Friday, February 08, 2013

Pushing The Limits

Judul : Pushing The Limits
Penulis : Katie McGarry
Penerbit : Harlequin Teen
Tahun Terbit 2012
Format : Ebook

 Sometimes it takes only one night to turn your life upside down...

Echo Emerson tampak memiliki segalanya : cantik, cerdas, bakat besar di bidang melukis, termasuk geng siswa populer dan berpacaran dengan seorang bintang basket di SMU mereka.
Namun dalam satu malam semuanya berbalik 180 derajat.
Echo tak ingat apa yang terjadi pada malam menentukan itu. Yang pasti dia terbangun di rumah sakit dengan luka besar di lengannya serta informasi bahwa sang ibu kandunglah pelakunya. Ketika dia kembali ke sekolah, sudah beredar gosip bahwa dia mencoba bunuh diri dan berakibat pada pengucilan Echo. Saat ini yang Echo inginkan hanyalah kembali hidup normal dan itu hanya bisa didapat bila dia bisa mendapatkan memorinya lagi.

Dalam satu malam juga hidup Noah Hutchins berubah drastis.
Tadinya dia adalah bintang basket dengan prestasi akademis bagus dan keluarga harmonis. Namun kebakaran menewaskan kedua orang tuanya dan membuat Noah serta kedua adiknya harus ditempatkan dalam rumah asuh. Karena suatu insiden, Noah ditempatkan di rumah asuh yang berbeda dengan kedua adiknya, hak berkunjung pun dibatasi. Saat ini yang diinginkan Noah hanyalah segera lulus dan mendapatkan hak asuh kedua adiknya.

Berkat campur tangan Mrs. Collins (school conseulor), mereka berdua dipertemukan. Echo perlu uang untuk memperbaiki mobil Aires. Noah butuh bimbingan supaya dia lulus tepat waktu.
Dan dua individu yang terkucil ini menemukan kesamaan di diri satu sama lain. Mereka pun berjanji untuk saling membantu menipu Mrs. Collins demi mencapai "tujuan" mereka.
Akankah rencana  itu berhasil?

Saya membaca buku ini tanpa ekspektasi apa-apa. Yap, saya tahu ratingnya tinggi di Goodreads. Tapi somehow, sinopsis dan covernya tidak membuat saya tertarik.
Ternyata saya sangat menikmati bacaan saya kali ini. And here's why :

1. The Story

Yang saya suka adalah, saya ngerasa bisa "percaya" sama cerita ini. Konflik batin yang dihadapi Echo dan Noah untuk menemukan kembali sedikit dunia lama mereka bisa saya pahami.

Emang sih, agak ngeselin liat betapa pengennya Echo diterima lagi oleh geng popularnya. Padahal dia tahu kalo sebagian besar teman itu meninggalkannya saat dia jatuh. Kok ya masih aja dia mo berusaha untuk masuk kembali ke lingkungan populer itu? Kalo saya sih bakal ngambil sikap : "This is me. Take it or leave it."
Lalu saya teringat kayak gimana situasinya di SMU dulu, gimana pentingnya acceptance di pergaulan. Masa sekolah saya tergolong cukup normal, jadi saya kurang paham perasaan Echo. Tapi saya bisa kebayang gimana gak enaknya dikucilkan. Dan karenanya saya bisa ngerti usaha dia untuk diterima kembali.

Dan Noah...wow...saya malah lebih bisa "relate" dengan inner conflictnya.

See...satu hal dari Echo adalah : at least people in her life still there after "that" incident. Yep things had changed, but no one's dead in her case. And for me, as long as the people still alive then there would always a chance to make things right again. No matter how small that chance is, but it still exists somehow.
"They’d never know that they lost the two most amazing people on the face of the planet. They’d never know how the loss had torn me up every single day of my life."
-
Noah Hutchins-
But Noah is a whole different case.
After that day, he practically lost everything : his parents, his stable life, his future.
Dan yang paling menyakitkan bagi Noah adalah kenangan.
Kenangan akan masa indah yg sudah lewat dan gak bakal bisa kembali. Kenangan akan orang menakjubkan yang sayangnya gak akan dikenal oleh orang banyak. Dan yang paling pahit bagi Noah adalah kedua adiknya tidak mengingat orang tua mereka.

Boy, I know that feeling very well.
My younget brother still a little kid when dad had passed away. And I really want him to know more about this greatest person on earth which is our dad.
Saya ngerti banget kenapa Noah selalu bercerita tentang orang tuanya pada kedua adiknya. Alasan yang sama yang bikin Noah pengen banget tinggal bareng adiknya seperti dulu. Supaya ada perasaan semuanya masih tetap sama dan bahwa orang tua mereka akan selalu "diingat".

Saya gak bilang itu pilihan yang bijaksana. Tapi saya ngerti godaan untuk memaksakan "memori tentang orang tersayang" ke orang lain. So I could relate to Noah well.

2. Gaya Penulisan
Well...sebenernya sih ada sedikit masalah dengan gaya penulisan McGary yang suka repetitif itu. Misalnya tentang deskripsi fisik dan karakter Echo & Noah yang itu-itu aja dan diulang melulu (_ _").
Tapi untungnya, di Pushing The Limits McGary bercerita dengan gaya POV 1 dari sisi Noah dan Echo bergantian. Dengan begini, saya lebih bisa mengerti perasaan dan pikiran Noah dan Echo.

3. Karakternya

Saya suka cara penulis membuat karakter dua tokoh utamanya. There are so many layers inside of them.
“Are you ready to take the ACT on Saturday?" my father asked.
Did chickens enjoy being put on trucks labeled KFC? "Sure.”
- Echo Emerson-
Pada awalnya, Echo terlihat sebagai gadis cerdas nan sinis sementara Noah...yah...tipikal remaja tukang madat nan playboy. In some ways, they're unpleasant to be with :).

Tapi saat cerita berlanjut, kita dibawa untuk membuka lapisan lebih dalam dari Echo dan Noah. Ternyata, mereka hanyalah dua manusia pahit yang pernah punya masa depan cerah dan saat ini selalu menyesali semua yang telah hilang. Bisa dipahami kalo mereka jadi pahit ketika semua itu terenggut paksa.
“The worst type of crying wasn't the kind everyone could see--the wailing on street corners, the tearing at clothes. No, the worst kind happened when your soul wept and no matter what you did, there was no way to comfort it. A section withered and became a scar on the part of your soul that survived. For people like me and Echo, our souls contained more scar tissue than life.”
-Noah Hutchins-
Tepat seperti itulah mereka. Dua orang yang menangis dalam diam, namun terluka paling dalam. Dan McGary mampu menyampaikan kesedihan Echo dan Noah dengan sangat baik hingga saya turut merasakan those silent tears.

Namun bukan hanya 2 karakter utama saja yang menarik.
Saya juga suka dengan Mrs. Collins, counselor mereka. Berkat Mrs. Collins lah Echo dan Noah berani belajar untuk percaya lagi. Senang mengetahui ada sosok dewasa yg membimbing mereka.

Lalu ibu tiri Echo.
See...selama ini kita mengenal sang ibu tiri hanya via narasi Echo, so naturally kita pun sepaham dengan Echo. Belakangan saya sadar betapa salahnya membuat asumsi tanpa melihat dari sisi lain :D.
“I wrote about the person I love most, my older brother, Noah. We don't live together so I wrote what I imagine he does when we're not together."
"And what is that?" prodded the stout man.
"He's a superhero who saves people in danger, because he saved me and my brother from dying in a fire a couple of years ago. Noah is better than Batman."
-Jacob Hutchins on his winning speech-
Dan kedua adik Noah, terutama Jacob. They both stole my heart. Kedua adiknya inilah yang mencegah Noah dari kehancuran total.
Saya terharu sewaktu melihat betapa Jacob masih begitu percaya dan sayang sama Noah bahkan setelah semua yang terjadi. We all need at least someone who would trust us 100%, no matter what had happened. Glad for Noah because he has that.

4. Character Development

Ini juga satu aspek yang bikin buku ini "juara" buat saya. Karena Echo dan Noah yang ada di awal buku sungguh berbeda dengan yang di akhir.

Echo dan Noah berkembang di sepanjang buku ini, tapi perkembangan itu tidak terjadi secara instan. Gak ada satu peristiwa drastis yang memaksa mereka untuk langsung "berubah". Sebaliknya, McGary memintal adegan demi adegan, merangkai kata demi kata sehingga character development-nya Echo dan Noah terasa believable dan gak maksa.
"We all started off this way—small little bundles of joy. Me, Aires, Noah, Lila, Isaiah and even Beth. At some point, someone held and loved us, but somewhere along the way, it all got screwed up."
-Echo Emerson-
Kalimat itu emang gak begitu berkesan dibanding kutipan lain dari buku ini, tapi kalimat itu yang bikin saya ngeh betapa jauh seorang Echo berubah. Betapa Echo kini belajar melihat hal dari perspektif berbeda.
“Why is it when people are proud of me that my life sucks?” - Noah Hutchins-
“Because growing up means making tough choices, and doing the right thing doesn’t necessarily mean doing the thing that feels good.” -Mrs. Collins-
Saya gak mau bahas banyak tentang character development Noah di sini. Tapi kutipan itu semestinya cukuplah memberi tahu perubahan Noah.

5. Endingnya
“It doesn't get better," I said. "The pain. The wounds scab over and you don't always feel like a knife is slashing through you. But when you least expect it, the pain flashes to remind you you'll never be the same.”
-Noah Hutchins-
Satu bintang lagi untuk ending buku ini. Endingnya tipe kesukaan saya.
Not the kind of ending that full of sweet stuff, sunshine and roses. It's the kind of ending which told us that there are still lots of hard work ahead for Echo & Noah in terms of working through issues. But you could be sure that they would overcome whatever happens together. And that is enough :).

Kalo ada kekurangan buku ini, itu adalah rasa asing saya dengan konsep instalove-nya Echo dan Noah.
Dari sejak bertemu, langsung ada ketertarikan antara Echo dan Noah yang terus bertumbuh hingga akhir buku. Sebut itu semau anda : love at first sight, special sparks, chemistry, apapun itu. Pokoknya, saya sangsi dengan hal semacam itu. Tapi mungkin itu hanya saya sih.

Dan...sebenarnya saya heran. Sewaktu Echo dikira terluka karena mencoba bunuh diri, kenapa dia malah dikucilkan oleh teman-temannya ya? Kenapa gak ada yang simpati? What kind of cynical society we've build now? But put it aside...
Pushing The Limit tells us about many things. It's about how important it is to accept your self first before you could seek for society acceptance. It's also about learning to see each problem from different side of view.
And mainly : it's about keeping forward. No matter how bad your life is now, how deep in shit you are, just keep forward, keep moving. Because something better might come along later.

It's the kind of book that gave me heart wrenching feeling in some places, made me shed both happy and sad tears at several points in the story, but it was all worth it in the end. I finished this book smiling peacefully and hugging my ereader in bliss.

Five shiny stars for this book.

18 comments :

  1. Direkomendasikan untuk diterjemahkan, kan?
    Kalau saya iya... :D

    Btw, nice theme

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyalah direkomendasikan. Udah 5 bintang masa gak direkomendasikan? :))

      Delete
  2. Aku juga suka kalo baca buku, tokoh-tokohnya berkembang dari awal sampai akhir. :))

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Menarik kok, mas. Walo pun buat remaja, tapi masalahnya oke lah

      Delete
  4. masih nunggu punya bukunya. kayaknya kurang afdol kalo baca e-booknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang ini aku malah prefer baca ebook, Na. Buku tetap dibeli, tapi buat koleksi aja. gak untuk dibaca >.<

      Delete
  5. Ganti baju nih blognyaaa~

    Wow, reviewmu mba... oke bgt.
    Pastinya di rekomendasikan bgt nih bukunyaa
    Pengen ketemu Jacob.. cute.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe...iyaa...ganti baju, ky. Mudah2an gak keramean.

      Tokoh anak-anak yg cute itu my weakness :)). Buku apapun klo udah melibatkan meeka, punya potensi besar jadi favoritku

      Delete
  6. Inget ga sih mbak waktu Demi Lovato ketahuan (ato disangka) cutter? Reaksi orang juga banyak yang sinis. Kayaknya orang yang melakukan percobaan bunuh diri dianggap freak dan scary. Maybe that's the reason behind Echo's society.

    Anyway, aku ga nyangka buku ini ternyata keren. Tadinya sempet sinis duluan, saking udah kebanyakan baca genre romance, isinya sama semua +_+ personally, buat aku, terlalu angsty sih. Doesn't change the fact that this book gives a good message, though :)

    thanks ya udah dikirimin ebook Dare You To hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan ampe sekarang aku gak ngerti kenapa Demi Lovato disinisin?
      Kok bukannya dikasi simpati ya?

      Hahaha....aku jg gak nyangka buku ini keren. I'm in the mood for angsty read lately, so this book fits my taste. Tapi iya, tadinya aku juga meremehkan buku ini simply karena cover dan sinopsisnya yang biasa aja :))

      Delete
  7. Anyway, am I the only who's devastated over the fact that Isaiah doesn't end up with Beth? :p

    Belom baca buku keduanya sih. Penasaran nih, bakalan seberapa charming si Ryan. hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nope, you're not the only one. me too :))

      Aku baru skimming baca buku ke-2nya sih, soalnya penasaran nyari bagian Echo dan Noah X), tapi sempat baca yang soal Isaiah itu dan bisa ngerti kenapa Isaiah gak end up dengan Beth.

      Klo aku rada males baca buku kedua, mungkin karena karakter Beth too snarky for my taste ya? Dan Ryan...hmmm....baca excerpt di buku 1 sih, dia gak semempesona Noah, but we'll see.

      Soal Crossing The Line, aku gak tau bakal diterbitin ato gak. Buku yang ada di pertengahan gitu, kadang diterbitkan bukunya, kadang cuma keluar versi ebooknya aja. Let's see aja gimana jadinya

      Delete
  8. Mbak, maapkeun aku spamming. Udah publish baru keinget.

    Di goodreads ada buku Crossing The Line (Pushing The Limits #1.5), ceritanya tentang Lily.

    Kalo angkanya pake koma gitu maksudnya apa sih? Bukunya bakal diterbitin ga?

    ReplyDelete
  9. konfliknya rumit buat ukuran remaja ya mbak. Tapi premisnya kedengaran oke, apalagi ada perjuangan buat ngerebut hak asuh adik-adik itu. Heroik, i know that it must be mywishlist

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gea mau ebooknya kah? Aku masih nyimpen yang dari erlangga kemarin kok

      Delete
  10. mau mbak, tapi aku dah pilih buku ini sebagai hadiah GA di blog mbak astrid. YAng crossig the line ada mbak? Minta yang itu aja deh, gak terlalu panjang :D

    ReplyDelete