Monday, January 16, 2012

Graceling

Judul asli : Graceling
Author : Kristin Cashore
Penerjemah : Poppy D Chusfani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 496
Published : December 2011
ISBN 13 : 9789792278224

Graceling adalah cerita tentang Katsa yang mampu membunuh orang hanya dengan tangan kosong sejak dia berumur 8 tahun.
Katsa tinggal di dunia 7 kerajaan, di mana sangat jarang terjadi, ada orang dilahirkan dengan keterampilan  ekstrim yang disebut Graceling. Para Graceling ditakuti sekaligus  dimanfaatkan di dunia itu. Tidak terkecuali Katsa, yang diperintahkan untuk melakukan pekerjaan kotor (penyiksaan dan hukuman) untuk pamannya, Raja Randa dari Middluns.

Sampai dia bertemu Po, seorang asing yang misterius, yang juga Graceling Petarung dan orang pertama yang berani menantangnya berkelahi.

Dengan segera, Po dan Katsa bersahabat erat dan menemukan kenyataan tentang kemampuan Graceling mereka yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya, juga kenyataan tentang satu sama lain dan tentang bahaya mengerikan yang menyebar perlahan-lahan dan dapat menghancurkan 7 kerajaan. Berdua, Katsa dan Po berusaha mengalahkan si sumber bahaya. Walau tak akan mudah, karena kali ini musuh mereka mempunyai bakat yang begitu kuat hingga dapat mengalahkan Katsa.
“When a monster stopped behaving like a monster, did it stop being a monster? Did it become something else?”
-Katsa-
Saya adalah orang yang visual. Karenanya, membaca cerita berlatar sebuah dunia fiktif sejujurnya melelahkan. Sebelum membaca, saya akan menghafal letak para negara di peta dunia fiktif tersebut, termasuk letak sungai dan gunung. Lalu sepanjang membaca buku, setiap kali si penulis mendeskripsikan dunia karangannya, saya turut mengkhayalkan sampai ke bagian terkecil, juga turut melirik peta yang dibuat pengarang demi mengecek apakah khayalan saya sudah sesuai.
Melelahkan bukan?

Bagusnya, dengan Graceling saya tak mengalami masalah serupa. Selain karena peta yang simpel, pemilihan nama-nama kerajaan juga memudahkan saya dalam mengingat letak masing-masing negara. Contohnya saja kerajaan Estill yang terletak di timur (east), Sunder di selatan (south), Nander di utara (North), Wester di barat (west) dan..coba tebak kerajaan apa yang terletak di tengah? Yap...Middluns alias middle. Ini artinya, 1 point untuk dunia 7 kerajaannya Graceling.

Point kedua terletak di karakterisasi para tokoh.
Katsa itu mandiri, ganas dan kuat secara fisik, bahkan lebih kuat daripada Po.
Bagusnya, Po tak berkecil hati karenanya. Po tak terintimidasi dengan bakat Katsa. Dia juga sangat memahami jiwa Katsa dan karenanya membiarkan Katsa melakukan apa pun selama Katsa bahagia. Baginya, Katsa adalah kucing liar yang hidup bebas di alam. Dan tak ada yang boleh merubah itu, bahkan tidak juga Po. Terharu waktu Po bilang : "Aku akan menyerahkan diriku kepadamu tidak peduli kau ingin aku menjadi apa."

Dan Katsa, walau pun secara fisik dia lebih kuat, namun secara mental, dia lebih rapuh daripada Po. Katsa butuh Po untuk mengajarkan bahwa monster sekali pun pantas dicintai dengan tulus. Katsa juga butuh Po untuk menenangkan hatinya yang resah dan sebagai rumah untuk pulang kapanpun dunia terasa melelahkan.
Chemistry yang seperti ini di antara mereka meyakinkan saya bahwa Katsa dan Po memang soulmate.

Karakter sekunder seperti Bitterblue dan Raffin juga menarik. Cashore menggambarkan Bitterblue sebagai gadis cerdas dengan kebijaksanaan melebihi anak umur 10 tahun pada umumnya. Gak wajar sih tapi bisa dimaklumi mengingat kondisi lingkungan yang menuntutnya untuk dewasa lebih cepat. Raffin, sepupu Katsa dan calon raja Middluns, juga karakter yang saya sukai. Sayangnya Raffin kurang berperan disini. Semoga di buku berikutnya (Bitterblue), Cashore memberi porsi lebih pada Raffin.
"I know you're teasing me. And you should know I'm not easily humiliated. You may hunt for my food, and pound me every time we fight, and protect me when we're attacked, if you like. I'll thank you for it."
-Po-
Dua point ini saja sudah membuat saya betah membaca Graceling walau pun buku ini sebenarnya bermasalah dengan alurnya yang lambat.
Adegan pembukanya seru, pembaca langsung disuguhi dengan Katsa yang sedang beraksi. Lalu perkenalan dengan Po dan ketertarikan instan di antara mereka. Dan alur yang berjalan cepat ini tetap dipertahankan sampai Po dan Katsa bertemu lagi.

Dari situ, adegan bergulir lambat. Cashore berlama-lama menggambarkan pergulatan batin Katsa, juga lambat dalam membangun romansa Po dan Katsa, sampai membuat pembaca geregetan. Tapi setelah bersabar melewati, alurnya akan kembali cepat. Hingga tak terasa, sudah sampai di klimaks, kemudian adegan penutup. Pada adegan penutup, Cashore memberi twist pada ceritanya.
Dan baru saat itu, saya mengerti mengapa Cashore perlu berlama-lama di awal. Karena Cashore perlu membangun chemistry antar Katsa dan Po. Cashore juga perlu membangun rasa percaya yang kuat antar mereka berdua, hingga tak ada pembaca yang meragukan ketulusan janji Katsa dan keteguhan Po pada keputusan yang mereka buat di akhir cerita.
"I love you," he said. "You're more dear to my heart than I ever knew anyone could be. And I've made you cry; and there I'll stop.”
-Po-
Bagaimana dengan endingnya? Ah...it's bittersweet for me.
Gak rela Cashore menutup kisah Katsa dan Po dengan cara begitu. Sisi romantis saya menginginkan ending ala Cinderella dengan prinsip "live-happily-ever-after". But it would be so predictable. Dan itu bukan gaya Katsa. Dia bukanlah orang yang mau mengubah prinsipnya demi orang lain. Lagipula sekali pun Katsa bersedia, Po tak akan membiarkannya.
Di sisi lain ending itu juga sweet, karena menunjukkan kuatnya ikatan dan kepercayaan Katsa dan Po terhadap satu sama lain. Berapa jauhnya hubungan mereka berkembang dibandingkan awal cerita.

Dan ending yang seperti itu menggugah rasa penasaran saya pada kelanjutan nasib Katsa dan Po. Penasaran yang cukup besar hingga membuat saya berniat membaca Bitterblue (bagaimana pun ceritanya nanti), karena saya ingin melihat kelanjutan kisah Katsa dan Po. Toh Cashore sudah berjanji mereka berdua akan muncul lagi di Bitterblue.

Untuk terjemahannya, gak ada masalah sama sekali. Dari awal tahu kalau penerjemahnya adalah Poppy D Chusfani, saya sudah yakin gak bakal ada masalah. Saya juga suka covernya. Permainan warna ungu dan jingga di latar belakang serta ilustrasi gadis perkasa di cover depan terasa "kena" untuk cerita ini.
"One man loves you wholeheartedly. He follows you around like a shadow everyday
That man is laughing though inside he's crying.
That man has many stories that he can't even tell his best friend. That's why that man
love you, because you are just same as him."
Hyun Bin - That Man
Itu adalah lagu yang terus bermain di benak saya saat membaca bagian pertama buku ini. Dan di ending, justru lagu Breathless-nya Better Than Ezra-lah yang mengalun. Ah senang sekali. Sudah lumayan lama sejak terakhir saya ketemu buku yang "bernyanyi".

Untuk ini semua, saya kasih 4 bintang untuk Graceling. Karena banyak novel fantasi bagus di luar sana, tapi tak banyak dari mereka yang bernyanyi. Ditambah setengah bintang untuk terjemahan dan cover-nya.

"I thought you'd want to know. 
That when you feel the world is crashing, all around your feet
Come running headlong into my arms"

Better Than Ezra - Breathless

3 comments :

  1. pengen buku ini dari kapan, suka deh kalo dewi, ngreview lengkap :))

    ReplyDelete
  2. @peri_hutan : Mo pinjem aja nih buku? Hehehe....aku malah ngerasa reviewku kepanjangan mulu >.<

    ReplyDelete
  3. ah ternyata review kita beda, mbak Dewi lebih bahas di romansanya Katsa-Po, aku lebih bahas sama cara pengarang eksekusi villainnya dan karakterisasinya :D

    ReplyDelete