum lagi gak ada latar karakter yang jelas bagi tiap tokohnya.
Kedua, terlalu banyak adegan absurd dan kebetulan ala sinetron di novel ini. Meski begitu, mungkin karena dari awal saya sudah menerima bahwa ini adalah novel komedi yang gak usah diseriusin banget, saya juga gak terlalu memusingkan keabsurdannya sih. Yang penting saya merasa senang tiap kali membaca ceritanya. Cukup itu saja.
Satu lagi yang berkesan dari novel ini adalah : endingnya.
Sepanjang cerita tuh, dukungan saya selalu berpindah antara ke dr. Wawan atau Dimitri. Dan sampe akhir, saya tetap gak bisa milih. Jadi ketika mengetahui endingnya begitu, saya berpikir : "Ya sudahlah." Saya rasa keren juga penulisnya, karena dia mampu membuat pembacanya tak berpihak.
Lalu setelah adegan yang saya kira ending, ternyata ada kelanjutannya. Adegan selanjutnya membuat saya berpikir : "Eh...maksudnya apa?" Dan sampe sekarang, saya belum mampu menemukan jawaban pasti maksud adegan tersebut X)
In short, Rate My Love is a light reading that's fun to read, with engaging characters and intriguing ending. What's not to like? ^_^
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)